🗓 JUM’AT | 5 Jumadal Akhirah 1446H | 6 Desember 2024M
🎙 Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-209
https://drive.google.com/file/d/1JO4495y--eoYwbce0nYGFMScNwC0k_b3/view?usp=sharingLuqothoh Barang Temuan Bagian Kelima
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله أما بعد
Kaum muslimin anggota grup Dirosah Islamiyah yang semoga senantiasa dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Masih bersama tema Al-Luqothoh (اللقطة) atau Barang Temuan.
Al Mualif Al Imam Abu Syuja' menyatakan,
وعليه إذا أخذها أن يعرف ستة أشياء : وعاءها وعفا صها ووكاءها وجنسها وعددها ووزنها
Karena anjuran untuk mengambil itu tujuannya adalah untuk mengembalikannya kepada pemilik agar barang itu segera bisa diketahui oleh pemiliknya, maka hendaknya ketika anda mengambil segera anda simpan dan anda hafalkan 6 hal dari barang tersebut.
Untuk sebagai apa? Sebagai uji kompetensi, untuk sebagai penanda mengenali kejujuran orang yang datang dan mengaku itu adalah barangnya.
Ada 6 kriteria yang harus anda hafalkan untuk dijadikan sebagai bahan ujian, sebagai bahan identifikasi mengenali apakah orang yang datang dan mengaku itu barang miliknya itu betul-betul dia sebagai pemiliknya.
Ada 6 hal yang harus anda hafal.
١ - وعاءها
1. Wadahnya.
Kalau itu dompet ➟ dompetnya terbuat dari apa, warnanya dompet ataupun kantong atau mungkin tas atau mungkin kotak atau dalam kardus misalnya. Anda kenali wadahnya dalam bentuk apa, terbuat dari apa wadahnya.
٢ - وعفا صها
2. Dan juga terbuat dari apa kotak tersebut atau kantong tersebut.
Kalau bahannya dari kulit anda hafalkan, anda ingat kalau terbuat dari bahan kain atau terbuat dari bahan sintetis atau mungkin dalam packaging, dalam kemasan misalnya. Kalau itu terbuat dari kayu anda ingat-ingat dengan baik.
Sehingga ketika nanti ada yang datang anda tes dia. Disimpan dalam bentuk apa? dompet. Dompetnya terbuat dari apa? Itu pertanyaan-pertanyaan yang harus anda ajukan untuk identifikasi apakah orang yang mengklaim Itu jujur atau dia hanya sekedar orang rakus yang ingin memakan harta orang lain dengan cara-cara yang haram.
٣ - ووكاءها
3. Dan kalau memang itu ada tali pengikatnya, segelnya anda ingat tersegel atau tidak.
Kalau itu diikat, talinya terbuat dari apa? dari logam dari bahan plastik atau mungkin dari senar atau yang lain. Anda ingat-ingat talinya.
٤- وجنسها
4. Dan jenis barang yang ada di dalamnya (isinya).
Apakah isinya itu emas, kartu identitas dan lain sebagainya. Kalau itu uang, uangnya rupiah atau dolar, pecahan Rp100.000 atau puluhan ribu. Kalau itu emas anda ingat itu emas bukan perak. Dan seterusnya, jenis barang yang anda temukan.
٥ - وعددها
5. nominalnya
Berapa jumlah uang di dalamnya, kemudian kalau itu perhiasan ada berapa biji, kalau itu misalnya batangan emas berapa biji batangan emas, kalau uang dinar berapa kepeng uang dinar, kalau itu pakaian berapa setel pakaian, misalnya. Dan demikian seterusnya.
٦ - ووزنها
6. Kalau itu barang yang ditimbang gandum misalnya, anda timbang.
Untuk bisa mengetahui berapa kilo atau kalau itu sudah ada kemasan, anda hitung berapa kemasannya, berapa liter di dalamnya dan seterusnya.
Intinya, Al Mualif ingin mencontohkan. Dan ke-6 ini bukan dalam konteks batasan ini adalah contoh konkret bagaimana anda nanti memverifikasi pengakuan orang yang datang mengaku bahwa itu barang miliknya. Anda harus ajukan pertanyaan berlapis, bukan satu pertanyaan.
Karena kalau yang anda ajukan hanya satu pertanyaan bisa jadi itu faktor kebetulan. Dia mengatakan, dompet ada uangnya? Ya.
Tapi ketika dia dimintai keterangan lebih lanjut dompet terbuat dari apa, kalau dompetnya ada mereknya ➟ mereknya apa, kemudian uangnya ada berapa, kemudian kartu identitasnya, kartu ATM dan seterusnya ada kartu apa saja di dalamnya.
Ketika itu faktor spekulasi maka biasanya dia tidak akan bisa menjawab pertanyaan itu dengan baik. Sehingga pertanyaan yang berlapis 6 pertanyaan ini, itu sejatinya bukan batasan.
Tetapi itu contoh konkrit. Bagaimana anda memverifikasi kejujuran orang yang mengklaim bahwa itu barangnya. Ajukan pertanyaan berlapis sampai 6 lapis pertanyaan.
Sehingga kalau dia betul-betul bisa menjawab ke-6 pertanyaan itu maka praduga kuat itu betul-betul pemilik. Karena tidak mungkin kebetulan sampai 6 poin berturut-turut dia bisa menjawab semuanya. Tidak mungkin. Secara tradisi tidak mungkin itu terjadi secara kebetulan. Kecuali memang dia betul-betul mengetahuinya.
Sehingga anda menghafalkan 6 kriteria tersebut bukan dalam konteks untuk sebagai hafalan yang baku, tidak. Tapi itu adalah upaya para fuqoha berdasarkan penjelasan Nabi Shalallahu'Alaihi Wa Ta'ala untuk memverifikasi pengakuan orang yang mengklaim bahwa itu barangnya. Karena dalam sabdanya Nabi Shalallahu'Alaihi Wa Ta'ala mengatakan,
اعْرِفْ عِفَاصَهَا ووِكَاءَهَا ثُمَّ عَرِّفْهَا سَنَةً
Kenalilah عِفَاصَ, kantongnya terbuat dari apa, warnanya dan kemudian talinya.
Karena biasanya kalau orang itu sudah ditanya secara detil semacam ini apalagi sudah sampai pada pertanyaan tentang jumlah, tentang jenis barangnya biasanya dia tidak akan bisa menjawab dengan tepat.
Paling-paling kalau dia spekulasi asal jawab paling dia bisa menjawab 1 atau 2. Dan ketika pertanyaan berlapis dan ternyata dia betul semuanya, maka itu bukti nyata itu indikasi yang meyakinkan bahwa itu adalah betul-betul pemilik
Karena secara tinjauan ilmu fiqih para ulama mengatakan bahwa yang dinamakan bukti (barang bukti) untuk memverifikasi kebenaran suatu data, kebenaran suatu fakta itu bukan hanya saksi, bukan hanya surat barang tertulis, dokumen tertulis. Tetapi semua hal yang dapat menumbuhkan, dapat membangkitkan keyakinan tentang kevalidan data tersebut.
Sehingga ketiga diajukan 6 pertanyaan berlapis semacam ini ternyata betul semua, tidak ada yang meleset maka itu kemungkinan besar
غلَبِ الظَّنِّ
Praduga kuat itu adalah barang miliknya.
Muncul masalah. Bagaimana kalau ternyata dia bisa menjawab sebagian dan salah sebagian? dia tahu kantongnya terbuat dari apa, dompet terbuat dari kulit, dia bisa menjawab jenis isinya ada uang tunai di dalamnya, ada kartu kemudian ketika ditanya tentang jumlah uang yang ada di dalamnya dia salah menyebut. Walaupun di sana ada pertanyaan-pertanyaan yang berhasil ia jawab.
Dompet ada kartunya, ada uangnya, di sana ada kartu ATM. ATM bank ini dan bank itu misalnya. Ada KTP misalnya. Salah menyebutkan jumlah uangnya. Karena seringkali memang sampai kita sendiri kadang kita tidak tahu dengan pas berapa nominal uang yang ada di dompet kita. Hanya praduga saja.
Maka para ulama mengatakan dalam kasus semacam ini yang menjadi acuan adalah praduga. Kekuatan praduga tentang kebenaran pengakuan orang tersebut. Kalau sudah disampaikan, dompet, kemudian jenisnya kemudian isinya, apalagi di sana didapatkan kartu identitasnya (KTP-nya) dan kemudian dia salah menyebut jumlah nominal uangnya. Maka secara tradisi itu tidak mempengaruhi, masih bisa ditoleransi.
Kenapa? Kadang barang tersebut terjatuh tercecer uangnya ada yang terjatuh hilang atau mungkin sudah diambil oleh orang sebelumnya atau dia lupa tentang jumlah tersebut.
Namun keberadaan KTP, keberadaan SIM misalnya, itu menjadi bukti yang valid. Meyakinkan bahwa itu barang milik dia. Karena biasanya orang tidak akan menyimpan KTP, tidak akan menyimpan kartu SIM kecuali di dompet sendiri.
Sehingga kesalahan dalam menyebut jumlah itu tidak mempengaruhi. Karena ke-6 kriteria ini bukan hal yang baku, tapi itu sebagai alat bantu untuk memastikan bahwa yang mengakui tersebut betul-betul pemilik. Sehingga kalau sudah ada alat bantu yang lain yang valid, maka cukup itu sebagai bukti.
Misalnya ada yang menemukan HP, sulit bagi orang awam untuk bisa mengenali pemilik HP tersebut. Tapi ketika dia bisa menyebutkan sebagian nomor yang tersimpan di sana, kemudian nomor tersebut dihubungi dan kemudian menyatakan bahwa itu betul nomornya si Fulan, ini sudah meyakinkan bahwa itu betul-betul milik dia.
Apalagi dia sudah bisa menyebutkan jenis HP-nya, warnanya, kemudian dia merk HP-nya. Itu sudah meyakinkan bahwa dia adalah pemiliknya.
Apalagi dia bisa menyebutkan nomor kunci password dari HP tersebut. Maka ini sudah cukup. Walaupun bisa jadi dia lupa tahun serinya (Nomor serinya) bisa jadi tidak tahu-menahu tentang seri HP, tahun produksi.
Tapi hal-hal tersebut yang di atas : kunci passwordnya dan kemudian sebagian nomor yang ketika dihubungi betul-betul mengakui itu nomor si fulan, yang mengaku itu. Maka itu sudah cukup sebagai bukti konkret bahwa orang tersebut adalah pemilik dari HP tersebut.
Sekali lagi perlu ditekankan ke-6 hal ini bukan hal yang baku, tapi ke-6 hal ini adalah 6 hal 6 pertanyaan berlapis untuk memverifikasi, membuktikan, menguji kebenaran dari pengakuan orang tersebut.
Ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini, kurang dan lebihnya saya mohon maaf.
وبالله التوفيق والهداية
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•
Post a Comment