📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-671
🌏 https://grupislamsunnah.com
🗓 RABU, 09 Jumadal Akhirah 1446 H / 11 Desember 2024 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin (Taman-Tamannya Orang-Orang yang Saleh dari Sabda-Sabda Nabi Muhammad ﷺ) karya Imam Nawawi Rahimahullah
https://drive.google.com/file/d/1SP4Y8dMKv3bMeVxSRTKebik9tmFb_kEr/view?usp=sharingAudio ke-408: Bab 36 Memberikan Nafkah untuk Keluarga ~ Pembahasan Hadits Sa'ad bin Abi Waqqash Radhiyallahu 'Anhu
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ ِلِلهِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ
Segala puji bagi Allah Jalla Jalaluh (Allah yang Maha Agung dengan keagungan-Nya, -ed). Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan untuk Baginda Nabi kita Muhammad 'Alaihis-shalatu wassalam. Amma ba’du.
Kaum muslimin, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati oleh Allah Jalla Jalaluh.
Kita masuk ke Bab tentang "Memberikan Nafkah kepada Keluarga."
Coba dibaca haditsnya.
وَعَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فَيْ حَدِيْثِهِ الطَّوِيْلِ الَّذِيْ قَدَّمْنَاهُ فَيْ أَوَّلِ الْكِتَابِ فِي بَابِ النِّيَّةِ : أََنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ قَالَ لَهُ : ❲ وَإِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللهِ ، إِلَّا أُجِرْتَ بِهَا ؛ حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِيْ فِي امْرَأَتِكَ ❳ . ❊ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Dari Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu dalam hadits panjang yang kami kemukakan pada awal kitab ini, dalam Bab "Ikhlas dan Menghadirkan Niat," bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadanya, "Sungguh tidaklah kamu menafkahkan hartamu dengan mengharapkan keridhaan Allah, melainkan akan diberikan pahala atasnya bahkan pada apa yang kamu suapkan ke mulut istrimu."(Muttafaqun 'alaih)
MasyaaAllah.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam memberikan gambaran yang lebih detail tentang bagaimana memberikan nafkah atau mengeluarkan uang.
Apa kata Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam kepada Sa'ad bin Abi Waqqash?
❲ وَإِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً ❳
"Sungguh, tidaklah kamu menafkahkan hartamu"
❲ تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللهِ ❳
Ini penting.
Orang mengeluarkan uangnya membeli sesuatu, membelanjakan hartanya untuk mendapatkan sesuatu.
❲ تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللهِ ❳
"mengharapkan wajah Allah dari apa yang dia kerjakan"
Ikhlas lillahi Ta'ala. Bukan untuk ria, bukan untuk pamer, bukan karena ingin dipuji dan disanjung. Laa! (tidak).
Tapi disebutkan,
❲ تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللهِ ، إِلَّا أُجِرْتَ بِهَا ❳
"melainkan engkau akan dapat pahala"
❲ حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِيْ فِي امْرَأَتِكَ ❳
"sampai yang engkau suapkan di mulut istrimu."
Apa yang disuapkan di mulut istri? Ya mungkin hanya sesuap nasi, satu butir kurma, satu butir buah anggur. Kalau engkau berharapkan pahala dari Allah 'Azza wa Jalla, Allah akan kasih. Yang penting niatnya.
[ إنَّمَا الأعْمَالُ بالنِّيَّاتِ ]
"Amalan itu bergantung dengan niatnya."
Ada orang memberikan hadiah kepada istrinya mobil. Apa niat dia memberikan hadiah? Ini bicara sesuap makanan. Berarti yang lebih besar dari itu lebih besar pahalanya? Na'am, asalkan niatnya lillahi Ta'ala. Dia memberikan mobil kepada istrinya mengharapkan keridhaan Allah 'Azza wa Jalla; menyenangkan hati istrinya, dia dapat pahala.
Jangan kemudian orang berpikir, Oh.. kalau itu diberikan kepada pesantren, baru dapat pahala; kalau ngasih istri mobil, enggak dapat pahala. Laa, dapat pahala, tetap! Asalkan niatnya lillahi Ta'ala untuk kebutuhan istrinya.
❲ إِلَّا أُجِرْتَ بِهَا ❳
Melainkan engkau akan mendapatkan pahala darinya
❲ حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِيْ فِي امْرَأَتِكَ ❳
sampai yang engkau berikan, sesuap makanan yang engkau berikan kepada istrimu, engkau dapat pahala.
Tapi kalau untuk berbangga-banggaan, untuk pamer, itu yang fiisabili syaitan. Kita enggak dapat pahala, malah kita ikut syaitan.
Barakallah fiikum.
Jadi, apa pun yang engkau berikan, orang belikan gelang buat istrinya, beli baju, beli tas.. Nah, tas nih, banyak perempuan suka tas. Maka seorang suami ketika memberikan kepada istrinya, maka hendaklah niatkan lillahi Ta'ala, bukan untuk berbangga-banggaan.
Kemudian perlu jadi perhatian juga, memberikan nafkah kepada keluarga ini tidak boleh berlebih-lebihan dan tidak boleh pelit.
Allah 'Azza wa Jalla ketika menyebutkan di surat Al-Furqan ayat 67 tentang hamba-hamba Allah, ibadurrahman, salah satu sifat mereka kata Allah,
{ وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَنفَقُوا۟ لَمْ يُسْرِفُوا۟ وَلَمْ يَقْتُرُوا۟ وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا }
"Mereka adalah orang-orang, apabila berinfak, mereka tidak berlebih-lebihan"
{ وَلَمْ يَقْتُرُوا }
"dan mereka tidak bakhil"
{ وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا }
"di antara itu."
Jadi kadang kala ada orang tua yang berlebih-lebihan ngasih nafkah kepada anaknya. Karena duitnya banyak, dia kasih banyak kepada anaknya. Tapi menjadikan keluarganya tidak terdidik dengan baik. Ini juga masalah. Jadi, enggak boleh bakhil dan enggak boleh berlebih-lebihan.
Anaknya perlu handphone, ya kasih handphone sesuai dengan kebutuhan dia. Kenapa? Ketika dia harus dibelikan handphone yang mahal, sedangkan dia belum pandai menggunakan handphone tersebut, gadget tersebut mungkin akan rusak. Orang bilang, Oh, beli lagi nanti, biar(kan) rusak. Subhanallah. Itu yang berlebih-lebihan! Jadi ketika memberikan nafkah,
{ لَمْ يُسْرِفُوا۟ وَلَمْ يَقْتُرُوا۟وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ }
Ada di tengah tuh, antara berlebih-lebihan dan antara bakhil. Itu yang dipuji sama Allah 'Azza wa Jalla. Tapi niatnya lillahi Ta'ala.
Jamaah rahimakumullah, itu yang bisa kita kaji. Semoga ilmu yang kita kaji hari ini berguna buat kita dan bisa kita amalkan dalam kehidupan kita. Dan semoga Allah menerima amalan kita. Sampai berjumpa kembali.
بَارَكَ اللهُ فِيْك
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.
══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
Post a Comment