F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Materi 76- Tawadhu’nya Nabi ﷺ Kepada Orang Lemah

Materi 76- Tawadhu’nya Nabi ﷺ Kepada Orang Lemah - Kelas UFA - Silsilah Amalan Hati dan Penyakit Hati

Materi 76- Tawadhu’nya Nabi ﷺ Kepada Orang Lemah

🌍 Kelas UFA
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Silsilah Amalan Hati dan Penyakit Hati

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Di antara tawadhu’nya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu beliau mau mengurusi atau membantu orang-orang yang susah. Padahal beliau adalah orang yang super sibuk. Saya boleh katakan bahwa beliau super sibuk, sebagai kepala negara, kepala rumah tangga, mufti (tempat orang bertanya), seorang sahabat, beliau harus mengurusi banyak peperangan. Orang-orang yang ingin menjatuhkan Islam, beliau berpikir bagaimana menyebarkan dakwah ke seantero dunia, artinya punya banyak kesibukan.

Di tengah-tengah kesibukan beliau jika ada yang meminta bantuan, beliau bisa lakukan. Contohnya dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu. Beliau berkata,

أنَّ امْرَأَةً كانَ في عَقْلِهَا شيءٌ

“Ada seorang wanita yang akalnya terganggu.” Bukan orang normal. Akalnya terganggu.

“Wanita tersebut datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” Dan beliau agak sedikit terganggu. Mungkin tidak sampai kepada derajat gila tapi akalnya terganggu. Artinya tidak normal.

يا رَسولَ اللهِ، إنَّ لي إلَيْكَ حَاجَةً

“Kemudian wanita ini berkata, ‘Aku punya keperluan kepada engkau’.”
Subhanallah. Seorang akalnya terganggu mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan ada keperluan sama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab dengan riang tanpa ada keberatan dan rasa kesal. Sama sekali tidak.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

يا أُمَّ فُلَانٍ انْظُرِي أَيَّ السِّكَكِ شِئْتِ

“Wahai Ummu Fulan, terserah engkau mau aku antar ke lorong yang mana yang engkau hendaki. Terserah kemana saja di Kota Madinah. Jalan sana atau jalan sini kah terserah, sampai aku memenuhi kebutuhanmu. Apa urusanmu? Aku akan bantu.”
Kemudian pada sebagian jalan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdua dengan wanita ini -yang tentu dilihat orang banyak-, dia berbincang bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melayaninya hingga dia selesai dari kebutuhannya. Entah apa yang diperbincangkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mau berbincang dengan seseorang yang akalnya terganggu. Allahul musta’an.

Bagaimana jauhnya kita dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bagaimana akhlak beliau, sementara sebagian dari kita itu sok sibuk dan menyangka bahwa membantu orang seperti itu tidak mendapat pahala. Lihatlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tentu ada pahalanya jika perhatian dengan orang-orang susah.

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang kita katakan sebagai orang yang super cerdas, mau berbincang dengan wanita yang otaknya terganggu. Sungguh tawadhu’ yang luar biasa dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Contoh yang berikutnya yang juga diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata;

إِنْ كَانَتْ الْأَمَةُ مِنْ إِمَاءِ أَهْلِ الْمَدِينَةِ لَتَأْخُذُ بِيَدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَنْطَلِقُ بِهِ حَيْثُ شَاءَتْ

Kata Anas bin Malik, bahkan ada seorang budak wanita dari budak-budak milik penduduk kita madinah. Dia mengambil lengan baju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian dia membawa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membiarkannya.

فَتَنْطَلِقُ بِهِ حَيْثُ شَاءَتْ

Maka dia membawa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ke mana dia hendak pergi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membiarkannya saja. Ini adalah budak, bukan pembantu. Kalau pembantu mungkin levelnya masih tinggi. Sedangkan ini budak. Lebih rendah di zaman tersebut. Sebagaimana kita tahu bahwa budak pada zaman itu dapat diperjual belikan.

Kemudian ketika budak wanita ini memegang lengan bajunya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau tidak lantas menghentakkan tangannya, tidak mengibaskan tangannya, tidak menghardik dengan mengatakan ‘Untuk apa menyentuhku?’ Tidak demikian. Beliau membiarkannya karena beliau berpikir dia memiliki keperluan terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan karena kebetulan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada waktu untuk menemuinya maka beliau menemani budak wanita tersebut.

Subhanallah, betapa jauh kita (dengan akhlak beliau). Mungkin sebagian dari antum Maa syaa Allah. Tapi sebagian kita jauh dari akhlak Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Semoga Allah beri hidayah kepada kita semua untuk bisa tawadhu’ di hadapan siapa saja.

Wallahu a’lam.
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.