🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 SELASA | 3 Jumadal Ula 1446 H | 5 November 2024 M
🎙 Oleh: Ustadz Dr. Anas Burhanuddin, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-107
https://drive.google.com/file/d/1KsQ1jV06l8q8U8FKXlM3gh0SwQQmWmiQ/view?usp=sharingBab Shalat Ied (Bag. 3)
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين
أما بعد
Anggota grup WhatsApp Dirosah Islamiyah yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allāh subhānahu wa ta’ālā.
Kali ini kita akan membahas tentang shalat Ied. Al-Imam Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā mengatakan,
وهِيَ رَكْعَتَانِ
Dan shalat Ied itu dua raka’at
يُكَبِّرُ فِي الأُولَى سَبْعاً سِوَى تَكْبِيرَةِ الإحْرَامِ وَفِي الثَّانِيَةِ خَمْساً سِوَى تَكْبِيرَةِ القِيَامِ
Dalam dua raka’at ini hendaklah mengucapkan takbir sebanyak 7 kali selain takbiratul ihram. Dan di raka’at yang kedua mengucapkan takbir sebanyak 5 kali selain takbir berdiri.
Jadi sunnahnya dalam shalat Ied di raka’at yang pertama kita mengucapkan takbir, setelah takbiratul ihram kita bertakbir lagi, Allāhu akbar kemudian Allāhu akbar sebanyak 7 kali selain takbiratul ihram.
Dan di raka’at yang kedua kita mengucapkan takbir juga sebanyak 5 kali selain takbiratul qiyam yaitu takbir saat kita berdiri. Takbir kita saat berdiri di raka’at pertama tidak dihitung, lima takbir itu dihitung yang diluar takbir saat kita berdiri dari sujud kita. Ini adalah sunnah di raka’at yang pertama dan di raka’at yang kedua.
Dan sebagian ulama menyebutkan termasuk Al-Hishni (الحصني) dalam Kifāyatul Akhyār (كفاية الأخيار), beliau menyebutkan, disunnahkan untuk diam sejenak di antara masing-masing takbir ini, diam kira-kira satu ayat yang sedang. Waktunya kira-kira jedanya kira-kira sepanjang satu ayat yang sedang kemudian selama jeda itu kita mengucapkan tahlil, takbir dan tahmid,
الله اكبر ولله الحمد الله اكبر لا إله إلا الله ولله الحمد
Atau yang semacam ini. Dan hal ini diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dasarnya adalah riwayat Al-Baihaqi dari Ibnu Mas’ud baik secara qaul maupun secara fi’il, ada contoh praktek dari Ibnu Mas’ud dan juga ada atsar berupa ucapan beliau yang menunjukkan sunnahnya berdiam untuk berdzikir di antara takbir yang tujuh diraka’at pertama dan takbir yang lima di raka’at yang kedua.
Adapun dasar dari disunnahkannya mengucapkan takbir sebanyak 7 kali di raka’at yang pertama dan 5 kali di raka’at yang kedua adalah hadits Amr bin Auf Muzani radhiyallāhu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dengan sanad yang shahih,
أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه و سلم كَبَّرَ فِي العَيدَيْنِ فِي الْأُولَى سَبْعًا قَبْلَ الْقِرَاءَةِ وَفِي الآخِرَةِ خَمْسًا قَبْلَ القِرَاءَةِ
Beliau mengatakan bahwasanya Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam bertakbir dalam dua shalat Ied. Pada raka’at yang pertama beliau bertakbir sebanyak 7 kali sebelum membaca Al-Fatihah. Dan di raka’at yang kedua beliau membaca takbir atau mengucapkan takbir 5 kali sebelum membaca al-Fatihah. Dan At-Tirmidzi mengatakan ini adalah
أَحْسَنُ شَيْء فِي هذا البابِ
Ini adalah hadits yang paling baik, hadits yang paling shahih dalam bab ini dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Dan para ulama semuanya sepakat bahwasanya shalat Ied itu dua raka’at, ini dasarnya adalah atsar Umar radhiyallāhu ‘anhu yang diriwayatkan oleh An-Nasa’i dengan sanad yang shahih beliau mengatakan,
وَصَلاَةُ الْفِطْرِ رَكْعَتَانِ وَصَلاَةُ الأَضْحَى رَكْعَتَانِ تَمَامٌ غَيْرُ قَصْرٍ عَلَى لِسَانِ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم
Shalat Iedul Fithri itu dua raka’at, shalat Iedul Adha juga dua raka’at ini lengkap tidak diqashar di atas lisan Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Ini diucapkan dan diajarkan langsung oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Maka para ulama sepakat bahwasanya shalat Iedul Fithri maupun shalat Iedul Adha dilakukan dengan dua raka’at.
Kemudian perlu diketahui juga bahwasanya sunnahnya ini dilakukan dengan mengeraskan suara. Jadi bacaannya dijahrkan dikeraskan karena itulah yang dicontohkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam dalam sunnah beliau. Dan hal ini juga disepakati oleh para ulama. Para ulama berijma’ bahwasanya dalam shalat Ied disunnahkan untuk membaca dengan keras.
Kemudian juga shalat ini dilakukan tanpa adzan dan tanpa iqamat juga tanpa didahului dengan shalat sunnah qabliyah tidak juga diakhiri dengan shalat sunnah ba’diyah karena begitulah Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam mencontohkan.
Dan dalam madzhab Syafi’i pendapat yang diikuti adalah yang terbaik adalah shalat Ied di masjid. Ini yang ditaqrir dalam madzhab Syafi’i yang terbaik adalah shalat Ied di masjid. Kalau masjid tidak cukup baru kita dibolehkan untuk shalat di lapangan.
Sebagaimana dilakukan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abu Sa’id Al-Khudri yang diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim bahwasanya Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam keluar pada hari raya Iedul Fithri dan hari raya Iedul Adha ke lapangan. Ini menurut madzhab Syafi’i dilakukan ketika masjid tidak cukup.
Barangkali ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga bermanfaat wallāhu ta’ālā a’lam.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•
Post a Comment