🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 SELASA | 10 Jumadal Ula 1446 H | 12 November 2024 M
🎙 Oleh: Ustadz Dr. Anas Burhanuddin, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-112
https://drive.google.com/file/d/1UsrRCU1DUtj6n5ezRlU0e6Bxd66FxsgT/view?usp=sharingBab Shalat Istisqa’ (Bag. 2)
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين
أما بعد
Anggota grup WhatsApp Dirosah Islamiyah yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allāh subhānahu wa ta’ālā.
Al-Imam Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā mengatakan,
ثُمَّ يَخْطُبُ بَعْدَهُمَا وَيُحَوِّلُ رِدَاءَهُ وَيُكْثِرُ مِنَ الدُّعَاءِ والاسْتِغْفَارِ
Kemudian imam berkhutbah setelah shalat dua raka’at itu, dan di tengah-tengah khutbah disunnahkan untuk membalikkan pakaian atas atau ridā’ (رِدَاء) dan juga disunnahkan untuk memperbanyak doa dan istighfar kepada Allāh subhānahu wa ta’ālā.
Hal ini dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Abu Hurairah mengatakan,
خَرَجَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَوْماً يَسْتَسْقِي
Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam suatu hari keluar untuk shalat Istisqa’.
فَصَلَّى بِنَا رَكْعَتَيْنِ بِلَا أَذَانٍ وَلَا إِقَامَةِ
Maka Beliau shalat bersama kami, menjadi imam untuk kami dengan shalat dua raka’at tanpa adzan dan tanpa iqamah.
Ini juga mirip dengan shalat Ied, tidak ada adzan dan tidak ada iqamah.
ثُمَّ خَطَبَنَا وَدَعَا اللَّهَ
Kemudian Beliau berkhutbah dan berdoa kepada Allāh subhānahu wa ta’ālā.
وَحَوَّلَ وَجْهَهُ نَحْوَ الْقِبْلَةِ رَافِعًا يَدَيْهِ
Di akhir khutbah Beliau berbalik, Beliau menghadap ke arah kiblat setelah sebelumnya menghadap kepada jama’ah shalat.
Beliau menghadap ke arah kiblat kemudian membalikkan pakaian Beliau. Menghadap ke arah kiblat dahulu sambil mengangkat tangan,
ثُمَّ قَلَبَ رِدَاءَهُ فَجَعَلَ الْأَيْمَنَ عَلَى الْأَيْسَرِ وَالْأَيْسَرَ عَلَى الْأَيْمَنِ
Jadi Beliau setelah khutbah atau di akhir khutbah Beliau, Beliau menghadap ke arah kiblat kemudian mengangkat tangan dengan berdoa. Dan setelah berdoa Beliau membalikan pakaian atas Beliau yaitu ridā’ (رِدَاء). Ridā’ (رِدَاء) adalah adalah pakaian atas.
Jadi Beliau balikan yang atas di bawah yang bawah di atas, yang kanan dibalikkan ke kiri yang kiri dibalikkan ke kanan. Ini adalah cara beberapa sunnah dalam khutbah dan shalat Istisqa’.
Kemudian Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā mengatakan,
وَيَدْعُو بِدُعَاءِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Kemudian disunnahkan untuk berdoa dengan doanya Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Dan ada beberapa doa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam dalam Istisqa’, itu yang terbaik untuk kita baca dalam shalat Istisqa’. Namun ada juga doa-doa yang bisa kita ucapkan sesuai dengan kebutuhan kita.
Di antara yang diriwayatkan adalah doa,
وَهُوَ: اللَّهُمَّ اجْعَلْهَا سُقْيَا رَحْمَةٍ وَلَا تَجْعَلْهَا سُقْيَا عَذَابٍ وَلَا مُحِقٍّ وَلَا بَلاَءٍ وَلَا هَدْمٍ وَلَا غَرْقٍ
“Ya Allāh, jadikanlah ini hujan rahmat, bukan hujan adzab, bukan hujan yang menghancurkan dan menjadi bala’, juga bukan hujan yang meruntuhkan dan menenggelamkan.”
Ini diriwayatkan oleh Asy-Syafi’i rahimahullāhu ta’ālā dalam Al-Umm secara mursal.
Kemudian juga doa Beliau,
اللَّهُمَّ عَلَى الظِرَابِ وَالآكَامَ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ وَبُطُونِ الأوْدِيَةِ اللهم حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا
Ini hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam, saat hujan sudah turun untuk waktu yang lama, dan kita khawatir hujan yang lama ini menimbulkan bahaya berupa banjir dan lain sebagainya.
Dalam kondisi seperti ini ketika ingin menghentikan hujan Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam berdoa, “Ya Allāh, turunkan hujan ini di atas bukit-bukit dan gunung pasir, di atas tempat-tempat tumbuhnya pohon. Turunkanlah hujan ini di dasar-dasar lembah. Ya Allāh, turunkan hujan ini di sekitar kami bukan di atas kami langsung.”
Kemudian Beliau juga disebutkan pernah berdoa,
اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثاً مُغِيثاً هَنِيئاً مَرِيئاً مَرِيعاً سَحًّا عَاماً غَدَقاً طَبَقاً مُجَلِّلاً دَائِماً إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
Ini hadits diriwayatkan oleh Abu Dawud dan artinya adalah: “Ya Allāh, berikanlah kami hujan yang menyelamatkan, hujan yang baik, yang mahmūdu ‘aqibiha (محمود عقبها), yaitu yang happy ending (hujan yang akhirnya baik), hujan yang sahhan (سَحًّا), sahhan (سَحًّا) artinya deras, ghadaqan (غَدَقاً) deras, banyak, thabaqan (طَبَقاً) menyeluruh, mujallilan (مُجَلِّلاً) artinya luas, dāiman ila yaumiddīn (دَائِماً إِلَى يَوْمِ الدِّينِ) yang lestari manfaatnya sampai hari Kiamat.”
Atau membaca doa,
اللَّهُمَّ اسْقِنَا الغَيْثَ وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ القَانِطِينَ
“Ya Allāh, turunkanlah hujan untuk kami dan jangan jadikan kami orang-orang yang putus asa.”
اللَّهُمَّ أنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدْرِ لَنَا الضَّرْعَ
“Ya Allāh, tumbuhkanlah tanaman untuk kami dan perbanyaklah susu kami.
وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنَ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الأَرْضِ
“Dan turunkanlah untuk kami berkah-berkah langit dan tumbuhkanlah untuk kami berkah-berkah bumi”.
وَاكْشِفْ عَنَّا مِنَ البَلَاءِ مَا لَا يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ
“Dan angkatlah bala dari kami yang tidak bisa diangkat kecuali oleh Engkau.”
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنتَ غَفَّاراً فَأَرْسِل السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَاراً
“Ya Allāh, sungguh kami beristighfar kepada-Mu karena Engkau adalah yang Maha Pengampun, maka kirimlah hujan untuk kami dengan hujan. yang banyak.”
Ini di antara doa-doa yang dicontohkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan kita juga bisa berdoa sesuai dengan kehendak kita, karena bab berdoa lebih luas dan lebih longgar daripada bab dzikir.
Barangkali ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga bermanfaat. Wallāhu ta’ālā a’lam.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•
Post a Comment