📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-693
🌏 https://grupislamsunnah.com
🗓 JUM'AT, 10 Rajab 1446 H / 10 Januari 2025 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin (Taman-Tamannya Orang-Orang yang Saleh dari Sabda-Sabda Nabi Muhammad ﷺ) karya Imam Nawawi Rahimahullah
Audio https://drive.google.com/file/d/17povXq7OuAHzofoK8mlv-8tGgTk9LKuC/view?usp=sharingAudio ke-430: Bab 39 Hak Tetangga dan Perintah agar Berbuat Baik kepada Tetangga ~ Pembahasan Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ ِلِلهِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ
Segala puji bagi Allah Jalla Jalaluh (Allah yang Maha Agung dengan keagungan-Nya, -ed). Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan untuk Baginda Nabi kita, Muhammad 'Alaihis-shalatu wassalam. Amma ba’du.
Kaum muslimin, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati oleh Allah Jalla Jalaluh.
Kita lanjutkan kajian kita.
وَعَنْهُ ، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ قَالَ : ❲ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ؛ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ، فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ؛ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَسْكُتْ ❳ . ❊ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu juga, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia tidak menyakiti tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia menghormati tamunya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berkata baik atau diam."(Muttafaqun 'alaih)
Subhanallah.
Di sini Nabi 'Alaihis-shalatu wassalam kembali mengangkat keimanan sebagai motor penggerak berbuat baik kepada tetangga. Beliau mengatakan, "Yang beriman kepada Allah dan hari akhir, beriman dengan adanya surga, beriman dengan adanya sirath yang berada di atas neraka Jahanam yang harus dilewati, maka hendaklah dia tidak mengganggu tetangganya." Tidak mengganggu!
Artinya, ketika kita tidak berbuat baik kepada tetangga kita, tapi kita tidak mengganggu, aman itu buat kita.
Tapi nanti di hadits selanjutnya, ternyata kita diperintahkan berbuat baik kepada tetangga. Engkau jangan ganggu tetanggamu, senang tetangga. Jangan buang sampah di depan rumahnya, jangan kotori depan rumahnya, jangan parkir di depan pintu gerbang rumahnya, kalau engkau beriman kepada Allah dan hari akhir.
❲ فَلا يُؤْذِ ❳
"Jangan diganggu tetangganya"
Itu yang pertama.
Yang kedua, Nabi mengatakan, 'Alaihis-shalatu wassalam,
❲ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ، فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ ❳
"Yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah memuliakan tamunya."
Tamu ini lebih dari, bukan orang yang ziarah ya, ada tetangga kita datang ke rumah kita, namanya berziarah, dalam satu kota disebut dengan ziarah. Tapi kalau dia datang dari safar, dari perjalanan, artinya dia memerlukan perjalanan untuk datang ke tempat kita, maka dia tamu yang wajib bagi kita untuk memuliakannya.
❲ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ ❳
Sehingga tamu itu merasa benar-benar nyaman. Berapa banyak orang ketika ada tamunya, masyaaAllah, dia mengatakan Anggap rumah sendiri, ini kamar mandinya di sini, tafadhal makan ini itu. MasyaaAllah, itu sudah memuliakan.
Ini hadits yang ini menyebutkan "jangan mengganggu", sudah, jangan diganggu! Afwan, itu tadi berkaitan dengan tetangga. Yang berkaitan dengan tamu, hendaklah memuliakan tamu. Keluarkan isi lemari es-mu, jangan ditawari tamu.
Ini ada sebuah peribahasa Arab yang mengatakan,
[ اِذَا اَرَدْتَ اَنْ تَحْرِمَ ضَيْفَكَ فَاسْتَشِرْهُ ]
Kalau engkau ingin tidak memberi sesuatu apa pun kepada tamumu, maka tawari dia.
Ini seakan-akan orang baik. Yalla, antum mau makan apa nih? Ada rawon, ada pecel.. Ada ini itu, macam-macam.
Biasanya tamu itu malu ketika ditawari seperti itu. Enggak, enggak, jazakallahu khairan, syukron, barakallah fiikum. Sudah, enggak usah repot-repot, antum duduk sini. Jadi kalau minum pun seperti itu. Engkau mau minum apa? Aku ada susu, ada ini itu.
Ketika ada tamu, enggak perlu banyak ngomong. Lakukan seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim 'Alaihissalam. Bagaimana Nabi Ibrahim 'Alaihissalam ketika datang tamu? Allah mengatakan di surat Adz-Dzariyat,
{ هَلْ أَتَىٰكَ حَدِيثُ ضَيْفِ إِبْرَٰهِيمَ ٱلْمُكْرَمِينَ ۞ إِذْ دَخَلُوا۟ عَلَيْهِ فَقَالُوا۟ سَلَٰمًا ۖ قَالَ سَلَٰمٌ قَوْمٌ مُّنكَرُونَ ۞ فَرَاغَ إِلَىٰٓ أَهْلِهِۦ فَجَآءَ بِعِجْلٍ سَمِينٍ ۞ فَقَرَّبَهُۥٓ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ ۞ فَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً ۖ قَالُوا۟ لَا تَخَفْ ۖ وَبَشَّرُوهُ بِغُلَٰمٍ عَلِيمٍ ۞ }
"Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad), cerita tentang tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya, lalu mengucapkan Salamun (salam), Ibrahim menjawab, Salamun (salam). (Kamu adalah) orang-orang yang tidak dikenal. Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk, lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata, Silakan anda makan. Tetapi mereka tidak mau makan. Karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata, Janganlah kamu takut, dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak)."
(QS. Adz-Dzaariyat: 24-28)
Na'am.
Kita lihat nih, datang tamu ke rumahnya Nabi Ibrahim, diajak ngobrol sama Nabi Ibrahim, Ahlan wa sahlan! ini itu, macam-macam. Yang di dalam rumah sudah menyiapkan makan.
Jadi dalam kondisi tamunya ngobrol, tuan rumah hendaklah sadar. Enggak perlu disuruh suaminya juga, istri sudah tahu diri, Oh ada tamunya, langsung bikinin apa ini itu, macam-macam. Langsung!
{ فَقَرَّبَهُۥٓ إِلَيْهِمْ }
Jadi makanannya itu langsung didekatkan, disuguhkan kepada mereka. Jadi enggak ditawari, Mau makan apa? ini itu. Sudah, dideketin! Yang pada akhirnya, ternyata tamunya enggak mau, enggak ada masalah kita. Enggak Ustadz, ana tawari, takut dia enggak mau.
Kalau enggak mau, kita punya tetangga, kita bisa berbagi sama tetangga. Artinya, kalau yang kita hidangkan ternyata dia enggak setuju, apalagi sekarang banyak makanan kering ya, kue-kue kering. Kalau masak, alhamdulillah, apalah yang bisa dimasak di rumah, ajak tetangga, ajak tamunya untuk makan. Perkara dia mengatakan, Oh, afwan, ana puasa, Ya Allah, sudah dibikinin, gimana ini?! Ya sudah, enggak ada masalah. Antum yang enggak puasa, makan minum. Tamunya yang mau jaga puasa tafadhal, biar dia puasa.
Di sini Nabi Ibrahim 'Alaihissalam mengajarkan kepada kita untuk tidak bertanya kepada tamu tentang apa yang hendak dia makan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga seperti itu kepada tamu-tamunya.
Bagaimana para sahabat Nabi ketika membawa tamunya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ke rumahnya, langsung disuguhkan sama Nabi, oleh Abu Thalhah ketika itu.
Ketika Nabi 'Alahis-shalatu wassalam -Nabi Muhammad 'Alaihis-shalatu wassalam-, Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, mereka berkunjung ke rumahnya salah seorang Anshar, sampai di sana enggak ketemu nih suaminya, artinya tuan rumah yang laki enggak ada. Kata istrinya, Ya Allah, enggak ada yang lebih mulia mendapatkan ketamuan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersama Abu Bakar, bersama Umar. Akhirnya disuruh duduk istirahat. Ditanya, Mana suamimu? Lagi cari air.
Dapat berapa waktu, suaminya datang bawa air. Bahagia suaminya melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersama Abu Bakar, bersama Umar. Dia langsung memetik kurma, dipotong kurma itu dengan dahannya, sehingga bisa milih Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam. Di situ sudah ada yang jadi kurma, ada yang sudah hampir matang, ada yang masih mentah. Disuruh memilih, enggak ditanyain mau yang mana. Dipotongin, ditarok. Terus, enggak ngomong-ngomong, dia ambil pisau, dia mau potong kambing. Ketika dia berangkat, Nabi melihat 'Alaihis-shalatu wassalam, dia sedang membawa pisaunya untuk menyembelih. Apa kata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam?
❲ إِيَاكَ وَالْحَلُوْبِ ❳
"Hati-hati kalau mau motong! Jangan dipotong yang mengeluarkan susu."
Artinya, dikasih arahan. Jadi ketika ada tamu, ada orang yang datang, enggak perlu ditawari. Disuguhin! Enggak mau, ada tetangga. Makanya di hadits yang selanjutnya, yang selanjutnya nanti, disebutkan agar kita berbuat baik kepada tetangga.
Di akhir hadits ini, Nabi 'Alaihis-shalatu wassalam mengatakan,
❲ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ❳
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir"
Tetap keimanan yang menjadi motor penggerak orang beramal.
❲ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَسْكُتْ ❳
"hendaklah dia berucap yang baik atau diam."
Dalam kehidupan pertemanan, dalam kehidupan di kantor, tempat kerja kita, di keluarga kita, di masyarakat dunia, hendaklah engkau memilih kata-kata yang indah ketika berbicara.
❲ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَسْكُتْ ❳
Kalau engkau enggak mampu, enggak bisa, Aku ini kalau ngomong kasar, kalau ngomong, suka nyakitin hati, diam! Ada orang yang seperti itu. Maka diam buat dia, nikmat, daripada berbicara kemudian maksiat.
Barakallahu fiikum.
Jamaah rahimakumullah, itu yang bisa kita kaji. Semoga ilmu yang kita kaji hari ini berguna buat kita dan bisa kita amalkan dalam kehidupan kita. Dan semoga Allah menerima amalan kita. Sampai berjumpa kembali.
بَارَكَ اللهُ فِيْك
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.
══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
Post a Comment