F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-415: Bab 37 ~ Pembahasan Hadits Anas

Audio ke-415: Bab 37 Menginfakkan Harta yang Dicintai dan Baik ~ Pembahasan Hadits Anas
☛ Pertemuan ke-678
🌏 https://grupislamsunnah.com
🗓 JUM'AT, 18 Jumadal Akhirah 1446 H / 20 Desember 2024 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin (Taman-Tamannya Orang-Orang yang Saleh dari Sabda-Sabda Nabi Muhammad ﷺ) karya Imam Nawawi Rahimahullah
Audio https://drive.google.com/file/d/1b78apZO8rq6BM1cF5MJYhaQPcGhgPkXI/view?usp=sharing

Audio ke-415: Bab 37 Menginfakkan Harta yang Dicintai dan yang Baik ~ Pembahasan Hadits Anas Radhiyallahu 'Anhu


السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلهِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ


Segala puji bagi Allah Jalla Jalaluh (Allah yang Maha Agung dengan keagungan-Nya, -ed). Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan untuk Baginda Nabi kita Muhammad 'Alaihis-shalatu wassalam. Amma ba’du.

Kaum muslimin, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati oleh Allah Jalla Jalaluh.

Kita lanjutkan kajian kita.

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ : كَانَ أَبُو طَلْحَةَ أَكْثَرَ الْأَنْصَارِ بِالْمَدِينَةِ مَالًا مِنْ نَخْلٍ ، وَكَانَ أَحَبُّ أَمْوَالِهِ إِلَيْهِ بَيْرُحَاءَ ، وَكَانَتْ مُسْتَقْبِلَةَ الْمَسْجِدِ ، وَكَانَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ يَدْخُلُهَا ، وَيَشْرَبُ مِنْ مَاءٍ فِيهَا طَيِّبٍ ، قَالَ أَنَسٌ : فَلَمَّا أُنزِلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ : { لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ } ؛ قَامَ أَبُو طَلْحَةَ إلى رَسُوْلِ اللهِ ﷺ ، فَقَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ! إنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالى يَقُوْلُ { لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ } ، وَإِنَّ أَحَبَّ أَمْوَالِيْ إِلَيَّ (بَيْرُحَاءَ) ، وَإِنَّهَا صَدَقَةٌ لِلهِ أَرْجُو بِرَّهَا وَذُخْرَهَا عِنْدَ اللهِ ؛ فَضَعْهَا يَا رَسُوْلَ اللهِ! حَيْثُ مَا أَرَاكَ اللهُ ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ : ❲ بَخٍ! ذَلِكَ مَالٌ رَابِحٌ ، ذَلِكَ مَالٌ رَابِحٌ! وَقَدْ سَمِعْتُ مَا قُلْتَ ، وَإِنِّي أَرَى أَنْ تَجْعَلَهَا فِي الْأَقْرَبِينَ ، فَقَالَ أَبُو طَلْحَةَ : أَفْعَلُ يَا رَسُوْلَ اللهِ! فَقَسَمَهَا أَبُو طَلْحَةَ فِي أَقَارِبِهِ ؛ وَ بَنِيْ عَمِّهِ ❳ . ❊ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

Dari Anas radhiyallahu 'anhu, dia bercerita, "Abu Thalhah radhiyallahu 'anhu adalah orang Anshar yang paling kaya dengan perkebunan kurma di Madinah. Harta kekayaannya yang paling dicintai olehnya ialah kebun Bairaha' yang menghadap Masjid Nabawi. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sering masuk ke kebun itu dan meminum air bersih yang berada di dalamnya." Anas melanjutkan, "Ketika turun ayat ini, Sekali-kali kamu tidak sampai kepada kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai, Abu Thalhah menghadap Beliau dan berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah Ta'ala menurunkan ayat ini kepada engkau, Sekali-kali kamu tidak sampai kepada kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Ketahuilah, bahwa harta yang paling aku cintai adalah kebun Bairaha', dan sekarang kebun tersebut aku sedekahkan demi Allah Ta'ala dengan mengharap kebajikannya dan sebagai simpanan di sisi Allah Ta'ala. Wahai Rasulullah, maka manfaatkanlah kebun itu sesuai dengan petunjuk Allah yang diberikan kepada engkau.'

Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Bagus! Itulah harta yang menguntungkan, itulah harta yang menguntungkan! Aku mendengar apa yang kamu katakan tadi, dan menurutku sebaiknya engkau membagi-bagikan kebun tersebut kepada sanak kerabat.' Kemudian Abu Thalhah berkata, 'Akan aku kerjakan Rasulullah!' Setelah itu Abu Thalhah membagi-bagikan kebun tersebut untuk sanak kerabat dan anak-anak pamannya (sepupunya)."
(Muttafaqun 'alaih)

Subhanallah, Jamaah.
Kita dapat melihat bagaimana para sahabat Nabi mengamalkan perintah Allah 'Azza wa Jalla, baik yang berupa anjuran atau kewajiban. Mereka bukan orang-orang yang banyak bertanya. Dan kita tahu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam melarang kita banyak bertanya, kecuali pertanyaan yang memang kita perlukan. Sudah, diperintahkan, amalkan!

Tidak seperti Bani Israil, yang mereka banyak ngomong dan banyak pertanyaan. Yang kalau disimpulkan dari pertanyaan-pertanyaan mereka, mereka hanya ingin lari dari perintah. Disuruh nyembelih,

{ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُواْ بَقَرَةً }

Suruh menyembelih sapi betina. Sudah, tinggal sembelih; tanya sapinya kayak apa, warnanya kayak apa, umurnya berapa, kondisinya bagaimana.

Para sahabat Nabi enggak sama dengan mereka. Ketika turun ayat ini, kita lihat bagaimana Abu Thalhah menjumpai Rasul Shallallahu 'alaihi wasallam. Lalu dia mengatakan,

يَا رَسُوْلَ اللهِ! عَلَيْكَ اَلصَّلاَةُ وَالسَّلَامُ يَا رَسُولَ اللهِ! إنَّ اللهَ تَعَالى أَنزَل عَلَيْكَ { لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ }

Ini dalilnya dia sebutkan. "Sesungguhnya Allah telah menurunkan kepadamu sebuah ayat bahwa { لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ }, kalian tidak akan mencapai tingkat birra ( بِرَّ ), tingkat kebaikan, sehingga kalian menginfakkan dari apa yang kalian cintai."

Maka Abu Thalhah mengatakan,

وَإِنَّ أَحَبَّ مَالِي بَيْرَحَاءَ أَوْ بَيْرُحَاءَ

"Sesungguhnya harta yang paling aku cintai namanya Bairaha'."

Bairaha' ini lokasinya disebutkan di hadapan/menghadap ke Masjid Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam. Orang kalau keluar masjid itu, dia akan mendapati kebun yang luas sekali, yang disebutkan bahwasanya jumlah pohon kurmanya ada yang mengatakan sampai 400, ada yang mengatakan 700, jumlah pohon kurmanya!

Di samping itu lokasinya strategis, berdekatan dengan Masjid Nabawi. Kalau orang berpikir bisnis, MasyaaAllah, ini bisa bikin hotel nih, bisa bikin rumah singgah, atau apalah! Di dalam kebun tersebut masyaaAllah, ada mata air yang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sering masuk ke sana, minum dari airnya.

Abu Thalhah orang kaya, dan orang kaya ini punya banyak harta. Sehingga dia tahu di antara harta-harta itu mana yang paling dia sukai, Bairaha'! Tentu! Lokasinya strategis, ada mata airnya. Jumlah pohon kurmanya jangan ditanya, sangat menghasilkan. Dan orang semua ingin dengan tanahnya Abu Thalhah.

Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ketika mendengarkan ucapan Abu Thalhah,

وَإِنَّهَا صَدَقَةٌ لِلهِ تَعَالى أَرْجُو بِرَّهَا وَذُخْرَهَا عِنْدَ اللهِ

Maka ya Rasulullah, aku menjadikan itu kebun shadaqah untuk Allah 'Azza wa Jalla. Aku berharap kebaikannya dan aku berharap itu menjadi tabungan simpananku di sisi Allah 'Azza wa Jalla.

فَضَعْهَا يَا رَسُولَ اللهِ حَيْثُ أَرَاكَ اللهُ

Ya sudah, Rasulullah, silakan engkau manfaatkan sesuai dengan yang Allah jelaskan kepadamu.

Sudah! Sudah diberikan kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam. Karena dia minta Nabi untuk mengaturnya, apa kata Rasul Shallallahu 'alaihi wasallam?

❲ بَخٍ! ذَلِكَ مَالٌ رَابِحٌ ❳

Dikatakan bakhin ( بَخٍ ), ini ucapan takjub. Ini enggak main-main, Jamaah! Di depan Masjid Nabawi, berhadapan dengan Masjid Nabawi. Jadi orang keluar masjid, langsung.

Sekarang kalau kita lihat, hotel-hotel yang langsung berhadapan dengan pintu masjid, dan dari arah selatan masyaaAllah, orang berlomba-lomba, atau dari arah utara orang berlomba-lomba.

Maka Nabi 'Alaihis-shalatu wassalam mengatakan,

❲ ذَلِكَ مَالٌ رَابِحٌ ، ذَلِكَ مَالٌ رَابِحٌ! ❳

Dalam riwayat dikatakan,

ذَلِكَ مَالٌ رَايِحٌ

Maalun raayih ( مَالٌ رَايِحٌ ) itu harta yang sangat menguntungkan. Sangat menguntungkan! Itu harta yang akan berangkat menuju ke surga.

Jadi Nabi 'Alaihis-shalatu wassalam memberikan semangat kepada Abu Thalhah. Menjelaskan, bahwasanya apa yang dia kerjakan adalah sesuatu yang baik. Bahkan lebih dari itu, itu adalah harta yang sangat indah, yang kebaikannya akan engkau dapatkan nantinya.

Lalu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan, Iya, aku sudah mendengarkan penjelasanmu tadi. Dan aku berpendapat, menurutku,

❲ أَرَى أَنْ تَجْعَلَهَا فِي الْأَقْرَبِينَ ❳

Engkau bagikan itu harta di kerabatmu.

Ahibbaty fillah.
Abu Thalhah ini menggabungkan dua kebaikan.
  • Dari sisi kondisi dia. Dia orangnya sehat, bukan orang sakit yang wakaf/shadaqah karena mau mati. Abu Thalhah tidak.
  • Harta yang diberikan adalah harta yang paling dicintai. Ini kebaikan lainnya, yang kedua. Yang paling dia cintai, itu yang dia berikan. ada lagi
  • Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menyuruh Abu Thalhah membagikannya kepada kerabatnya.

Pada pertemuan sebelumnya kita membahas bahwasanya,

❲ أفضَلُ الصَّدَقةِ ❳

Shadaqah yang paling mulia adalah kepada kerabat kita. Kita selain dapat pahala shadaqah, dapat pahala silaturahim.

Maka di sini, Nabi 'Alaihis-shalatu wassalam menganjurkan agar Abu Thalhah membagikannya kepada kerabatnya.

فَقَالَ أَبُو طَلْحَةَ أَفْعَلُ يَا رَسُولَ اللهِ

Ya, aku akan lakukan itu!

Lalu dibagi-bagi oleh Abu Thalhah kepada kerabatnya dan kepada anak-anak pamannya, sepupu-sepupu dia.

Jamaah rahimakumullah.
Sebuah perjuangan bagi manusia yang mencintai sesuatu, kemudian dia mengeluarkannya. Kita tuh punya insting cinta kepada harta.

Allah 'Azza wa Jalla mengatakan,

{ وَتُحِبُّونَ ٱلْمَالَ حُبًّا جَمًّا }

Dan kalian mencintai harta itu, cinta berat sekali kepada harta tersebut.

Thayyib.
Kemudian, manusia disuruh shadaqah. Dalam kondisi cinta sama harta, dia shadaqah. Lalu ternyata di harta dia, ada yang lebih dia cintai daripada yang lainnya, itu dia shadaqahkan.

Maka Allah 'Azza wa Jalla ketika mengatakan tentang jalan yang rumit, jalan yang sukar, jalan yang mendaki yang harus dilalui oleh seorang muslim, Allah mengatakan,

{ فَلَا ٱقْتَحَمَ ٱلْعَقَبَةَ (١١) فَكُّ رَقَبَةٍ (١٣) أَوْ إِطْعَٰمٌ فِى يَوْمٍ ذِى مَسْغَبَةٍ (١٤) يَتِيمًا ذَا مَقْرَبَةٍ (١٥) أَوْ مِسْكِينًا ذَا مَتْرَبَةٍ (١٦) }

(QS. Al-Balad: 11-16)

Itu manusia kalau ingin sukses, ingin berbahagia, mau tidak mau dia harus melewati 'aqabah ( عَقَبَةَ ), jalan yang terjal mendaki di gunung.

Apa jalan yang terjal yang harus dilewati?

{ فَكُّ رَقَبَةٍ }

Dia membebaskan budak.

Membebaskan budak. Dan sebaik-baiknya budak yang dibebaskan adalah yang paling mahal.

Kembali kepada ayat ini,

{ حَتَّىٰ تُنفِقُوا۟ مِمَّا تُحِبُّونَ }

Kemudian,

{ أَوْ إِطْعَٰمٌ فِى يَوْمٍ ذِى مَسْغَبَةٍ }

Memberikan makan di masa kelaparan.

Kondisi Covid-19, ketika masker mahal, ketika hand sanitizer mahal umpamanya, pada kehabisan, orang itu mau berbagi berat, karena sekarang harganya mahal.

Begitu pula makanan. Memberi makanan di masa paceklik, ketika harga bahan pangan itu selangit, lebih berat lagi dia untuk memberikan. Seperti jalan yang mendaki ke gunung terjal, di sebelah kanan jurang, kiri jurang. Kadang kala dia harus merangkak, dia harus melanjutkan perjalanan tersebut.

Na'am. Dia lakukan itu, berbagi makanan di masa-masa sulit, enggak ada makanan. Antum sekarang kalau berbagi satu masker, enggak seperti dulu. Dulu sebelum ramai Covid-19, antum mau kasih masker sama orang, Tafadhal.. tafadhal..!
Ya, jazakallahu khairan. Syukron, makasih banyak.
Sekarang diambil, kalau bisa sama kotaknya diambil. Itu perjalanan yang harus dilewati orang yang ingin menjumpai Allah 'Azza wa Jalla, menuju ke surga-Nya.

Maka Abu Thalhah telah melakukan itu. Harta yang terindah dibagikan kepada siapa? Kepada kerabatnya.

{ فَكُّ رَقَبَةٍ (١٣) أَوْ إِطْعَٰمٌ فِى يَوْمٍ ذِى مَسْغَبَةٍ (١٤) يَتِيمًا ذَامَقْرَبَةٍ (١٥) }

Dia berbagi kepada anak-anak yatim yang masih ada hubungan kerabat.

{ أَوْ مِسْكِينًا ذَا مَتْرَبَةٍ }

Atau kepada orang-orang miskin.

Ya Allah, yang sudah debu itu nempel menyatu dengan dirinya, karena kemiskinan dia.

Thayyib. Barakallahu fiikum.

Ini berkaitan dengan Abu Thalhah. Akhirnya dia menginfakkan harta yang terindah. Kita pun Jamaah, ketika memiliki harta berlebih, harta.. lihat mana harta yang terindah, kemudian kita bagikan kepada orang-orang yang pantas mendapatkannya.

Ada sebuah riwayat, bahwasanya Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu,

إِذَا أَعْجَبَهُ شَيْءٌ فِيْ مَالِهِ

Ibnu Umar nih, kalau hatinya takjub dengan salah satu dari hartanya,

وَتَعَلَّقَتْ نَفْسُهُ

dan jiwanya sudah mulai bergantung dengan hartanya ini,

Dia punya banyak mobil umpamanya, dia punya banyak unta, atau banyak kuda. Ada satu yang paling beliau cintai, bahkan jiwanya sudah bergantung dengan barang tersebut. Apa yang dilakukan oleh Ibnu Umar?

{ تَصَدَّقَ بِهِ }

Maka ketika itu dishadaqahkan langsung oleh Ibnu Umar dalam rangka mengharapkan kebajikan dan harapan itu harta menunggu dia. Jalan duluan tuh harta.

Jadi kita ketika bershadaqah, harta yang kita shadaqahkan itu lebih dahulu berjalan. Kita masih hidup di dunia, itu hartanya sudah nyampe ke mana tuh. Ketika kita mati, maka ternyata harta itu sudah ada di tempat yang kita tuju, itu di akhirat.

Di dunia juga sama. Tadi kita sampaikan, bahwasanya shadaqah ini mematikan amarah Allah 'Azza wa Jalla, mencegah dari mati su'ul khatimah. Yang seharusnya, kita ketika bershadaqah memilih harta yang paling baik, karena kita ingin untung besar. Antum kalau ingin untung besar, Ya investasinya besar, Ustadz! Maka lakukan investasi ini.

Dan ahibbaty fillah, kalau kita memandang dengan mata yang penuh dengan hikmah, kita mau merenungkan; kalau kita punya empat mobil, satu mobil yang paling kita sukai kita shadaqahkan. Kita berpikir mobil kita tinggal tiga.

Di masa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, ini ceritanya Aisyah radhiyallahu Ta'ala 'anha, bahwa Nabi 'Alaihis-shalatu wassalam pernah memotong seekor kambing, lalu Aisyah menshadaqahkannya, kecuali tangan depannya.

Lalu Nabi 'Alaihis-shalatu wassalam ketika pulang ke rumah, bertanya,

❲ هَلْ مَا بَقِيَ مِنْهَا؟ ❳

"Apakah tersisa dari harta itu sesuatu? Apa yang tersisa?"

قَالَتْ عَائِشَةُ : مَا بَقِيَ مِنها إِلَّا كَتِفُهَا

Kata Aisyah, "Sudah dishadaqahkan semua, yang tersisa tinggal tangan depannya. Tinggal itu yang tersisa."

فقالَ النَّبيُّ ﷺ

Lalu Nabi 'Alaihis-shalatu wassalam mengatakan,

❲ بَقِيَ كُلُّهَا غَيْرُ كَتِفِهَا ❳

"Seharusnya yang engkau katakan itu, semuanya masih ada."

Dari kambing tersebut, yang dishadaqahkan semuanya masih lengkap, kecuali kakinya, kaki yang depan, karena kaki depannya enggak ikut dishadaqahkan. Sehingga yang dishadaqahkan itu yang akan menanti kita. Yang kita makan, ya sudah, jadi kotoran.

Ini berkaitan dengan perintah untuk bershadaqah yang baik-baik. Maka hendaklah kita sebagai umat Islam, ketika bershadaqah meletakkan diri kita di posisi orang yang kita shadaqahi. Di posisi dia. Dia mau enggak dia dikasih itu; aku mau enggak dikasih ini. Kalau engkau enggak mau, jangan, carikan yang lainnya.

Dan orang juga tahu bahwasanya.. ya Allah.. kenapa kita terlalu diperbudak oleh dunia sehingga berat untuk bershadaqah. Yang indah-indah, semakin mahal yang kita shadaqahkan, semakin kita cinta kepada barang tersebut, maka semakin besar pahala yang akan kita dapatkan.

Barakallahu fiikum.

Jamaah rahimakumullah, itu yang bisa kita kaji. Semoga ilmu yang kita kaji hari ini berguna buat kita dan bisa kita amalkan dalam kehidupan kita. Dan semoga Allah menerima amalan kita. Sampai berjumpa kembali.

بَارَكَ اللهُ فِيْك
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
0

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.