F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Tazkiyatun Nufus – 06 – Tazkiyatun Nufus adalah Taufiq dari Allah

Tazkiyatun Nufus – 06 – Tazkiyatun Nufus adalah Taufiq dari Allah
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
📘 Tazkiyatun Nufus : ❝ TAZKIYATUN NUFUS ADALAH TAUFIQ DARI ALLAH ﷻ ❞
Dosen : Ustadz Beni Sarbeni, Lc, M.Pd Hafidzhahullah Ta'ala
🎧 Simak Audio 🎧

Tazkiyatun Nufus – 06 – Tazkiyatun Nufus adalah Taufiq dari Allah

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه وَمَنْ وَالاَهُ. أمَّا بعد

Para pendengar di grup whatsApp Belajar Islam yang semoga dimuliakan oleh Allah Rabbul alamin. Kita lanjutkan kajian kitab Tazkiyatun Nafs. Dan kali ini saya akan membacakan dan menjelaskan bahwa Tazkiyatun Nafs (pensucian jiwa) itu merupakan Taufik (pertolongan) dari Allah Robbul alamin. Penulis berkata di halaman 22,

بيان أن التزكية من توفيق الله و أثر العبد في تحقيقها

Penjelasan bahwa Tazkiyatun Nafs adalah Taufik dari Allah Ta'ala dan Peran Hamba dalam Mewujudkannya

Di sini juga ada masalah lainnya yang selayaknya anda menetap sejenak untuk memahaminya dengan baik yakni; "Apakah Tazkiyatun Nafs termasuk dalam perbuatan Allah ataukah termasuk perbuatan hamba?"

Jadi yang mensucikan jiwa seorang hamba itu apakah Allah ataukah hamba itu sendiri yang melakukannya?

Saudara sekalian yang dimuliakan oleh Allah Rabbul alamin, sebenarnya para ulama berbeda pendapat mengenai maksud dari firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Surat As-Syams ayat 9 di mana Allah berfirman,

قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّىٰهَا
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa". (QS Asy-Syams : 9 )
Apakah yang mensucikan jiwa seorang hamba pada ayat ini adalah Allah ataukah hamba itu sendiri yang mensucikan dirinya?
  1. Jadi kalau yang menjadi pelaku atau fa'il dalam kalimat "zakkaha" adalah Allah maka terjemahannya "telah beruntunglah orang yang disucikan jiwanya oleh Allah".
  2. Jika yang menjadi pelaku atau fa'il dalam kalimat "zakkaha" adalah hamba itu sendiri maka terjemahannya sebagaimana dalam buku "sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa".
Jadi ada dua pendapat dalam masalah ini sebagaimana disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah menguatkan pendapat bahwa tazkiyah pada ayat di atas berasal dari hamba itu sendiri, maksudnya fa'il atau yang menjadi pelaku dalam kata zakkaha adalah hamba itu sendiri jadi terjemahannya "telah beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya". Sejatinya hamba itu sendirilah yang mensucikan jiwa dengan melakukan beragam ketaatan atau segala ketaatan. Hal itu bertepatan atau sesuai dengan firman Allah dalam ayat yang lain itu dalam Surah Al-A'laa ayat 14. Allah berfirman,

قَدْ أَفْلَحَ مَن تَزَكَّىٰ
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri" (Surat Al-A’laa Ayat 14)
Jadi pensucian jiwa itu dilakukan oleh hamba dengan mengerjakan amal-amal ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla. Hanya saja jangan dilupakan bahwa pensucian hamba atas dirinya sendiri, itu merupakan Taufik atau pertolongan dari Allah Azza wa Jalla.

Jadi yang melakukan ketaatan seorang hamba, yang membersihkan jiwanya seorang hamba tapi itu semua tidak akan terwujud kecuali dengan adanya Taufik atau pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Surah An-Nur ayat 21 menegaskan,

وَلَوْلَا فَضْلُ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُۥ مَا زَكَىٰ مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يُزَكِّى مَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
"Seandainya tidak ada Karunia Allah dan Rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar) selama-lamanya, tetapi Allah lah yang membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".(QS. An-Nur :21)
Jadi kemampuan seseorang dalam membersihkan jiwanya, kemampuan seseorang dalam melakukan ragam ketaatan itu semata-mata merupakan Karunia dan Rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Maka tidak diragukan bahwa seorang hamba memiliki peran dalam mensucikan dirinya sendiri akan tetapi hal itu tidak berdiri sendiri. Kemampuan tersebut terjadi dengan adanya Taufik dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Seandainya tidak ada karunia Allah, seandainya tidak ada kasih sayang Allah, niscaya tidak seorangpun mampu untuk mensucikan dirinya.

Masalah ini menyadarkan kita akan satu perkara besar yakni bahwa manusia sangat membutuhkan Allah dalam setiap hembusan nafasnya untuk mensucikan jiwa. Karena itulah disebutkan dalam sebuah hadits yang shahih diriwayatkan oleh Al Imam Muslim bahwa diantara doa yang sangat dianjurkan agar kita membacanya adalah sebagai berikut,

اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا،
"Ya Allah, berikanlah ketaqwaan dalam diriku dan sucikanlah karena engkau adalah sebaik-baik yang mensucikan".
Kita nggak bisa mensucikan diri ini kecuali dengan adanya Taufik atau pertolongan dari Allah Rabbul alamin.

Seorang hamba membutuhkan Allah agar memberi rezeki berupa kesucian jiwa, membutuhkan Allah agar membantunya tetap istiqamah di atas ketaatan, tidak sepantasnya bagi seorang hamba untuk bersandar kepada kemampuan dan kekuatan diri karena itulah disyariatkan bagi kita tatkala ada seruan adzan untuk shalat di masjid, yang mana shalat merupakan hal terbesar bagi hamba dalam mensucikan jiwa yaitu tatkala mendengar seorang muadzin menyerukan "Hayya 'alash sholah, hayya alal falaah (marilah menuju salat marilah menuju kesuksesan" hendaklah kita mengucapkan "la haula wala quwwata illa Billah (tidak ada daya tidak ada upaya kecuali dari Allah Ta'ala)."

Jadi seorang hamba sangat membutuhkan Allah. Shalat di antara sebesar-besar ketaatan kita kepada Allah yang dengan sebabnya hati kita bisa suci ketika seorang muadzin mengumandangkan adzan dia berkata "Hayya 'alash sholah, hayya alal falaah, ayo kita salat ayo kita menuju kesuksesan maka yang kita ucapkan ketika mendengar seorang muadzin mengatakan demikian adalah la haula wala quwwata illa Billah, tidak ada daya tidak ada upaya kecuali dari Allah. Artinya jika bukan karena pertolongan Allah kita tidak akan mampu untuk menjawab panggilan tersebut.

Ini adalah perkara besar yang karena buruknya pemahaman ahli bid'ah seperti sekte Qodariyah menyimpang, yakni mereka yang meyakini bahwa setiap hamba mampu untuk melakukan perbuatannya sendiri tanpa pertolongan Allah.

Firqoh/ kelompok Qodariyah ini menafikan perbuatan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam setiap apa yang dilakukan oleh manusia. Mereka meyakini manusia berdiri sendiri. Adapun ahlussunnah menyatakan bahwa perbuatan makhluk ini adalah ciptaan Allah Subhanahu wa Ta'ala, tapi yang melakukannya adalah makhluk itu sendiri. Ketika manusia shalat siapa yang melakukannya? manusia itu sendiri, tapi siapa yang menciptakan perbuatan tersebut ? Allah Rabbul alamin. Itulah yang diyakini oleh ahlussunnah wal jamaah

Nah, Qodariah ini mengatakan seorang hamba bisa mensucikan dirinya dengan daya dan upayanya sendiri dan bahwa amal-amal ketaatan yang mereka lakukan adalah karena kekuatan dan upaya mereka. Mereka mengatakan bahwa tidak ada peran dari Rabb Azza wa Jalla atas keistiqomahan dirinya. Tentunya ini merupakan kebathilan, keyakinan yang seperti itu adalah bathil, karena sungguh Istiqomah seorang hamba itu dengan adanya Taufik dari Allah Azza wa Jalla

Ketaatan dirinya kepada Allah Azza wa Jalla juga merupakan bentuk Rahmat Allah Ta'ala. Dialah Allah yang memberikan Taufik pertolongan kepada seorang hamba untuk melakukan ketaatan. Allah Azza wa Jalla berfirman di dalam Surah Al-Hujurat ayat 7

وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ ٱلْإِيمَٰنَ وَزَيَّنَهُۥ فِى قُلُوبِكُمْ
"Akan tetapi Allah menjadikan kamu "cinta" kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu".(QS. Al-Hujurat : 7)
Dalam ayat ini Allah berfirman, وَلَٰكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ akan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan.

Allah Azza wa Jalla lah yang pertama kali memberikan kepada kita hidayah Irsyad terhadap agama Islam ini hidayah Irsyad ini maksudnya ilmu yang dengannya kita mengetahui agama Islam yakni dengan diutusnya Rasul Sallallahu alaihi wasallam sekaligus Allah Azza wa Jalla memberikan kepada kita hidayah Taufik terhadap agama ini yaitu kemampuan petunjuk dalam bentuk kemampuan sehingga kita bisa melakukan syariat agama Islam. Dialah yang menerbitkan rasa cinta dalam diri para hamba untuk mengerjakan ketaatan dan membuat mereka membenci kemaksiatan. semua ini adalah Taufik dari Allah Azza wa Jalla

Jadi hidayah itu terbagi menjadi dua:
  1. Hidayah Irsyad adalah petunjuk dari Allah yang dengannya kita tahu mana yang hak mana yang bathil.
  2. Hidayah Taufik adalah kemampuan yang Allah berikan kepada kita sehingga kita bisa melakukan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan.
Selanjutnya di antara poin yang penting yang disampaikan oleh penulis beliau berkata,

Taufik pun ada sebabnya dari diri seorang hamba hal itu sebagaimana yang telah Allah azza wa jalla terangkan dalam Alquran. Allah berfirman,

فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَٱتَّقَىٰ ٥ وَصَدَّقَ بِٱلْحُسْنَىٰ ٦ فَسَنُيَسِّرُهُۥ لِلْيُسْرَىٰ ٧ وَأَمَّا مَنۢ بَخِلَ وَٱسْتَغْنَىٰ ٨ وَكَذَّبَ بِٱلْحُسْنَىٰ ٩ فَسَنُيَسِّرُهُۥ لِلْعُسْرَىٰ ١٠
"Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar".(QS. Al-Lail: 5-10)
Jadi dalam dalam ayat ini Allah berfirman, فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَاتَّقَىٰ orang yang senantiasa memberi dan bertakwa, bershadaqah dan senantiasa bertakwa وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَىٰ membenarkan janji Allah yaitu surga, orang yang seperti itu فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ akan kami berikan jalan kemudahan, jalan kemudahan dalam melakukan ketaatan, jalan kemudahan dalam meninggalkan kemaksiatan, jalan kemudahan dalam mendapatkan surga Allah subhanahu wata’ala.

Jadi diantara sebab taufik tadi, senantiasa memberikan hartanya di jalan yang Allah ridhai, dia bertakwa dan membenarkan meyakini janji Allah akan adanya surga.

Adapun sebaliknya وَأَمَّا مَن بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ orang yang bakhil dan merasa cukup, tidak membutuhkan pertolongan Allah, وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَىٰ bahkan mendustakan apa yang Allah janjikan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Allah berfirman, فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَىٰ akan kami berikan jalan-jalan yang sulit dalam melaksanakan setiap ketaatan kepada Allah rabbul ‘alamin.

Kemudian penulis berkata, Maka jika seorang hamba menghadap dan menunaikan perintah Allah, ia pun membenarkan segala pahala yang telah disiapkan untuk orang-orang yang taat, tentu Allah Ta'ala memberikan untuknya hidayah dan Taufik, memberikan untuknya Hidayatul Irsyad dan Hidayatut Taufik. Adapun jika ia berpaling dan lalai maka hal itu menjadi sebab Taufik itu tidak datang. Menjadi sebab dia tidak diberikan kemudahan oleh Allah Ta'ala dalam melakukan segala ketaatan.

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam kitab Madaarijus Saalikin (I/80) berkata, "Orang-orang yang mengenal Allah (ahli ibadah, ahli ilmu) mereka semua telah sepakat bahwa kerugian itu adalah ketika Allah menyerahkanmu kepada dirimu sendiri dan membiarkanmu bersamanya (Maksudnya ketika Allah tidak memberikan pertolongan Ketika seseorang merasa cukup dengan kemampuan dirinya). Adapun Taufik itu adalah ketika Allah Ta'ala tidak menyerahkanmu kepada dirimu sendiri, yang bagaimana orang yang seperti itu itu orang yang senantiasa merasa bahwa dia sangat-sangat butuh kepada Allah.

Hal ini perlu saya tekankan agar diketahui dasar dan asas dari Tazkiyatun Nafs yaitu bahwa Tazkiyatun Nafs merupakan Taufik atau pertolongan dari Allah ta'ala.

Jika kita meyakini hal itu maka kita akan senantiasa merasa butuh kepada Allah Rabbul alamin. Jika kita merasa sangat butuh kepada Allah Rabbul alamin walaupun tentunya kita akan senantiasa menghadap Allah meminta dan berharap kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Para pendengar yang dimuliakan oleh Allah Rabbul alamin demikianlah materi yang bisa saya sampaikan semoga bermanfaat.

Akhukum fillah
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.