🗓 SELASA | 24 Jumadal Ula 1446 H | 26 November 2024 M
🎙 Oleh: Ustadz Dr. Anas Burhanuddin, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-122
https://drive.google.com/file/d/12KilJ1B-kqwQUXp7HUW_JPvZKfG0oe8z/view?usp=sharingBab Seputar Jenazah (Bag. 5)
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين
أما بعد
Anggota grup WhatsApp Dirosah Islamiyah yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allāh subhānahu wa ta’ālā.
Menshalatkan Jenazah (Bag. 2)
Al-Imam Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā mengatakan,
وَيَدْعُو لِلْمَيِّتِ بَعْدَ الثَّالِثَةِ
Kemudian hendaknya berdoa untuk mayit setelah takbir yang ketiga.
فَيَقُولُ
Dzikir dan doa dalam shalat jenazah
Dengan mengatakan (doanya) adalah,
اللهم هَذَا عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدَيْكَ
Ya Allāh, ini adalah hamba-Mu dan anak dari dua hamba-Mu.
خَرَجَ مِنْ رَوْحِ الدُّنْيا وَسَعَتِهَا
Dia telah keluar dari nyaman dan luasnya dunia.
وَمَحْبُوبُهث وَأَحِبَّائُهُ فِيهَا
Orang-orang yang dicintai ada di dalamnya.
إِلَى ظُلْمَةِ القَبْرِ وَمَا هُوَ لَاقِيه
Menuju kegelapan kubur dan apa-apa yang akan dia temui.
كَانَ يَشْهَدُ ألَّا إِلَه إِلَّا أَنْتَ وَحْدَكَ لَا شَرِيكَ لَكَ
Dia dahulu bersaksi bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali hanya Engkau, tidak ada sekutu bagi-Mu
وَأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُكَ وَرَسُولُكَ
Dan bahwasanya Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan-Mu.
وَأَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنَّا
Dan Engkau ya Allāh, lebih tahu tentang dia daripada kami.
اللهم إِنَّهُ نَزَلَ بِكَ وَأَنْتَ خَيْرُ مَنْزُولٍ بِهِ
Ya Allāh, sungguh dia mendatangi-Mu dan Engkau adalah sebaik-baik yang didatangi.
وَأَصْبَحَ فَقِيراً إِلَى رَحْمَتِكَ وَأَنْتَ غَنِيٌّ عَنْ عَذَابِهِ
Dan dia butuh rahmat-Mu sementara Engkau tidak butuh untuk mengadzabnya.
وَقَدْ جِئْنَاكَ رَاغِبِينَ إِلَيْكَ شُفَعَاءَ لَهُ
Dan kami telah datang kepadamu dengan harapan besar kepada-Mu ya Allāh untuk memberikan syafa’at bagi dia.
اللهم إنْ كَانَ مُحْسِناً فَزِدْ فِي إِحْسَانِهِ
Ya Allāh, kalau dia adalah orang yang berbuat baik maka tambahkanlah kebaikan untuknya.
وَإنْ كَانَ مُسِيئًا فَتَجَاوَزْ عَنْهُ
Dan jika dia adalah orang yang berbuat buruk maka ampunilah dia.
وَلَقِّهِ بِرَحْمَتِكَ رِضَاكَ
Ya Allāh dengan rahmat-Mu, ridhailah dia.
وَقِهِ فَتْنَةَ القَبْرِ وَعَذَابِهِ
Dan lindungilah dia dari kegagalan menjawab pertanyaan kubur dan adzabnya.
وَافْسَحْ لَهُ فِي قَبْرِهِ
Luaskan kuburnya.
وَجَافِ الأَرْضَ عَنْ جَنْبَيْهِ
Jauhkanlah tanah dari dua sisinya.
وَلَقِّهِ بِرَحْمَتِكَ الأَمْنَ مِنْ عَذَابِكَ
Berikanlah dia keamanan dari adzab-Mu dengan rahmat-Mu ya Allāh berikanlah dia keamanan dari adzab-Mu.
حَتَّى تَبْعَثُهُ آمِناً إِلَى جَنَّتِكَ
Sampai Engkau membangkitkannya secara aman menuju Surga-Mu.
بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ
Dengan rahmat-Mu wahai yang Maha Penyayang.
Ini adalah doa yang disebutkan oleh Imam Asy-Syafi’i dan disunnahkan untuk dibaca setelah takbir yang ketiga. Dan para ulama Syafi’iyah menyebutkan bahwasanya Imam Asy-Syafi’i rahimahullāhu ta’ālā mengumpulkan doa-doa ini dari sekumpulan atsar atau hadits yang beliau dapatkan.
Dan beliau menyebutkannya secara makna. Adapun doa yang masyhur yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam adalah seperti yang disebutkan dalam hadits Auf bin Malik Al-Asyja’i yang diriwayatkan oleh Muslim.
Beliau mengatakan,
سمعت النبي ﷺ وَصَلَّى عَلَى الْجَنَازَةِ يَقُوْلُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ، وَاعْفُ عَنْهُ وَعَافِهِ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ ، وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ
Saya mendengar Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam saat menshalatkan jenazah mengucapkan, “Ya Allāh ampunilah dia, rahmatilah dia, maafkanlah dia, berikan dia keselamatan dan muliakanlah penyambutannya, luaskanlah kuburnya”
وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
Basuhlah dia dengan air, salju, dan es.
وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اَلْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ
Bersihkanlah dia dari kotoran-kotoran sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari najis.
وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ, وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ, وَزَوْجَـاً خَـيْراً مِنْ زَوْجِه
Gantikanlah rumahnya dengan rumah yang lebih, keluarganya dengan keluarga yang lebih baik dan pasangannya dengan pasangan yang lebih baik.
وَقِهِ فِتْنَةَ اَلْقَبْرِ وَعَذَابَ اَلنَّارِ
Dan jauhkanlah dia, lindungilah dia dari fitnah kubur dan adzab Neraka.
Ini adalah doa yang masyhur dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan diriwayatkan oleh Muslim dalam shahih beliau.
Juga hadits riwayat Muslim yang lain dari Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu bahwasanya beliau mengatakan,
كانَ رَسُولُ اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم -إِذَا صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ يَقُولُ: “اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا
Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam itu kalau Beliau shalat jenazah Beliau mengucapkan, “ Ya Allāh, ampunilah orang-orang yang hidup di antara kami dan juga orang-orang yang telah meninggal.
وَشَاهِدِنَا, وَغَائِبِنَا
Ampunilah yang hadir maupun yang ghaib (yang tidak ada).
وَصَغِيرِنَا, وَكَبِيرِنَا
Yang muda maupun yang tua.
وَذَكَرِنَا, وَأُنْثَانَا
Yang laki-laki maupun yang perempuan.
اَللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى اَلْإِسْلَامِ, وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى اَلْإِيمَانِ
Ya Allāh, siapa yang Engkau beri hidup maka hidupkanlah di atas Islam dan barangsiapa yang Engkau wafatkan maka wafatkanlah dia di atas Iman.
اَللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ, وَلَا تُضِلَّنَا بَعْدَهُ
Ya Allāh jangan Engkau harapkan atas kami pahalanya dan jangan Engkau sesatkan kami setelah kepergian dia.”
Ini juga hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah. Ini adalah dua doa yang paling masyhur dari Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam untuk shalat jenazah.
Adapun doa yang disebutkan oleh Imam Asy-Syafi’i rahimahullāhu ta’ālā ini menunjukkan bahwasanya bab doa dalam shalat jenazah ini longgar. Kita bisa berdoa dengan doa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan itu yang terbaik. Dan juga bisa berdoa dengan semampu kita atau sesuai dengan kebutuhan kita.
Kemudian beliau (Abu Syuja’ Al-Ashfahani) rahimahullāhu ta’ālā mengatakan:
وَيَقُولُ فِي الرَّابِعَةِ اللهم لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلاَ تَفْتِنَا بَعْدَهُ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ
Kemudian setelah takbir yang ke-empat mengucapkan, “Ya Allāh, jangan Engkau haramkan atas kami pahalanya dan jangan Engkau timbulkan fitnah di antara kami sepeninggalnya dan ampunilah kami dan dia.”
Ini adalah doa yang dianjurkan untuk dibaca setelah raka’at yang ke-empat.
Dan pendapat yang kuat adalah sunnahnya menambah doa setelah takbir yang ke-empat. Ada sebagian ulama yang berpendapat bahwasanya setelah takbir yang ke-empat langsung salam, tapi yang lebih baik dan lebih kuat adalah pendapat yang mengatakan bahwasanya setelah takbir yang ke-empat ada sunnah untuk berdoa lagi. Ini sebagaimana ditakrir atau dijelaskan dalam kitab-kitab madzhab Syafi’i.
Dasarnya adalah atsar dari Abdullah bin Abi Aufa radhiyallāhu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dan Baihaqi dengan sanad yang shahih, bahwasanya beliau,
كَبَّرَ عَلَى جَنَازَةِ بِنْتٍ لَهُ
Beliau menshalatkan jenazah seorang putri beliau.
فقَامَ بَعْدَ التَّكْبِيرَةِ الرَّابِعَةِ قَدْرَ ما بَينَ التَّكْبِيرَتَيْنِ يَسْتَغْفِرُ لها ويَدْعُو، ثم قال: كَانَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم يَصْنَعُ هَكَذَا
Jadi setelah Beliau takbir yang ke-empat beliau berdiri sejenak seperti yang beliau lakukan di takbir-takbir yang sebelumnya, beliau beristigfar untuk putri beliau di sini, kemudian berdoa untuk kebaikan putri beliau dan setelah itu beliau mengatakan, “Beginilah dahulu Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam mencontohkan.”
Jadi disunnahkan berdoa lagi setelah takbir yang ke-empat dan doa-doa yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam bisa kita bagi. Sebagian dibacakan setelah takbir yang ke-tiga dan sebagian kita bacakan setelah takbir yang ke-empat.
Kemudian Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā mengatakan,
وَيُسَلِّمُ بَعْدَ الرَّابِعَةِ
Kemudian setelah takbir yang ke-empat dan setelah berdoa yang selanjutnya adalah mengucapkan salam.
Ini sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits di depan. Di antaranya hadits Abu Umamah yang diriwayatkan oleh An-Nasai,
ثُمَّ يُكَبِّرَ ثَلاَثًا وَالتَّسْلِيمُ عِنْدَ الآخِرَةِ
Kemudian sunnahnya adalah mengucapkan takbir 3 kali setelah Al-Fatihah kemudian mengucapkan salam setelah takbir yang terakhir.
Juga hadits Abu Umamah bin Sahl yang di dalamnya terdapat redaksi demikian,
وَيُخْلِصُ الدُّعَاَء لِلْجَنَازَةِ فِي التَّكْبِيرَاتِ، وَلَا يَقْرَأُ فِي شَيْءٍ مِنْهُنَّ ، ثُمَّ يُسَلِّمُ سِرًّا فِي نَفْسِهِ
Setelah takbir yang ke-tiga dianjurkan untuk mengikhlaskan doa untuk jenazah, setelah takbir ke-tiga dan ke-empat dan tidak boleh untuk membaca Al-Qur’an di antara takbir-takbir ini.
Jadi bacaan Al-Qur’an hanya di takbir yang pertama saja yaitu surat Al-Fatihah, setelah itu tidak ada bacaan Al-Qur’an lagi.
ثُمَّ يُسَلِّمُ سِرًّا فِي نَفْسِهِ
Setelah empat takbir itu, setelah kita berdoa di takbir yang ke-tiga dan ke-empat, beliau mengatakan,
ثُمَّ يُسَلِّمُ سِرًّا فِي نَفْسِهِ
Kemudian hendaknya mengucapkan salam dengan pelan.
Jadi ini menunjukkan bahwasanya dalam shalat jenazah juga ada salam. Diakhiri dengan salam, yaitu setelah kita membaca doa setelah takbir yang ke-empat.
Dan sunnahnya membaca doa setelah takbir yang ke-empat ditakrir oleh para ulama seperti An-Nawawi kemudian juga Asy-Syaukani dan Al-Albani. Ini adalah sunnah yang dicontohkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan juga dipraktikkan oleh para sahabat Beliau.
Barangkali ini yang bisa kita pelajari bersama pada kesempatan kali ini, semoga bermanfaat.
Wallāhu ta’ālā a’lam.
وصلى الله علي نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلموآخر دعوانا ان الحمدلله رب العالمين
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•
Post a Comment