F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-303: Bab 26 ~ Pembahasan Hadits Abu Humaid Abdurrahman bin Saad As-Saidi

Audio ke-303: Bab 26 ~ Pembahasan Hadits Abu Humaid Abdurrahman bin Saad As-Saidi
📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-561
🌏 https://grupislamsunnah.com
🗓 RABU, 28 Dzulqa'dah 1445 H / 05 Juni 2024 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin (Taman-Tamannya Orang-Orang yang Saleh dari Sabda-Sabda Nabi Muhammad ﷺ) karya Imam Nawawi Rahimahullah
Audio https://drive.google.com/file/d/1g0Kzseiag_ONQbzAxi_BJfheyF549qYh/view?usp=sharing

💽 Audio ke-303: Bab 26 Diharamkannya Berbuat Zalim dan Perintah untuk Mengembalikan Hak Orang yang Dizalimi ~ Pembahasan Hadits Abu Humaid, Abdurrahman bin Sa'ad As-Sa'idi Radhiyallahu 'Anhu


السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلهِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ

Segala puji bagi Allah Jalla Jalaluh (Allah yang Maha Agung dengan keagungan-Nya, -ed). Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan untuk Baginda Nabi kita Muhammad 'Alaihis-shalatu wassalam. Amma ba’du.

Kaum muslimin, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati oleh Allah Jalla Jalaluh.

Kita kembali mengkaji Riyadush Shalihin (Tamannya Orang-Orang Saleh).

Semua ingin menjadi orang baik. Semua ingin diridhai dan dicintai Allah 'Azza wa Jalla. Tapi perjalanan menuju ridha Allah memerlukan salah satunya adalah ilmu, yang menunjukkan kepada kita mana yang diperbolehkan dan mana yang seharusnya kita tinggalkan; mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang. Tanpa belajar, kita enggak akan pernah tahu bagaimana menuju kepada Allah 'Azza wa Jalla.

Thayyib.
Kita akan baca, kita akan kaji, dan kita akan berusaha untuk mengamalkannya.

وَعَنْ أَبِي حُمَيْدٍ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ : اسْتَعْمَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا مِنَ الْأَزْدِ - يُقَالُ لَهُ : ابْنُ اللُّتْبِيَّةِ - عَلَى الصَّدَقَةِ ، فَلَمَّا قَدِمَ قَالَ : هَذَا لَكُمْ ، وَهَذَا أُهْدِيَ إِلَيَّ ، فَقَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ ، فَحَمِدَ اللهَ ، وَأَثْنَى عَلَيْهِ ، ثُمَّ قَالَ : ❲ أَمَّا بَعْدُ ؛ فَإِنِّي أَسْتَعْمِلُ الرَّجُلَ مِنْكُمْ عَلَى عَمَلِي مِمَّا والَّانِي اللهُ ، فَيَأْتِي ، فَيَقُولُ : هَذَا لَكُمْ ، وَهَذَا هَدِيَّةٌ أُهْدِيَتْ إِلَيَّ! أَفَلَا جَلَسَ فِي بَيْتِ أَبِيهِ أَوْ أُمِّهِ حَتَّى تَأْتِيَهُ هَدِيَّتُهُ إِنْ كَانَ صَادِقًا! وَاللهِ ؛ لَا يَأْخُذُ أَحَدٌ مِنْكُمْ شَيْئًا بِغَيْرِ حَقِّهِ ؛ إِلَّا لَقِيَ اللهَ - تَعَالَى - يَحْمِلُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، فَلَا أَعْرِفَنَّ أَحَدًا مِنْكُمْ لَقِيَ اللهَ ؛ يَحْمِلُ بَعِيْرًا لَهُ رُغَاءٌ ، أَوْ بَقَرَةً لَهَا خُوَارٌ ، أَوْ شَاةً تَيْعَرُ ❳ ، ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى رُئِيَ بَيَاضُ إِبْطَيْهِ ، فَقَالَ : ❲ اللَّهُمَّ! هَلْ بَلَّغْتُ؟! ❳ ثَلَاثًا . ❊ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ [ الْبُخَارِيُّ (٦٩٧٩) ، وَمُسْلِمٌ (١٨٣٢) ]

Dari Abu Humaid, Abdurrahman bin Sa’ad As-Sa’idi radhiyallahu 'anhu ia bertutur, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah memberikan tugas kepada seseorang dari suku Azdi yang bernama Ibnul Lutbiyah untuk mengumpulkan sedekah atau zakat. Setelah menyelesaikan tugasnya, dia datang kembali dan berkata, 'Ini untuk engkau, dan ini hadiah yang diberikan kepadaku.' Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berdiri di atas mimbar, lalu memanjatkan pujian dan sanjungan kepada Allah. Kemudian Beliau bersabda, 'Amma ba'du, sesungguhnya aku menugaskan salah seorang di antara kalian untuk menyelesaikan sesuatu tugas yang diberikan Allah kepadaku. Lantas dia melaksanakannya dan berkata, 'Ini untukmu dan ini hadiah yang diberikan kepadaku.' Mengapa orang itu tidak duduk-duduk saja di rumah ayah atau ibunya, sampai hadiah itu diberikan untuknya, andai kata dia memang benar. Demi Allah, tidaklah salah seorang di antara kalian mengambil sesuatu yang bukan haknya, melainkan dia akan menghadap Allah Subhanahu wa Ta'ala pada hari kiamat dengan memikul sesuatu itu. Sungguh, aku tidak ingin melihat salah seorang di antara kalian yang menghadap kepada Allah dengan memikul unta yang melenguh, sapi yang menguak, ataupun kambing yang mengembik.' Kemudian Beliau mengangkat kedua tangannya hingga terlihat warna putih kedua ketiak Beliau, seraya bersabda, 'Ya Allah, bukankah aku telah menyampaikannya.' Beliau mengucapkannya tiga kali."
(Muttafaqun ‘alaih)
Jamaah rahimakumullah.
Kita telah sampai ke Bab 26, "Bab Larangan Berbuat Zalim dan Perintah Mengembalikan Hak Orang yang Dizalimi."

Kita sudah mendengar ayat-ayat dan beberapa hadits yang berkaitan dengan kezaliman ini, di mana Allah 'Azza wa Jalla mengatakan,

{ وَقَدْ خَابَ مَنْ حَمَلَ ظُلْمًا }

Maka telah merana, telah sengsara, telah merugi orang yang membawa kezaliman. (QS. Thahaa: 111)

Di hadits ini, sangat berkaitan sekali dengan kondisi kita di negeri kita, di mana korupsi terjadi begitu semaraknya, suap-menyuap yang tidak berhenti dari tahun ke tahun, seakan seperti jamur atau cendawan di musim hujan. Semakin ramai publik-publik figure yang ditokohkan oleh masyarakat melakukan kezaliman. Namun terkadang, mereka merasa yang mereka lakukan bukan kezaliman.

Coba kita lihat. Nih, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sebagai pemimpin umat Islam pada waktu itu, Beliau memerintahkan kepada salah seorang sahabat, disebutkan di sini dia dari Bani Azdi yang namanya Ibnul Lutbiyah, dia ditugaskan untuk mengumpulkan zakat. Jadi dahulu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengirim sahabat untuk berangkat ke kampung Fulan (mungkin kalau sekarang ke kecamatan Fulan ya, atau ke desa Fulan) untuk mengumpulkan zakat milik orang-orang sana.
  1. Memudahkan mereka; mereka tidak lelah untuk menyetorkan zakat mereka.
  2. Menghitung berapa zakat yang harus mereka bayarkan.

Ketika itu kurma, maka ketika hendak panen, sudah dihitung berapa kira-kira yang keluar. Ketika itu binatang ternak, maka akan dihitung dari setiap 40 ekor kambing, ada 1 ekor kambing. Dari setiap 5 ekor unta, ada 1 ekor kambing zakat yang harus dibayarkan.

Maka diutuslah nih, sahabat Ibnul Lutbiyah. Pulang dari sana, Ibnul Lutbiyah rupanya dikasih hadiah (dikasih hadiah!) oleh penduduk tempat dia mengambil zakat. Dia datang mengatakan kepada Rasul Shallallahu 'alaihi wasallam, Ya Rasulullah, ini zakatnya! Dia jujur, dia tidak berdusta, dia telah menghitung dengan benar, maka dia berikan. Ini zakatnya yang dibayarkan oleh Bani Fulan, dan ini dihadiahkan kepadaku. Dia terus terang.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam langsung naik ke mimbar, mengumpulkan para sahabatnya. Karena Beliau melihat ada sebuah perbuatan kezaliman, perbuatan dosa yang dirasa enggak dosa. Buktinya Ibnul Lutbiyah dengan penuh kesantaian, dia menyampaikan kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, Ini zakatnya, ini hadiah buat aku! Dia merasa itu bukan dosa. Maka Beliau ingin kepada seluruh sahabat agar tidak terulang kembali, agar mereka paham tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang harus ditinggalkan.

Beliau naik ke mimbarnya berceramah. Setelah memuji Allah dan menyanjung-Nya, Beliau mengatakan,

❲ أَمَّا بَعْدُ ؛ فَإِنِّي أَسْتَعْمِلُ الرَّجُلَ مِنْكُمْ ❳

Nih, aku memakai satu orang sebagai amil zakat.

Kemudian dia datang membawa zakat dan membawa hadiah.

Lalu Nabi 'Alaihis-shalatu wassalam mengatakan,

❲ أَفَلَا جَلَسَ فِي بَيْتِ أَبِيهِ أَوْ أُمِّهِ ❳

Kenapa dia itu enggak duduk di rumah bapaknya, tinggal di rumah ibunya, supaya dia tahu, hadiah itu datang enggak kepada dia?!

Karena hadiah itu sebenarnya pemberian tanpa mengharapkan ganti, dan tanpa ada hajat dari yang memberi; sekadar mau kasih. Ana di rumah, tahu-tahu ada yang kirim sesuatu sama ana. Seorang guru di rumahnya, ada temannya kasih dia hadiah.

Maka Nabi mengatakan, Coba dia duduk di rumahnya, kira-kira hadiah itu datang apa tidak? Kalau hadiah itu berkaitan dengan pekerjaan yang dia sudah mendapatkan imbalan dari pekerjaan itu, hadiah itu enggak boleh diambil. Di negeri kita pun seperti itu, kita tahu.

Dan Islam sudah membahas masalah ini sejak 1400 tahun yang lalu, yang berkaitan dengan gratifikasi. Hadiah yang diberikan kepada pejabat negara, pejabat negara harus mengembalikan. Kalau enggak, akan bermasalah sama dia. Itu sebuah kezaliman, karena dia mendapatkan hadiah disebabkan dia sedang menjabat, sedang kunjungan, sedang bertugas, yang dalam semua itu, orang ini sudah mendapatkan imbalan, sudah digaji.

Maka Nabi yang ngasih tahu. Lihat, benar enggak? Kalau itu memang hadiah, sebagai bentuk ya.. orang ini memberikan hadiah karena sayang, karena cinta, atau karena kerjaan?!

❲ وَاللهِ ؛ لَا يَأْخذُ أَحَدٌ مِنْكُمْ شَيْئًا بِغَيْرِ حَقِّهِ ❳

Nabi 'Alaihis-shalatu wassalam bersumpah mengatakan, Demi Allah, tidaklah salah seorang di antara kalian mengambil sesuatu yang bukan haknya dengan cara yang tidak hak, melainkan dia akan menghadap kepada Allah 'Azza wa Jalla,

❲ يَحْمِلُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ❳

dalam kondisi dia akan memikulnya, membawa itu dosa.

Lalu Beliau mengatakan,

❲ فَلَا أَعْرِفَنَّ أَحَدًا مِنْكُمْ لَقِيَ اللَّهَ ❳

Dan Beliau mengatakan, Sungguh aku tidak ingin melihat salah seorang di antara kalian nanti berjumpa dengan Allah dalam kondisi dia memikul unta, dalam kondisi memikul sapi yang teriak-teriak, unta yang teriak-teriak, kambing yang mengembik, karena itu yang dia ambil.

Kalau dia ambil yang untuk bangunan, dia akan pikul bangunan tersebut. Kalau dia korupsi aspal yang seharusnya diberikan kepada rakyat, maka dia akan pikul itu, tong-tong aspal dia akan pikul!

Itu akan terjadi?

نَعَمْ !

Lalu Beliau mengatakan, ..

Beliau mengangkat tangannya sampai nampak ketiak Beliau, putihnya ketiak Beliau, karena pakaian dulu, Jama’ah. Ya.. kalau sekarang kan, setinggi apa pun ana angkat, tidak akan nampak karena ana pakai baju. Tapi pakaian dulu, kalau enggak pakai gamis, mereka pakai rida’ (pakai selendang). Orang kalau pakai selendang seperti orang yang mengenakan pakaian ihram, ketika dia angkat dikit kelihatan, apalagi di atas mimbar.

Nabi 'Alaihis-shalatu wassalam menekankan dengan mengatakan,

❲ الَلَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ؟ ❳

Beliau ini ingin kita semua itu masuk surga. Beliau tidak ingin ada umatnya yang masuk neraka. Beliau tidak ingin melihat ada umatnya di Padang Mahsyar memikul dosa. Kezaliman yang dia lakukan di dunia, dia akan pikul nanti di Padang Mahsyar. Mungkin sebagian koruptor, sebagian pencuri, sebagian perampok, sebagian penipu, selamat dari hukuman di dunia. Dia tidak diazab, dia bebas dari penjara.

❲ یَوۡمَىِٕذࣲ تُعۡرَضُونَ لَا تَخۡفَىٰ مِنكُمۡ خَافِیَة ❳

Pada hari itu semuanya akan dipamerkan dari kalian, tidak ada satu pun yang tersembunyi.

Allah mengetahui, dan malaikat-malaikat Allah diperintahkan untuk mencatat kezaliman tersebut.

Maka buat orang yang pernah mengambil hak orang lain, hak pribadi, hak publik, hak keluarga, hak perusahaan, jangan engkau meremehkan perbuatan itu.

Karena kita sudah bahas, kezaliman ada tiga:
  1. Kezaliman yang tidak akan diampuni, yaitu kezaliman hamba kepada Allah dengan melakukan kesyirikan.
  2. Kezaliman yang Allah akan buka peluang bagi mereka Allah akan ampuni. Maka kezaliman antara hamba dengan dirinya ketika dia melakukan dosa di bawah kesyirikan.
  3. Kezaliman yang tidak akan ditinggalkan sama Allah Subhanahu wa Ta'ala: kezaliman kepada orang lain.

Maka ketika engkau mengambil hak orang lain, kalau hak itu seberat cincin ini atau hak itu seberat semut yang kecil, maka engkau akan sengsara dan akan memikul dosa tersebut.

Jadi, hadiah yang diberikan kepada pegawai itu enggak halal. Yang di kepolisian, yang pegawai negeri, yang urusan birokrasi, kadang kala engkau mendapatkan amplop, mendapatkan hadiah handphone, mendapatkan hadiah tiket perjalanan gratis, semuanya itu adalah kezaliman.

Kalau ada yang mengatakan, Ustadz, saya saling ridha.
Na'am! Tapi engkau tidak punya hak untuk mendapatkan hadiah tersebut karena engkau sudah mendapatkan gaji pada hakikatnya.

Jamaah rahimakumullah, itu yang bisa kita kaji. Semoga ilmu yang kita kaji hari ini berguna buat kita dan bisa kita amalkan dalam kehidupan kita. Dan semoga Allah menerima amalan kita. Sampai berjumpa kembali.

بَارَكَ اللهُ فِيْك
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.