F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Tajwid – 02 – Definisi Al Quran Qur-an - Belajar Islam BIS

Tajwid – 02 – Definisi Al Quran Qur-an - Belajar Islam BIS
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
Grup WhatsApp BELAJAR ISLAM
Pembina : Ustadz Beni Sarbeni, Lc.
https://bis.belajar-islam.net
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
Materi : 📚 TAJWID 📖 Definisi Al Qur-an
Pemateri : Ustadz Abu Fauzan, S.Pd Hafidzhahullahu Ta'ala

Tajwid – 02 – Definisi Al Quran

بسم الله الرحمن الرحيم
والصلاة والسلام على نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين
أَشْهَدُ ألا إله الا الله و أشْهَدُ ان مُحَمدا عبده و رَسُوْله، وبعد

Para pendengar Belajar Islam dimanapun anda berada, pada pertemuan perdana kita kali ini, yaitu setelah mukadimah yang saya sampaikan, mari kita bahas materi demi materi yang ada di dalam buku Ringkasan Tajwid Dasar ini.

DEFINISI AL QUR-AN

Al Qur-an secara bahasa adalah mashdar dari قرأ – يقرأ, maknanya ada dua, yaitu:
1. Sesuatu yang dibaca, diartikan demikian dikarenakan Al Qur-an dibaca oleh lisan-lisan manusia.
2. Pengumpul, diartikan demikian dikarenakan Al Qur-an adalah mengumpulkan kabar dan hukum.

Adapun secara istilah syar’i, Al Qur-an adalah:

كَلاَمُ اللَّـهِ تَعَالَ، الْمُعْجِزُ، الْمُنَزَّلُ عَلَى خَاتَمِ الأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ، سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صلى اللـه عليه وسلم بِوَاسِطَةِ الأَمِيْنِ جِبْرِيلَ عليه السلام الْمَكْتُوبُ فِي الْمَصَاحِفِ، الْمَنْقُولُ إِلَيْنَا بِالتَّوَاتُرِ، الْمُتَعَبَّدُ بِتِلاَوَتِهِ، الْمَبْدُوُءُ بِسُوْرَةِ الْفَاتِحَةِ، الْمَخْتُومُ بِسُورَةِ النَّاسِ.
“Al Qur-an adalah Kalamullah subhanahu wa ta’ala, sebagai mu’jizat, yang diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul, yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan perantara Jibril ‘alaihissalam. Yang ditulis dalam mushaf-mushaf, yang dinukil sampai kepada kita secara mutawatir, membacanya bernilai ibadah, kemudian dimulai dengan surah al Fatihah yang ditutup dengan surah an-Naas.”[1]
Al Qur-an disebut Kalamullah (firman Allah) maksudnya adalah: bahwa semua huruf, lafadz, dan makna Al Qur-an semua termasuk Kalamullah.

Dalil bahwa Al Qur-an itu Kalamullah, yaitu firman Allah subhanahu wa ta’ala:

وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّىٰ يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah (Al Qur-an), kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.” (QS. At-Taubah [9]: 6)
Ahlus Sunnah wal Jama’ah menyatakan:

 إن القرآن كلام الله، مُنَزَّل غير مخلوق، منه بدأ، و إليه يعود
“Al Qur-an adalah Kalamullah, yang diturunkan dan bukan diciptakan (baca: bukan makhluk), berasal hanya dari-Nya, dan kembali kepada-Nya”
Hadits Qudsi adalah Kalamullah juga, namun jika definisi dari Al Qur-an adalah “Kallamullahi Ta’ala al mu’jiz” maka tidak termasuk didalamnya hadits qudsi tersebut, kenapa?, karena hadits qudsi bukanlah mu’jizat.

MU’JIZAT

Kata mu’jizat [المعجزة] turunan dari kata al-Ajz [العَجْز] yang artinya tidak mampu untuk melakukan sesuatu. Sementara secara istilah syar’i, mu’jizat adalah kejadian luar biasa yang Allah subhanahu wa ta’ala berikan kepada para Nabi-Nya sebagai bukti status kenabian mereka. (ar-Rusul wa ar-Risalat, Umar al-Asyqar, hlm. 86)

Syaikh Abdurrahman As-Sa’diy menjelaskan:
“Mu’jizat adalah sesuatu yang Allah turunkan melalui para Rasul dan Nabi berupa kejadian-kejadian luar biasa (di luar hukum adat/sebab-akibat) sebagai bentuk tantangan bagi manusia. Merupakan berita dari Allah untuk membenarkan apa yang telah Allah utus untuk menguatkan para Rasul dan Nabi. Seperti terbelahnya bulan dan turunnya Al Qur-an.” (At-Tanbihaat Al-Lathiifah hal. 107)
Allah subhanahu wa ta’ala sendiri menantang orang Arab yang hidup di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, berkaitan dengan Al Qur-an ini.

Dikatakan kepada mereka:
“Kalian mengatakan bahwa firman yang datang kepada Muhammad adalah buatan Muhammad sendiri? Jikalau demikian, buatlah sebuah kitab yang serupa seperti Al Qur-an,”
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

قُل لَّئِنِ ٱجۡتَمَعَتِ ٱلۡإِنسُ وَٱلۡجِنُّ عَلَىٰٓ أَن يَأۡتُواْ بِمِثۡلِ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانِ لَا يَأۡتُونَ بِمِثۡلِهِۦ وَلَوۡ كَانَ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡضٖ ظَهِيرٗا ٨٨
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur-an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.'” (QS. Al Isra [17]: 88)
Terhadap Kalamullah ini, para ahli bahasa di kalangan orang Arab tidak bisa berkomentar mengenainya, karena Al Qur-an tidak sebanding dengan kalamul Arab yang beredar pada saat itu. \Al Qur-an bukanlah Nasr ataupun Syair, oleh karena itu para ahli bahasa berkata, Kalam Arab itu ada 3, yaitu: Nasr, Syair dan Al Qur-an. ketika Al Qur-an dilantunkan:

  وَٱلضُّحَىٰ  ١ وَٱلَّيۡلِ إِذَا سَجَىٰ  ٢ مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ  ٣ وَلَلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٌ لَّكَ مِنَ ٱلۡأُولَىٰ ٤

Apakah ini Nashr? Bukan, ini bukan nashr, karena nashr merupakan sebuah rangkaian kata yang memiliki alunan yang sudah ditentukan, ataukah Al Qur-an adalah Syair?, bukan juga, karena Al Qur-an tidak berlaku padanya bahr yang dimana orang arab menetapkan ketentuannya pada syair tersebut.[2]

YANG DITURUNKAN

Yang diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul, yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Suhuf Ibrahim, Zabur, Taurat, dan Injil tidak termasuk didalamnya, karena kitab-kitab tersebut diturunkan kepada Nabi yang lainnya sebelum beliau, adapun kaum muslimin hanya sebatas mengimani kitab-kitab yang telah turun tersebut tanpa menjalankan syari’atnya.

Para pendengar sekalian, sejatinya wahyu turun kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah kepada pendengarannya, akan tetapi wahyu turun kepada hati beliau, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

نَزَلَ بِهِ ٱلرُّوحُ ٱلۡأَمِينُ  ١٩٣ عَلَىٰ قَلۡبِكَ لِتَكُونَ مِنَ ٱلۡمُنذِرِينَ ١٩٤
“Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.” (QS. Asy Syu’ara [26]: 193-194)
Kemudian, betapa beratnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima wahyu ini, bahkan ketika dimalam hari yang dingin, keringat beliau bercucuran disebabkan beratnya wahyu yang diterima oleh beliau, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

إِنَّا سَنُلۡقِي عَلَيۡكَ قَوۡلٗا ثَقِيلًا ٥
“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat.” (QS. Al Muzammil [73]: 5)
Alhamdulillah Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan kekuatan dari Allah subhanahu wa ta’ala mampu menerima wahyu yang diamanahkan kepadanya. Kemudian apabila Jibril ‘alaihissalam telah menyelesaikan urusannya dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau hafal wahyu yang telah diucapkan Jibril tersebut, mulai dari lafadznya sampai maknanya. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil para Sahabatnya yang mampu dan mengetahui tentang penulisan kitab, dan mulailah mereka menulisnya didepan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau membacakan Al Qur-an dari mulutnya, dan mereka mendengarkannya, kemudian menulisnya, kemudian membacakannya lagi dihadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila dalam bacaannya ada yang kurang, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meluruskanya, lalu setelah itu para sahabat menyampaikannya kepada manusia.

MUTAWATIR [3]

Kemudian pada definisi Al Qur-an diatas ada kata mutawatir, secara bahasa, mutawatir adalah isim fa’il dari at-tawatur yang artinya berurutan. Sedangkan mutawatir menurut istilah adalah: apa yang diriwayatkan oleh sejumlah banyak orang yang menurut kebiasaan mereka terhindar dari melakukan dusta mulai dari awal hingga akhir sanad.

Atau: hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang banyak pada setiap tingkatan sanadnya, yang menurut akal tidak mungkin para perawi tersebut sepakat untuk berdusta dan memalsukan hadits, dan mereka bersandarkan dalam meriwayatkan pada sesuatu yang dapat diketahui dengan indera seperti pendengarannya atau semacamnya.

MEMBACANYA BERNILAI IBADAH

Seperti yang kita simak dalam definisi di atas bahwa Al Qur’an jika dibaca dia bernilai ibadah.

Sahabat Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِن أَلِفٌ حَرْفُ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur-an maka baginya satu pahala, dan satu pahala itu dilipatgandakan menjadi sepuluh pahala. Aku tidak mengatakan alif lam min itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR At Tirmidzi dari Sahabat Abdullah bin Mas’ud radiyallahu ‘anhu)
Al Qur-an terdiri dari 114 surat, dimulai dari surat Al Fatihah dan diakhiri oleh surat An Naas, adapun ayatnya, al-Hafidz Ibnu Katsir menyebutkannya sebagai berikut: “Tentang jumlah ayat Al Qur-an ada 6000 ayat, kemudian ulama berbeda pendapat yang lebih dari angka itu. Diantara mereka berpendapat, tidak lebih dari 6 ribu ayat, ada yang mengatakan 6204 ayat, ada yang mengatakan 6014 ayat, ada juga yang mengatakan 6219 ayat, ada yang mengatakan 6225 ayat atau 6226 ayat. Dan ada yang mengatakan 6236 ayat. Pendapat terakhir ini disampaikan oleh Abu Amr ad-Dani dalam kitab al-Bayan.” (Tafsir Ibn Katsir, 1/98)

Perbedaan jumlah ayat di atas, sama sekali bukan karena perbedaan Al Qur-an yang mereka miliki. Al Qur-an mereka sama persis seperti Mushaf al-Imam yang diterbitkan di zaman Khalilfah Utsman bin Affan radiyallahu ‘anhu. Karena mengingkari satu huruf dalam Al Qur-an, sama dengan mengingkari seluruh isi Al Qur-an.

Ali bin Abi Thalib radiyallahu ‘anhu mengatakan:

مَنْ كَفَرَ بِحَرْفٍ مِنَ الْقُرْآنِ ، أَوْ بِآيَةٍ مِنْهُ ، فَقَدْ كَفَرَ بِهِ كُلِّهِ
”Barangsiapa yang kufur terhadap satu huruf Al Qur-an atau salah satu ayat Al Qur-an berarti dia telah kufur terhadap seluruh isi Al Qur-an.” (Hikayatul Munadharah fiil Qur’ani ma’a ba’dhu Ahlil Bid’ati, Hal 33).
Perbedaan jumlah ayat ini terjadi disebabkan ketika para ulama menentukan titik-titik ayat dalam Al Qur-an. Terkadang ada dua ayat dalam mushaf, yang menurut ulama tertentu, dua ayat itu dihitung satu ayat. Terkadang ada juga satu ayat yang panjang, oleh ulama A masih dianggap satu ayat, sementara oleh ulama B dianggap dua ayat, dan demikian seterusnya sesuai dengan ijtihad mereka.

Demikianlah sedikit penjelasan mengenai definisi Al Qur-an yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini.

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Footnote________
[1] Al Qur-an Ahkamuha wa Mashdaruhaa (hlm 11) Karya Dr. Sya’ban Muhammad Ismail
[2] Video Ta’riful Qur-anul Karim, Dr. Aiman Rusydi Suwaid dengan sedikit perubahan dan penambahan
[3] https://ahlulhadist.wordpress.com/2007/10/16/hadits-mutawatir/
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.