🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 SENIN | 2 Jumadal Ula 1446 H | 4 November 2024 M
🎙 Oleh: Ustadz Dr. Anas Burhanuddin, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-106
https://drive.google.com/file/d/1G_xl99AJzOjQxVghxfCqpp4iFX3W-5YV/view?usp=sharingBab Shalat Ied (Bag. 2)
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين
أما بعد
Anggota grup WhatsApp Dirosah Islamiyah yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allāh subhānahu wa ta’ālā.
Kali ini kita akan membahas tentang shalat Ied. Para ulama menyebutkan bahwasanya Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam senantiasa melakukannya. Jadi sejak disyari’atkan pertama kali pada tahun 2 Hijriyah dan shalat Iedain Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam yang pertama juga terjadi pada tahun itu juga (tahun ke-2 Hijriyyah).
Jadi beliau langsung kerjakan, beliau langsung praktikkan dan beliau senantiasa melakukannya sampai meninggal, beliau bahkan memerintahkan semua orang untuk hadir. Bahkan para wanita termasuk yang haid, termasuk yang tidak mempunyai jilbab silakan dipinjami oleh saudarinya agar bisa berangkat menuju mushala atau menuju tanah lapang, agar bisa mengerjakan shalat Ied atau menyaksikan kebaikan kalau tidak bisa shalat seperti para wanita yang haid.
Sampai-sampai sebagian ulama berpendapat bahwasanya shalat Ied ini hukumnya adalah fardhu ‘ain karena beliau perintahkan, beliau lakukan, beliau ajak semua orang untuk hadir, bahkan yang haid sekali pun.
Jadi di sebagian madzhab yaitu di madzhab Abu Hanifah kemudian pendapat Imam Syafi’i (salah satu pendapat Imam Syafi’i), salah satu pendapat Imam Ahmad menunjukkan bahwasanya shalat Ied bagi mereka hukumnya adalah fardhu ‘ain dan ada juga pendapat fardhu kifayah dalam madzhab Syafi’i.
Jadi dalam madzhab Syafi’i ada pendapat fardhu ‘ain ada pendapat fardhu kifayah, namun yang mu’tammad adalah pendapat bahwasanya shalat Ied hukumnya adalah sunnah mu’akaddah. Sunnah tapi ditegaskan. Maka hendaknya umat Islam tidak bermudah-mudah dalam meninggal shalat Ied.
Dan ada sebuah pembahasan yang penting yang disebutkan oleh pengarang Kifayatul Akhyar tentang para wanita yang pergi mengerjakan shalat Ied pada hari raya Iedul Adha atau Iedul Fithri. Beliau menggarisbawahi bahwasanya kalau para wanita ini keluar dengan bentuk yang biasa dilihat pada zaman beliau. Pada zaman penulis kitab Kifayatul Akhyar, Al-Hishni (الحصني), maka beliau mengatakan, kalau seperti itu bentuknya maka para wanita tidak boleh untuk berangkat menghadiri shalat Iedul Adha atau Iedul Fithri.
Kenapa? Karena pada zaman beliau seperti pada zaman kita, ada banyak orang yang keluar dengan tidak memperhatikan adab-adabnya. Ada sebagian wanita yang keluar dengan berhias bahkan menor, tidak gadhul bashar (غض البصر) dan lain sebagainya.
Sampai beliau mengatakan, pada zaman kami ini, hendaknya dipastikan tentang keharaman keluarnya para wanita yang muda, para wanita yang cantik, karena banyaknya kerusakan bahkan sebelum zaman beliau juga di zaman Aisyah radhiyallāhu ‘anha, di zaman para sahabat sepeninggal Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam.
Aisyah juga mengatakan,
لَوْ رأى رَسولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ ما أحْدَثَ النِّساءُ لَمَنَعَهُنَّ المساجدِ كما مُنَعَ نِساءُ بَنِي إسْرائِيلَ
(Muttafaqun ‘alaih)
Andai Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam melihat perubahan yang terjadi pada para wanita, yang dibuat oleh mereka. Maka niscaya beliau akan melarang mereka untuk datang ke masjid sebagaimana Allāh telah melarang bani Israil untuk datang ke masjid.
Jadi kondisinya sudah seperti itu pada zaman Aisyah radhiyallāhu ‘anha. Maka para wanita muslimah yang bersemangat untuk datang ke lapangan atau ke masjid untuk mengerjakan shalat Ied, hendaknya mereka memperhatikan adab-adabnya, hendaknya mereka keluar dengan tidak berhias, syukur kalau mereka menutup wajah-wajah mereka.
Dan juga hendaknya menjaga pandangan, kaum pria juga hendaknya seperti itu, ini adalah sebuah permasalahan penting yang disebutkan oleh Al-Hishni (الحصني) dalam Kifayatul Akhyar.
Barangkali ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga bermanfaat, wallāhu ta’ālā a’lam
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•
Post a Comment