F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-73 Bab Sunnah Shalat Bag. 2

Audio ke-73 Bab Sunnah Shalat Bag. 2
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 RABU | 19 Dzulhijjah 1445 H | 26 Juni 2024 M
🎙 Oleh: Ustadz Anas Burhanuddin, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-73
https://drive.google.com/file/d/10sPCwpyWQEUnXx8FDnBdplisDQ3N399P/view?usp=sharing

📖 Bab Sunnah-Sunnah Shalat (Bag. 2)

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين
أما بعد

Anggota grup WhatsApp Dirosah Islamiyah yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allāh subhānahu wa ta’ālā.

Kita lanjutkan kajian kita dari kitab Matnul Ghāyah wat Taqrīb (متن الغاية والتقريب) karya Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā.

Sunnah sunnah setelah masuk shalat

Kali ini kita akan membahas tentang sunnah-sunnah shalat, beliau mengatakan,

وَبَعْدَ الدُّخُولِ فِيهَا شَيْئَانِ التَّشَهُّدُ الأَوَّلُ وَالقُنُوتُ فِي الصُّبْحِ وَفِي الوِتْرِ فِي النِّصْفِ الثَّانِي مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ

Sedangkan sunnah-sunnah yang dianjurkan setelah masuk dalam shalat ada dua juga. Yang pertama adalah tasyahud awal dan yang kedua adalah qunut dalam shalat subuh dan juga qunut dalam witir di separuh kedua bulan Ramadhan.

Tasyahud awal

Ini adalah dua sunnah yang dianjurkan dilakukan saat kita mengerjakan shalat. Dan dua sunnah ini disebut sebagai sunnah ab’ādh (سنة الابعاض) qunut subuh. Ini adalah masalah yang cukup ramai di Indonesia, maka kita perlu untuk mengetahuinya.

Qunut Subuh

Jadi qunut subuh itu sunnah ab’ādh (سنة الابعاض) menurut madzhab Syafi'i. Artinya kalau qunut subuh ini ditinggalkan karena lupa misalnya, maka kita harus menggantinya dengan sujud sahwi sebelum salam. Jadi memang ini sebuah pendapat di antara pendapat para ulama dan ini yang mu'tamad dalam madzhab Syafi'i

Dalilnya apa? Ada dalilnya yaitu hadits Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi di dalam Sunnan Al-Kubra bahwasanya beliau mengatakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ رَفَعَ يَدَيْهِ يَدْعُو بِهَذَا الدُّعَاءِ: اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ.....

Sampai akhir.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam itu juga beliau mengangkat kepala beliau dari ruku’ dalam shalat subuh di raka'at di raka'at kedua beliau mengangkat kedua tangan beliau dan berdoa dengan doa ini

اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ.....

Dan seterusnya. Yaitu doa qunut yang masyhur di negeri kita.

Jadi ini hadits Abu Hurairah diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Sunnan Al-Kubra dan menunjukkan bahwasanya Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam biasa melakukan qunut di raka'at kedua shalat subuh yaitu dalam posisi i'tidal setelah beliau bangun dari ruku’.

Dan Al-Hazimi rahimahullāhu ta’ālā dalam kitab An-nāsikhu wal-mansūkh (الـنـاسـخ و الـمـنـسـوخ) menisbatkan praktik ini kepada sebagian besar sahabat dan tabi'in.

Ini di antara dalil Syafi'iyyah untuk menetapkan bahwasanya qunut subuh adalah sunnah ab’ādh (سنة الابعاض). Adapun sebagian ulama yang lain berpendapat bahwasanya hadits ini lemah, karena dalam hadits ini ada Abdullah bin Abi Fudaiq, mereka mengatakan,

لَا يحتجو به

Yaitu salah satu perawi hadits ini tidak bisa dijadikan hujjah.

Dan sebagian lagi mengatakan bahwasanya praktik qunut subuh ini memang pernah dilakukan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam tetapi kemudian beliau meninggalkan hal itu sebagaimana dijelaskan oleh Abullah bin Mas'ud radhiyallāhu ‘anhu,

أنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ لَمْ يَقْنُتْ فِي الفَجْرِ قَطُّ إلَّا شَهْرًا وَاحِدًا

"Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam tidak pernah qunut di shalat subuh kecuali hanya satu bulan saja."

Yaitu dalam rangkaian qunut nazilah beliau, ketika para qura’ (sahabat) 70 sahabat terbunuh pada waktu itu kemudian beliau qunut nazilah dalam semua shalat termasuk shalat subuh. Beliau melakukannya selamat satu bulan kemudian beliau tinggalkan.

Ini adalah termasuk masalah yang pelik, di antara masalah khilafiyyah di antara para ulama, tetapi kita tidak bisa memungkiri bahwasanya ini adalah masalah khilafiyyah dan faktanya inilah madzhab Syafi'i yang diikuti oleh banyak umat Islam di Indonesia.

Maka ini adalah khilaf yang mu'tabar, ini adalah khilaf yang menuntut dari kita untuk lebih arif dalam menyikapinya, karena perbedaan pendapat ini sudah lama sekali dari sejak zaman al-aimah al-arba’ah (الأئمة الأربعة), imam yang empat. Bahkan juga sebelum itu di kalangan sahabat dan tabi'in ada perbedaan di antara mereka. Maka hendaknya kita bersikap arif karena perbedaan ini adalah perbedaan pendapat yang mu'tabar atau diakui.

Kemudian juga,

Qunut pada pertengahan kedua bulan Ramadhan

وَفِي الوِتْرِ فِي النِّصْفِ الثَّانِي مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ

Juga qunut dalam shalat witir di pertengahan kedua bulan Ramadhan.

Adapun qunut witir maka dalilnya lebih shahih. Qunut witir itu dalilnya ada di shahih Muslim juga seperti akan kita bawakan juga, ada dilakukan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam dalam shalat witir beliau dengan riwayat-riwayat yang lebih shahih.

Di antaranya hadits riwayat Abu Dawud dari Al-Hasan bin Ali radhiyallāhu ‘anhu, beliau mengatakan,

علَّمني رسولُ صلَّى عليْهِ وسلَّمَ كلماتٍ أقولُهنَّ في الوترِ، وفي رواية في قُنُوتِ الْوَتْرِ: اللَّهمَّ اهدِني فيمَنْ هَدَيْتَ، وعافِني فيمَنْ عافَيْتَ، وتَوَلَّني فيمَنْ تولَّيتَ، وبارِكْ لي فِيمَا أعْطَيْتَ، وقِنِي شرَّ ما قضيتَ، إنَّكَ تَقْضِي ولَا يُقْضَى علَيْكَ، وإنَّهُ لا يَذِلُّ من والَيْتَ، ولا يَعِزُّ من عَادَيتَ، تبارَكتَ ربَّنا وتعاليتَ
Ini hadits riwayat Abu Dawud dari Al-Hasan bin Ali. Doanya sama dengan yang diucapkan dalam qunut subuh tetapi riwayatnya lebih shahih.

Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam mengajari saya beberapa kalimat untuk diucapkan saat witir yaitu saat qunut witir. Maka qunut witir adalah sunnah Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam lebih shahih riwayatnya.

Dan khusus untuk pertengahan kedua bulan Ramadhan dijelaskan dalam hadits Ubay bin Ka'ab yang diriwayatkan oleh Abu Dawud rahimahullāhu, bahwasanya Ubay bin Ka'ab,

أَمَّهُمْ - يَعْنِي فِي رَمَضَانَ - وَكَانَ يَقْنُتُ فِي النِّصْفِ الآخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
‏وكان يَقْنُتُ في النِّصْفِ الثاني مِنْ رَمَضَانَ

Bahwasanya Ubay bin Ka'ab radhiyallāhu ‘anhu membaca qunut di pertengahan kedua bulan Ramadhan yaitu sesaat witir.

Maka beberapa hadits ini dipakai oleh madzhab Syafi'i untuk berdalil bahwasanya qunut dalam witir juga sunnah ab’ādh (سنة الابعاض), artinya kalau sampai ditinggalkan karena lupa maka dia harus diganti dengan sujud sahwi.

Ini adalah penjelasan tentang sunnah ab’ādh (سنة الابعاض).

Barangkali ini yang bisa kita pelajari bersama pada kesempatan kali ini, semoga bermanfaat.

Wallāhu ta’ālā a’lam.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم


•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.