F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Tiga Landasan Utama – 04 – Mengenal Allah

Tiga Landasan Utama – 04 – Mengenal Allah - AKADEMI BELAJAR ISLAM
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
📘 Tsalatsatul Ushul : ❝ Mengenal Allah ❞
Dosen : Ustadz Beni Sarbeni, Lc, M.Pd Hafidzhahullah Ta'ala
🎧 Simak Audio 🎧

Mengenal Allah


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه وَمَنْ وَالاَهُ. أمَّا بعد

Sahabat sekalian yang semoga senantiasa dimuliakan oleh Allah rabbul ‘alamin. Kita lanjutkan kajian kitab Tsalatsatul Ushul (Tiga Landasan Utama).

Sebelumnya sudah saya dan penulis sampaikan tentang apa yang dimaksud dengan Tiga Landasan Utama beserta dalilnya, bahwa yang dimaksud dengan Tiga Landasan Utama adalah mengenal Allah, mengenal Islam (mengenal agama Allah), dan mengenal Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam, di mana tiga perkara ini mesti kita ketahui beserta dalil-dalilnya, artinya tidak boleh taqlid.

Selanjutnya penulis menjelaskan satu persatu dari landasan pertama, yakni mengenal Allah subhanahu wata'ala, kemudian mengenal Islam, kemudian mengenal baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Landasan pertama, mengenal Allah.

Siapakah Rabb-mu? Siapakah Tuhanmu?

Penulis رَحِمَهُ اللهُ berkata,

فَإِذَا قِيْلَ لَكَ : « مَنْ رَبُّكَ ؟ » ، فَقُلْ : « رَبِّـيَ اللهُ الَّذِي رَبَّانِـيْ وَرَبَّى جَمِيْعَ الْعَالَمِيْنَ بِنِعَمِهِ ، وَهُوَ مَعْبُودِيْ لَيْسَ لِـيْ مَعْبُودٌ سِوَاهُ .
Jika anda ditanya, “Siapakah Rabbmu? Siapakah Tuhanmu” Maka jawablah, “Rabb-ku (Tuhanku) adalah Allah yang telah mengurus diriku dan mengurus seluruh alam dengan segala nikmat-Nya. Dia-lah Allah sesembahanku yang tidak ada sesembahan kecuali Dia.
Kemudian kata penulis, adapun dalilnya adalah firman Allah ta'ala,

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Segala puji hanya milik Allah, Rabb sekalian alam. (QS. Al-Fatihah: 2)
َكُلُّ مَا سِوَى اللهِ عَالَـمٌ ، وَأَنَا وَاحِدٌ مِنْ ذٰلِكَ الْعَالَـمِ
Segala sesuatu selain Allah itulah alam, dan aku adalah salah satu dari alam tersebut.
Jadi, landasan yang pertama adalah mengenal Allah ta'ala di mana di dalamnya ada beberapa bahasan. Kalau ditanya “siapakah Rabb-mu?” maka jawabannya, “Rabb-ku, Tuhanku adalah Allah”. Yang di antara sifat Allah adalah, الذي رباني وربى جميع العالمين بنعمته, Allah-lah yang telah mengurusku, mengurus seluruh alam dengan segala nikmatnya.

Mengurusnya Allah kalau disimpulkan itu menjadi 3,
  1. Allah subhanahu wa ta'ala yang menciptakan kita,
  2. Allah subhanahu wa ta'ala yang memiliki kita,
  3. Allah subhanahu wa ta'ala yang mengatur segalanya terkait dengan kita.
Ini makna Rububiyah Allah, bahwa Allah subhanahu wa ta'ala yang mengurus karena Allah-lah yang menciptakan kita. Makanya tidak ada yang lebih tahu tentang kita daripada Allah.

Yang kedua, karena Allah yang memiliki kita, maka hak Allah mau melakukan apa saja terkait dengan kita, karena kita ini milik Allah. Allah memerintah, Allah melarang, itulah hak Allah.

Yang ketiga, Allah yang mengatur kita, yang memberikan rezeki, yang menghidupkan, yang mematikan dan seterusnya, dengan segala nikmatnya. Maka tidak ada satu nikmat pun yang kita dapatkan ini kecuali sumbernya dari Allah,

وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ الله
Tidak ada sedikit nikmat pun yang kita dapatkan kecuali dari Allah. (QS. An-Nahl: 53).
Kewajiban kita adalah bersyukur.

Kemudian di sini dilanjutkan oleh penulis, poin yang sangat penting

وَهُوَ مَعْبُودِيْ لَيْسَ لِـيْ مَعْبُودٌ سِوَاهُ
Dia-lah sesembahanku. Tidak ada sesembahan yang berhak aku ibadahi dengan benar kecuali Allah.
Pengakuan Allah sebagai pencipta, pengakuan Allah sebagai yang memiliki kita, pengakuan Allah sebagai yang mengatur kita, tidak ada manfaatnya ketika tidak diiringi dengan keyakinan bahwasanya hanya Allah-lah yang berhak diibadahi. Maka keyakinan yang tadi itu tidak ada manfaatnya kalau tidak diiringi dengan keyakinan bahwa hanya Allah-lah yang berhak diibadahi.

Orang musyrikin jahiliyah kalau hanya meyakini bahwa Allah sebagai pencipta, yang memiliki alam semesta, yang mengatur alam semesta, mereka pun yakin, cuma masalahnya mereka menyekutukan Allah. Selain mereka beribadah kepada Allah, mereka pun beribadah kepada selain Allah.

Itulah makna “Rabb”, itulah keyakinan kita bahwa Allah sebagai Rabb, yaitu kita meyakini Dia-lah yang mengurus kita, mengurus seluruh alam semesta dan kita pun meyakini bahwasanya tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah.

Kemudian penulis membawakan dalilnya, di antara dalil nya Allah surah Al-Fatihah, dalam surah Al-Fatihah Allah berfirman,

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Segala puji hanya milik Allah, Rabb sekalian alam. (QS. Al-Fatihah: 2)
Segala sesuatu selain Allah —maksudnya makhluk ini— itu adalah alam dan kita ini sebagai manusia adalah salah satu dari alam tersebut atau salah satu dari makhluk tersebut.


Selanjutnya,

Dengan Apa Kita Mengenal Rabb?

Secara umum kita mengenal Allah rabbul ‘alamin dengan ayat-ayatnya atau tanda, ayat itu artinya tanda, tanda-tanda kekuasaan Allah. Tanda-tanda kekuasaan Allah itu ada dua,
  1. Ayat kauniyah yaitu tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di alam semesta yang kita saksikan ini, ada langit, ada bumi, ada gunung, ada laut, ada malam, ada siang, nah itu namanya Ayat Kauniyah, tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta.
  2. Ayat Al-Maqruu'ah, tanda-tanda kekuasaan Allah, bukti-bukti kekuasaan Allah di dalam Al-Qur’an yang kita baca, atau Ayat Qur’aniyah, tanda-tanda kekuasaan Allah dalam Al-Qur’an yang kita yang kita baca.
Sehingga semakin orang mempelajari Al-Qur’an maka dia akan semakin mengenal Allah subhanahu wa ta'ala, dan itulah tujuan Al-Qur’an diturunkan yaitu untuk dipelajari, sebagaimana yang Allah firmankan dalam Surat Shaad,

كِتَٰبٌ أَنزَلْنَٰهُ إِلَيْكَ مُبَٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوٓا۟ ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ
Al-Quran ini adalah kitab yang Kami turunkan kepadamu dengan penuh keberkahan, agar mereka senantiasa mentadabburinya, dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (QS. Shad: 29)
Mempelajari isi kandungannya, lalu mengamalkannya dalam kehidupan sehari hari, itulah tujuan Al-Qur’an diturunkan. Jadi, secara umum kita mengenal mengenal Rabb —mengenal Tuhan— ini dengan dua, yakni Ayat Kauniyah di alam semesta dan Ayat Al-Maqru'uah, ayat-ayat yang kita baca, maksudnya Al-Qur’an, walaupun penulis di sini menyebutkan hanya Ayat Kauniyah saja.

Penulis رَحِمَهُ اللهُ berkata

فَإِذَا قِيْلَ لَكَ : « بِـمَ عَرَفْتَ رَبَّكَ ؟ » ، فَقُلْ : « بِآيَاتِهِ وَمَخْلُوْقَاتِهِ ، وَمِنْ آيَاتِهِ : اللَّيْلُ ، وَالنَّهَارُ ، وَالشَّمْسُ ، وَالْقَمَرُ ؛ وَمِنْ مَخْلُوقَاتِهِ : السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ ، وَالْأَرَضُوْنَ السَّبْعُ ، وَمَنْ فِيهِنَّ وَمَا بَيْنَهُمَا .
Kemudian jika Anda ditanya, “Dengan apa Anda mengenal Rabb-mu?” Maka jawablah, “Dengan tanda-tandanya dan dengan makhluk-makhluk-Nya. Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah malam dan siang, demikian pula matahari dan bulan, dan di antara makhluk-makhluk-Nya adalah langit yang tujuh, bumi yang tujuh serta siapa saja yang ada padanya dan apa saja yang ada di antara keduanya.
Jadi, di sini disebutkan bahwa mengenal Allah di antaranya adalah dengan mentafakuri ayat-ayat dan makhluk-makhluk Allah. Tadi sudah saya sampaikan bahwa ayat atau tanda kekuasaan Allah itu ada dua, yang di alam semesta dan yang kita baca di dalam Al-Qur’an, walaupun penulis hanya menyebutkan ayat kauniyah saja, di mana beliau mengatakan di antara tanda-tanda kekuasaan Allah adalah malam dan siang, matahari dan bulan.

Kemudian di antara makhluk-makhluk Allah adalah langit yang tujuh, bumi yang tujuh dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya. Di sini disebutkan “dengan ayat dan makhluk” padahal makhluk juga adalah ayat, kenapa kok dipisahkan seperti ini oleh penulis? Penulis hanya mengikuti gaya redaksi Al-Qur’an. Karena ketika menyebutkan ayat, Al-Qur’an menyebutkan malam, siang, matahari dan bulan, ketika menyebutkan makhluk maka Al-Qur’an menyebutkan langit dan bumi. Coba kita baca,

وَالدَّلِيْلُ قَوْلُـهُ تَعَالَى : وَمِنْ ءَايَٰتِهِ ٱلَّيْلُ وَٱلنَّهَارُ وَٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ
Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan.
Jadi, penulis mengikuti redaksi Al-Qur’an.

لَا تَسْجُدُوا۟ لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَٱسْجُدُوا۟ لِلَّهِ ٱلَّذِى خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Janganlah bersujud menyembah matahari maupun bulan, tetapi bersujudlah hanya kepada Allah Yang telah menciptakan semuanya, jika kalian benar-benar beribadah hanya kepada-Nya.
Kemudian,

وَقَوْلُـهُ تَعَالَى : إِنَّ رَبَّكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ يُغْشِى ٱلَّيْلَ ٱلنَّهَارَ يَطْلُبُهُۥ حَثِيثًا وَٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ وَٱلنُّجُومَ مُسَخَّرَٰتٍۭ بِأَمْرِهِۦٓ ۗ أَلَا لَهُ ٱلْخَلْقُ وَٱلْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Demikian pula firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Sesungguhnya, Rabb-mu adalah Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, —enam hari di sini dimulai dari hari Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at. Dan hari Jum’atnya Allah menciptakan Adam— lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. Dan Dia ciptakan pula matahari, bulan, dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al-A’raaf: 54.)

Di sini yang menjadi dalil adalah kalimat ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ, “Dialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi”.

Jadi kesimpulannya sekali lagi, kita mengenal Allah yaitu pertama dengan melihat alam semesta ini, semakin seseorang melihat keindahan dan kebesaran makhluk Allah maka dengannya dia semakin mengenal Allah rabbul ‘alamin.

Contohnya langit, kalau kita perhatikan dimana ujung langit? Misalnya kita bayangkan langit itu ujungnya di satu titik, lalu setelah itu ada apa? Setelah itu ada apa lagi? Dan seterusnya, maka akal kita tidak akan mampu untuk menjangkaunya. Memikirkan makhluk saja akal kita tidak mampu untuk menjangkaunya, apalagi memikirkan Allah. Oleh karena itu mengenal Allah tidak bisa hanya dengan akal, mengenal Allah harus dengan wahyu.


Kemudian poin selanjutnya,

Rabb, Dia-lah Yang Berhak Diibadahi

Penulis رَحِمَهُ اللهُ berkata,

وَالرَّبُ هُوَ الْمَعْبُودُ .
Ar-Rabb adalah Al-Ma’buud (yang berhak untuk diibadahi).
وَالدَّلِيلُ قَوْلُـهُ تَعَالَى : َا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Wahai sekalian manusia, beribadahlah kepada Rabb-mu Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, semoga dengannya kalian menjadi orang yang bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 21)
Di sini yang menjadi dalil adalah kalimat اعْبُدُوا رَبَّكُمُ, “Beribadahlah kalian kepada Rabb kalian”. Berarti Rabb ini —yaitu Allah yang telah menciptakan alam semesta dan menciptakan kita— Dia-lah yang berhak diibadahi, bahkan di akhir ayat yang ke-22 Allah berfirman,

فَلا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan janganlah kalian menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah, sementara kalian mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 22)
Kalian tahu bahwasanya Allah itu adalah Rabb, Allah itu adalah Maha Pencipta yang mengatur dan mengurus alam semnesta. Karena yang pantas diibadahi hanyalah yang telah menciptakan alam semesta, sementara tidak ada yang menciptakan alam semesta ini kecuali Allah rabbul ‘alamin.

Seperti yang tadi sudah saya sampaikan bahwa keyakinan Allah sebagai Rabb dan Maha Pencipta itu nggak ada manfaatnya jika tidak diiringi dengan keyakinan bahwa hanya Allah-lah yang berhak diibadahi.

Kemudian penulis membawakan perkataan Imam Ibnu Katsir di dalam kitab tafsirnya,

قَالَ ابْنُ كَثِيْرٍ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى : « الْـخَالِقُ لِهٰذِهِ الْأَشْيَاءِ هُوَ الْمُسْتَحِقُّ لِلْعِبَادَةِ » .

Ibnu Katsir رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى berkata, “Allah yang menciptakan segala sesuatu ini, Dia-lah Yang berhak untuk diibadahi.”

Maka kita yakin Allah sebagai Rabb yang Maha Pencipta, Yang Maha Mengatur, yang memiliki alam semesta ini. Kita pun wajib meyakini dan melaksanakan ibadah hanya kepada Allah semata. Inilah tauhid.


Demikian para jamaah sekalian, pertemuan kita yang keempat. Insya Allah kita akan lanjutkan lagi dengan bahasan macam -macam ibadah.

Semoga bermanfaat.

Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.