F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-83: Bab 05 Muraqabah ~ Pembahasan Hadits Umar bin Khattab Radhiyallahu 'Anhu Bag 01

Audio ke-83: Bab 05 Muraqabah ~ Pembahasan Hadits Umar bin Khattab Radhiyallahu 'Anhu Bag 01
📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-311
🌏 https://grupislamsunnah.com
🗓 RABU, 26 Syawal 1444 H / 17 Mei 2023 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin (Taman-Tamannya Orang-Orang yang Saleh dari Sabda-Sabda Nabi Muhammad ﷺ) karya Imam Nawawi Rahimahullah

💽 Audio ke-83: Bab 05 Muraqabah ~ Pembahasan Hadits Umar bin Khattab Radhiyallahu 'Anhu Bag 01


السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلهِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ

Segala puji bagi Allah Jalla Jalaluh (Allah yang Maha Agung dengan keagungan-Nya, -ed). Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan untuk Baginda Nabi kita Muhammad 'Alaihis-shalatu wassalam. Amma ba’du.

Kaum muslimin, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati oleh Allah Jalla Jalaluh.

Ahibbaty fillah.
Berkaitan dengan Babul Muraqabah, bab tentang pengawasan Allah, kita sudah mendengar dan membaca ayat-ayat di dalam Al-Qur'anul Karim yang mengandung informasi bahwa Allah senantiasa mengawasi.

{ ... إِنَّ ٱللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا }
(QS. An-Nisaa: 1)

Kemudian Al-Imam An-Nawawi dalam kitabnya Riyadhus Shalihin, melanjutkan dengan menyebutkan beberapa hadits yang berkaitan dengan Babul Muraqabah. Kita akan membaca hadits-hadits ini. Dan hadits yang pertama adalah hadits kedua yang berada dalam kitab Arbain An Nawawiyah, hadits Umar bin Khattab.

عَنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللّٰهِ ﷺ ذَاتَ يَوْمٍ ؛ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ، شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ، فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ، وَقَالَ : يَا مُحَمَّدُ! أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَم؟ فَقَالَ رَسُولُ اللّٰهِ ﷺ : ❲ الإِسْلاَمُ : أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰهِ ، وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اِسْتَطَعْتَ إِليْهِ سَبِيْلاً ❳ ، قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ ؛ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ! قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ؟ قَالَ : ❲ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ ، وَمَلائِكَتِهِ ، وَكُتُبِهِ ، وَرُسُلِهِ ، وَالْيَوْمِ الآَخِرِ ؛ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ ❳ ، قَالَ : صَدَقْتَ ، قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ؟ قَالَ : ❲ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ ؛ فَإِنَّهُ يَرَاكَ ❳ ، قَالَ : فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ؟ قَالَ : ❲ مَا الْمَسئُوُلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ ❳ ، قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا؟ قَالَ : ❲ أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا ، وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ ❳ ، ثُمَّ انْطَلَقَ . فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : ❲ يَا عُمَرُ! أتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ؟! ❳ ، قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ ، قَالَ : ❲ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ ؛ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ ❳ . ❊ رَوَاهُ مُسْلِمٌ [٨].

Dari Umar bin Al-Khattab radhiyallahu 'anhu, ia bercerita. Pada waktu kami para sahabat sedang duduk di sisi Rasulullahi Shallallahu 'alaihi wasallam, tiba-tiba muncullah di hadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan berambut sangat hitam. Tidak diketahui padanya bekas-bekas perjalanan jauh, dan tidak ada seorang pun dari kami yang mengenalnya. Hingga akhirnya laki-laki itu duduk di dekat Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam. Lantas dia menyandarkan kedua lututnya kepada kedua lutut Beliau dan meletakkan kedua telapak tangannya ke kedua paha Beliau. Laki-laki itu pun berseru, "Hai Muhammad, beritahukanlah kepadaku tentang Islam!"

Maka Rasulullahi Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Islam itu berarti hendaklah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah/sesembahan yang berhak selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan haji jika engkau mampu menempuhnya."

"Kamu benar," sahutnya.
Sehingga kami merasa heran terhadap laki-laki ini. Dia bertanya tetapi dia pula yang membenarkannya.
Laki-laki itu kembali berseru, "Beritahukanlah kepadaku tentang iman!"

Kemudian Beliau menjawab, "Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan juga hari akhir atau kiamat, serta engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk."

"Kamu benar," sahutnya lagi.
Lantas laki-laki itu berseru, "Beritahukanlah kepadaku tentang ihsan!"

Beliau pun menjawab, "Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya. Dan meski engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia melihatmu."

Kemudian laki-laki itu berseru tanpa membenarkan jawaban Beliau, "Sekarang beritahukanlah kepadaku tentang hari kiamat!"

Namun kini Beliau menjawab, "Yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada yang bertanya."
Laki-laki itu pun menanggapi, "Kalau begitu, beritahukanlah kepadaku tentang tanda-tandanya."

Maka Beliau menjawab, "Yaitu jika seorang budak wanita melahirkan tuan putrinya; di antaranya juga jika kamu melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, telanjang, lagi miskin dan penggembala kambing, mereka berlomba-lomba dalam meninggikan bangunan."

Setelah itu laki-laki tersebut pergi meninggalkan kami. Tidak lama kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepadaku, "Hai Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi?"
Aku menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui."
Beliau lantas menegaskan, "Sesungguhnya dia adalah Jibril, yang mengajarkan kalian tentang agama kalian." (HR. Muslim)
Jamaah rahimakumullah.
Ini hadits yang menjelaskan tentang tingkatan-tingkatan beragama. Umar bin Khattab radhiyallahu Ta'ala 'anhu menceritakan tentang kedatangan seorang lelaki; lelaki asing, rambutnya hitam, bajunya putih. Dia bukan orang dari dalam kota Madinah, karena tidak ada yang mengenalnya. Dan juga bukan orang yang datang dari safar, karena orang yang dalam perjalanan pada masa itu, tentunya akan kusut dan kusam, penuh dengan debu.

Lalu lelaki ini duduk, meletakkan lututnya, menempel dengan lutut Rasul Shallallahu 'alaihi wasallam. Para ulama menjelaskan, itulah salah satu adab dalam menuntut ilmu; menunjukkan keseriusan kalau engkau sedang hendak menuntut ilmu.

Tiga pertanyaan utama, berkaitan dengan ❲ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَم؟ ❳ "Beritahukan kepada aku tentang Islam."

Dan ini pelajaran untuk setiap muslim berkaitan dengan Islam. Karena muncul sebagian orang yang beranggapan bahwa semua agama sama. Semua agama, Islam; orang Nasrani juga Islam. Sehingga ada seorang tokoh dari kalangan kaum muslimin, yang tatkala ada seorang Nasrani yang membantu dia dalam membangun masjidnya hendak masuk ke dalam agama Islam, kata tokoh ini mengatakan, Enggak perlu, Bapak sudah Islam.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan kepada Jibril. Dan ini penjelasan untuk setiap manusia yang bertanya tentang Islam.

❲ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰهِ ❳

Yang pertama adalah syahadat, bahwa tiada Ilah yang berhak disembah melainkan hanya Allah, dan Nabi Muhammad 'Alaihis-shalatu wassalam utusan Allah.
Yang kedua, ini Islam. ❲ وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ ❳ - mendirikan shalat.
Yang ketiga: menunaikan zakat.
Yang keempat: puasa Ramadhan.
Yang kelima: berhaji bila mampu.
Ini Islam.

Kemudian sang penanya
mengatakan, "صَدَقْتَ" (benar). Ini yang membuat para sahabat bingung. Ini orang bertanya, tapi setelah mendengarkan jawaban, dia membenarkan jawaban tersebut. Berarti orang ini tahu dengan jawabannya.

Tingkatan beragama yang kedua adalah Iman.

Orang yang bertanya ❲ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ؟ ❳ "Iman itu apa?" Rukun iman yang enam.
Maka seorang muslim dari tingkatan yang pertama Islam, dia perlu menaikkan dirinya ketingkatan yang lebih tinggi.

Sebagaimana anak-anak yang sekolah, mereka tidak mungkin mau bertahun-tahun di kelas 1, dia ingin naik. Ketika dia naik, dia tidak akan berhenti di sana. Dia ingin naik ke jenjang yang selanjutnya, sampai lulus. Seorang yang bekerja pun, tidak ada yang pernah puas dengan satu tingkatan dia. Awal masuk kerja di level yang terendah. Setelah setahun, naik; dua tahun, naik; terus ... sampai level yang paling akhir. Tapi terkadang di dalam urusan agama, kita tidak ingin naik levelnya. Teteup.

Jamaah rahimakumullah, itu yang bisa kita kaji. Semoga ilmu yang kita kaji hari ini berguna buat kita dan bisa kita amalkan dalam kehidupan kita. Dan semoga Allah menerima amalan kita. Sampai berjumpa kembali.

بَارَكَ اللهُ فِيْك
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.