F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Syarhus Sunnah Al-Muzani – 26 – Point 7 - Tentang Iman Bag. 04

Syarhus Sunnah Al-Muzani – 26 – Point 7 - Tentang Iman Bag. 04
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
📘 Syarhus Sunnah Al-Muzani : ❝ POINT 7 - TENTANG IMAN #4 ❞
Dosen : Ustadz Beni Sarbeni, Lc, M.Pd Hafidzhahullah Ta'ala
🎧 Simak Audio 🎧

Point 7 - Tentang Iman #4


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
.الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه وَمَنْ وَالاَهُ. أمَّا بعد

Sahabat Belajar Islam yang semoga dimuliakan oleh Allah Rabbul ‘alamin, kita lanjutkan kajian kitab Syarhus Sunnah karya Al-Imam Al Muzani Rahimahullah.

Masih membahas tentang, Iman

Pada pertemuan sebelumnya, sudah saya sampaikan pandangan Khawarij demikian pula kaum Murji'ah tentang masalah iman. Dimana kaum Khawarij mengatakan bahwa iman itu satu kesatuan yang ketika hilang sebagian darinya maka hilang keseluruhannya. Artinya ketika berkurang, hilang seluruh bagian keimanan. Konsekuensinya ketika seseorang melakukan dosa besar maka imannya hilang dari si pelaku (dosa besar).

Lawan dari Khawarij adalah kaum Murji'ah, mereka mengatakan bahwa, “Iman ketika ada dalam diri seseorang maka dia tidak akan berkurang, iman itu satu kesatuan yang tidak akan berkurang.” Oleh karena itu mereka mengatakan bahwa iman orang yang paling durhaka diantara umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, itu sama dengan imannya Abu Bakar As-Shiddiq Radhiyallahu ta'ala anhu.

Adapun pandangan Ahlussunnah Wal Jama’ah bahwa iman itu يزيد و ينقص iman itu bisa bertambah sebagaimana iman itu bisa berkurang. Bertambah dengan ketaatan, berkurang dengan kemaksiatan.

Selanjutnya, kali ini saya akan menyampaikan pandangan Asy'ariyyah tentang masalah iman. Saya sampaikan karena di Indonesia ini banyak sekali yang menisbatkan kepada Madzhab Asy'ariyyah dalam masalah aqidah.

Asy’ariyyah dalam masalah iman ada tiga pendapat:

(A.) Sesuai dengan aqidahnya Ahlussunnah Wal Jama’ah,

Yaitu Iman bertambah dan berkurang. Bertambah dengan ketaatan, berkurang dengan kemaksiatan. Dan inilah pendapat terakhir Al-Imam Abul Hasan Al Asy'ari.

(B.) Mereka yang berpendapat seperti pendapatnya kaum Murji'atul Fuqahaa’,

Yang mengatakan bahwa iman itu hanyalah keyakinan hati dan ucapan lisan, sementara amal tidak dimasukkan ke dalam iman.

(C.) Mengatakan bahwa Iman sebatas keyakinan hati.

Iman sebatas keyakinan hati, walaupun tidak disertai dengan ucapan lisan demikian pula tidak disertai dengan pengamalan. Sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Laqaani dalam kitabnya Jauharut-Tauhiid, beliau mengatakan,

وفسر الإيمان بالتصديق والنطق فيه الخلف بالتحقيق

“Iman itu adalah At-Tashdiiq (sebatas membenarkan saja), adapun ucapan itu perkara yang diperdebatkan setelah Tahqiiq (diteliti).

Jadi kaum Asy'ariyah, dan ini pendapat yang masyhur di antara mereka, bahwa Al Iman itu cukup dengan sebatas At-Tashdiiq atau membenarkan di dalam hati. Maka jika kita perhatikan definisi iman yang seperti itu sama seperti definisi kaum Murji’ah, dimana iman hanya sebatas At-Tashdiiq atau pembenaran hati.

Kemudian, kita lanjutkan lagi perkataan Al-Imam Al Muzani Rahimahullahu ta’ala. Dimana beliau berkata,

والمؤمنون فِي الْإِيمَان يتفاضلون وبصالح الْأَعْمَال هم متزايدون
“Orang-orang yang beriman itu beragam dalam iman mereka, iman mereka bertambah dengan amal-amal shalih.”
Jadi, diantara kaidah yang disepakati oleh Ahlussunnah Wal Jama’ah, bahwa iman itu bisa bertambah, iman itu bisa berkurang. Bertambah dengan ketaatan, berkurang dengan kemaksiatan.

Sebagaimana yang Allah Subhanahu wa ta'ala firmankan di dalam Al-Qur’an,

وَإِذَا مَآ أُنزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَٰذِهِۦٓ إِيمَٰنًا ۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ فَزَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
“Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?" Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira.” (QS. At-Taubah [9]: 124)
Dalam sebuah hadits yang shahih, yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad. Baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إن المؤمن إذا أذنب كانت نكتة سوداء في قلبه، فإن تاب ونزع واستغفر، صقل قلبه، وإن زاد زادت، حتى يعلو قلبه ذاك الران الذي ذكر الله عز وجل في القرآن: {كلا بل ران على قلوبهم ما كانوا يكسبون} [المطففين: ١٤]
“Sungguh ketika seorang mukmin berdosa, maka hal itu menjadi titik noda hitam pada hatinya. Jika dia bertobat meninggalkannya dan beristighfar maka hatinya dibersihkan. Akan tetapi jika maksiatnya bertambah maka bertambah pula noda tersebut, sehingga meliputi hatinya. Itulah yang dimaksud dengan kata الرّان (menutupi), Allah sebutkan di dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, كلا بل ران على قلوبهم ما كانوا يكسبون “Sekali-kali tidak demikian. Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. (QS. Al-Muthaffifiin [83]: 14)”
Berarti ketika kemaksiatan itu dilakukan, berkuranglah keimanannya, karena hatinya tertutup dengan noda hitam.

‘Abdurrazzaq Ash-Shan’ani Rahimahullah, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al-Ajurri, Imam Abu Ahmad, Al Hakim dan yang lainnya dengan sanad yang shahih. Imam Ash-Shan’ani berkata,

“Aku mendengar Malik Al-Awza’i, Ibnu Juraij Ats-Tsauri, Ma’mar semuanya berkata, “Iman itu adalah ucapan dan perbuatan, dia bertambah dan berkurang.”

Ucapan dan perbuatan termasuk di dalamnya keyakinan, karena keyakinan adalah ucapan hati. Nah disini mereka sepakat bahwa iman itu bertambah dan berkurang.

Baik sahabat sekalian, demikianlah pembahasan tentang iman bagian keempat dari poin ke-7 dalam kitab Syarhus Sunnah karya Al-Imam Al Muzani

Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.