F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-63 Bab Shalat Sunnah Bag. 2

Audio ke-63 Bab Shalat Sunnah Bag. 2
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 RABU| 28 Dzulqa’dah 1445 H | 5 Juni 2024 M
🎙 Oleh: Ustadz Anas Burhanuddin, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-63
https://drive.google.com/file/d/1fhx7Xzx5H4Sxur80AVcIz-iNYMlULZDx/view?usp=sharing

📖 Bab Shalat-Shalat Sunnah (Bag. 2)

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين
أما بعد
Anggota grup WhatsApp Dirosah Islamiyah yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allāh subhānahu wa ta’ālā.

Kita lanjutkan kajian kita dari kitab Matnul Ghāyah wat Taqrīb (متن الغاية والتقريب) karya Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā.

Kali ini kita akan membahas pasal tentang shalat-shalat sunnah. Beliau mengatakan,

وَرَكْعَتَانِ بَعْدَ المَغْرِبِ

Dan 2 (dua) rakaat setelah Maghrib.

Dalilnya adalah hadits Ibnu Umar radhiyallāhu ‘anhu bahwasanya beliau mengatakan,

حَفِظْتُ مِنَ النَّبيِّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَشْرَ رَكَعَاتٍ

Saya menghafal dari Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam ada 10 (sepuluh) rakaat rawatib, di antaranya beliau menyebutkan

وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ المَغْرِبِ في بَيْتِهِ

Di antara 10 rakaat yang senantiasa dilakukan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam setiap hari adalah 2 rakaat setelah Maghrib di rumah beliau.

Maka ini adalah rawatib yang disyariatkan setelah shalat Maghrib. Dan penulis di sini tidak menyebutkan ada rawatib sebelum Maghrib. Namun perlu diketahui bahwasanya dianjurkan juga untuk mengerjakan shalat sunnah qabliyah Maghrib. Jadi shalat sunnah qabliyah Maghrib adalah sesuatu yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam.

Dalilnya adalah hadits Anas riwayat Al-Bukhari dan Muslim bahwasanya beliau mengatakan, "Dahulu kami di Madinah maka kalau muadzin sudah mengumandangkan adzan untuk shalat Maghrib maka para sahabat segera mendatangi tiang-tiang masjid Nabawi

فَيَرْكَعُونَ رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ

Maka kemudian mereka melaksanakan shalat 2 rakaat 2 rakaat, sampai-sampai seorang musafir atau orang asing yang datang ke kota Madinah mereka masuk ke masjid dan menyangka bahwasanya shalat Maghrib sudah dilakukan saking banyaknya orang yang mengerjakan shalat sunnah sebelum Maghrib.

Maka qabliyah Maghrib juga termasuk rawatib meskipun ini tidak ditegaskan.

وَثَلاَثٌ بَعْدَ العِشَاءِ يُوْتِرُ بِوَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ

Kemudian yang selanjutnya adalah 3 rakaat setelah Isya yang salah satunya adalah witir.

Jadi Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā menyebutkan bahwasanya dianjurkan setelah shalat Isya untuk mengerjakan 3 rakaat. Tiga rakaat ini yang 2 adalah shalat sunnah ba'diyah.

Dalilnya adalah hadits Ibnu Umar yang pernah kita sebutkan tadi yaitu tentang 10 rakaat yang dihafal oleh Ibnu Umar tidak pernah ditinggalkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Dan di antaranya adalah

وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ في بَيْتِهِ

Dua rakaat yang beliau lakukan setelah Isya di rumah beliau. Ini hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar.

Kemudian diakhiri dengan witir 1 rakaat. Dan witir juga adalah shalat sunnah yang dianjurkan dan ditegaskan sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam dalam hadits riwayat Abu Dawud dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallāhu ‘anhu,

قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْوَتْرُ حَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits ini, “Witir itu adalah hak atas setiap muslim”.

فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِخَمْسٍ فَلْيَفْعَلْ

Maka barangsiapa yang senang untuk shalat witir 5 rakaat silahkan

وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِثَلَاثٍ فَلْيَفْعَلْ

Barangsiapa yang ingin witir 3 rakaat silahkan

وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِوَاحِدَةٍ فَلْيَفْعَلْ

Maka barangsiapa yang ingin atau senang untuk shalat 1 rakaat maka juga silahkan, minimalnya adalah satu rakaat yang penting ganjil bisa 1 rakaat, 3 rakaat, 5 rakaat atau lebih. [HR Abu Dāud, an-Nasā`i dan Ibnu Mājah, dan dishahîhkan Syaikh al-Albāni dalam Shahîh Sunan Abu Dāud, no. 1421].

Dan Abu Syuja' Al-Ashfahani juga tidak menyebutkan shalat qabliyah Isya dan sesungguhnya shalat qabliyah Isya juga dianjurkan untuk dilakukan meskipun ini tidak ditegaskan (tidak muakkad).

Dalilnya adalah sabda Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam dalam hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mughaffal beliau mengatakan,

بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلاَةٌ

Setiap jeda antara adzan dan iqamah itu ada shalatnya.

Jadi dianjurkan untuk shalat sunnah juga waktu sebelum shalat Maghrib yaitu setelah adzan, antara adzan dan iqamah sebelum Maghrib dan juga antara adzan dan iqamah sebelum shalat Isya. Ini semua dianjurkan dan termasuk rawatib meskipun tidak semuanya ditegaskan.

Jadi semuanya menurut Abu Syuja' Al-Ashfahani ada 17 rakaat dan kalau kita tambahkan lagi 2 rakaat sebelum Maghrib dan 2 rakaat sebelum Isya maka totalnya adalah 21 rakaat shalat sunnah rawatib yaitu yang mengiringi shalat yang fardhu.

Dan di antara 21 rakaat ini ada 12 rakaat yang muakkadah (yang ditegaskan), yang senantiasa dijaga oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan mukim. Ketika beliau tidak musafir maka beliau menjaga 12 rakaat ini yaitu yang dihimpun oleh Ummu Habibah radhiyallāhu ‘anha dalam sebuah hadits riwayat Muslim

مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّى لِلَّهِ كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً تَطَوُّعًا غَيْرَ فَرِيضَةٍ إِلاَّ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ

Tidaklah seorang hamba yang muslim shalat untuk Allāh subhānahu wa ta’ālā (shalat karena Allāh subhānahu wa ta’ālā) setiap hari 12 rakaat yang sunnah dan bukan fardhu kecuali Allāh akan bangunkan untuknya rumah di surga. Ini hadits riwayat Muslim.

Dan dijabarkan oleh Ummu Habibah juga dalam hadits riwayat Tirmidzi dengan sanad yang shahih, dishahihkan oleh Albāny rahimahullāhu ta’ālā dan yang lain bahwasanya itu adalah 4 rakaat sebelum Zhuhur, kemudian 2 rakaat setelah Zhuhur, 2 rakaat setelah Maghrib, 2 rakaat setelah Isya, dan 2 rakaat sebelum Subuh. Ini adalah 12 rakaat yang senantiasa dijaga oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan mukim. Adapun dalam keadaan musafir beliau menjaga dan tidak meninggalkan shalat qabliyah Subuh.

Jadi dari 21 rakaat rawatib yang mengiringi shalat fardhu ini ada 12 rakaat yang ditegaskan dan selalu dijaga oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan mukim dan tidak musafir.

Demikian semoga bermanfaat, wallāhu ta’ālā a’lam.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.