F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Materi 75- Tawadhu’nya Nabi ﷺ Kepada Anak Kecil

Materi 75- Tawadhu’nya Nabi ﷺ Kepada Anak Kecil - Kelas UFA -  Silsilah Amalan Hati dan Penyakit Hati

Materi 75- Tawadhu’nya Nabi ﷺ Kepada Anak Kecil

🌍 Kelas UFA
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Di antara contoh tawadhu’nya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yaitu mudah bergaul dan berinteraksi dengan siapa saja, bahkan terhadap anak-anak.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, beliau berkata:

إن كان النبيُّ لَيُخالطُنا

“Sungguh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam interaksi dengan kita,” HR. Bukhari

، حتى يقولَ لأخٍ لي صغيرٍ : يا أبا عُمَيرُ ! ما فعل النُّغَيرُ

“Sampai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berinteraksi dengan saudaraku (adik seibu lain bapak).”
Yaitu ketika burung yang dia pelihara mati padahal anak kecil tersebut sangat sayang kepada burungnya. Begitulah anak-anak, ada yang suka dengan kucing, ada yang suka dengan burung, atau yang lainnya.

Abu Umair ini suka main dengan burungnya, ternyata burungnya sakit kemudian mati. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika main ke rumahnya Anas bin Malik, dan ini di antara ketawadhu’an beliau. Bagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam -kalau boleh dikatakan- seorang pemimpin kaum muslimin, bahasa kita setingkat raja atau presiden atau penguasa, tapi tentunya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak seperti itu (bersikap meninggi). Intinya beliau adalah penguasa dan pemimpin kaum muslimin. Tapi beliau tawadhu’ dan mau main ke rumahnya Anas bin Malik yang merupakan pembantunya.

Tentu ini menakjubkan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sampai main ke rumahnya Anas bin Malik, padahal itu adalah pembantunya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghargai perkhidmatan Anas sebagaimana Anas bin Malik perhatian membantu Nabi, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam main ke rumahnya.

Ketika main ke rumahnya Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melihat adiknya Anas yang masih kecil dan ternyata burung yang dipeliharanya mati. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun berbicara dengan anak kecil tersebut: “Ya Aba ‘Umair” bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil dengan kunyahnya. Itu bentuk pemuliaan. Karena orang Arab senang dipanggil dengan kunyahnya, bukan dipanggil namanya.

Padahal anak ini masih kecil, tapi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memanggil dengan kunyahnya.

يا أبا عُمَيرُ ! ما فعل النُّغَيرُ

“Ya Aba Umair, apa yang terjadi dengan burungmu?” HR. Bukhari no. 6129, 6203 dan Muslim no. 2150
Sampai sebagian ulama mengatakan belum tentu dia paham apa yang dikatakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam karena saking masih kecilnya. Tapi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merendah, kemudian menurunkan level pembicaraan untuk berbicara dengan anak kecil.

Kalau ibarat kita, kepala negara kemudian untuk apa sibuk mengurusi anak kecil yang burungnya mati? Masih banyak urusan yang lain. Tapi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kebetulan di sana, melihat anak kecil yang burungnya mati, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berusaha untuk menghiburnya dengan mengajak anak tersebut berbincang. Hal ini karena kepekaan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Intinya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mudah untuk berinteraksi dengan siapapun, tidak hanya berinteraksi dengan para pembesar, bahkan kepada pembantunya (yaitu Anas bin Malik), kepada adik dari pembantunya.

Itulah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ini menunjukkan tawadhu’nya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Tidak seperti sebagian kita yang hanya berinteraksi dengan pembesar-pembesar saja atau orang kaya saja, orang terkenal saja. Enggan untuk berbicara dengan orang-orang susah, enggan untuk ngobrol sebentar duduk bermajelis atau makan bersama dengan orang-orang miskin. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berinteraksi dengan siapa saja.

Ini menunjukkan tawadhu’nya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena tidak mungkin orang bisa seperti ini kecuali jika hatinya merendah, tidak merasa dirinya tinggi, merasa dirinya tidak pantas untuk berinteraksi dengan orang-orang bawahan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak demikian.

Dan ini di antara contoh tawadhu’ Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bahkan dengan anak kecil pun Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berbincang.
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.