▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
📘 Syarhus Sunnah Al-Muzani : ❝ POINT 7 - TENTANG IMAN #2 ❞
Dosen : Ustadz Beni Sarbeni, Lc, M.Pd Hafidzhahullah Ta'ala
🎧 Simak Audio 🎧
Point 7 - Tentang Iman #2
ٍٍ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه وَمَنْ وَالاَهُ. أمَّا بعد
Sahabat sekalian yang dimuliakan oleh Allah rabbul ‘alamin, masih membahas poin ketujuh dari kitab Syarhus Sunnah karya Al-Imam Al Muzani.
Yaitu bahasan tentang Iman
Kali ini adalah bagian yang kedua, dan masih menukil perkataan para ulama ketika membahas tentang iman. Sebelumnya sudah saya sampaikan perkataan Al Imam Asy-Syafi'i rahimahullah dan perkataan Al-Imam Ahmad rahimahullah.
Selanjutnya adalah
Perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah,
Sebagaimana dalam kitabnya Al Aqidah Al Waasithiyyah. Beliau berkata,
ومن أصول الفرقة الناجية : أَنَّ الدِّينَ وَالْإِيمَانَ قَوْلٌ، وَعَمَلٌ . قَوْلُ الْقَلْبِ، وَاللِّسَانِ وَعَمَلُ الْقَلْبِ، وَاللِّسَانِ، وَالْجَوَارِح وَأَنَّ الْإِيمَانَ يَزِيدُ بِالطَّاعَةِ، وَيَنْقُصُ بِالْمَعْصِيَة وَهُمْ مَعَ ذَلِكَ، لَا يُكَفِّرُونَ أَهْلَ الْقِبْلَةِ بِمُطْلَقِ الْمَعَاصِي وَالْكَبَائِرِ، كَمَا تَفْعَلُهُ «الْخَوَارِجُ» ، بَلْ الْأُخُوَّةُ الْإِيمَانِيَّةُ ثَابِتَةٌ مَعَ الْمَعَاصِي.
“Diantara dasar yang dipegang teguh oleh Al-Firqatun Naajiyah atau Ahlussunnah Wal Jama’ah, bahwa agama atau iman adalah ucapan dan perbuatan, ucapan hati dan lisan, juga amalan hati lisan dan anggota badan. Iman itu bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Meskipun demikian mereka yaitu Ahlussunnah Wal Jamaah tidak mengkafirkan Ahlul Qiblah atau kaum muslimin dengan kemaksiatan dan dosa-dosa besar secara mutlak, tidak seperti yang dilakukan oleh kaum Khawarij (maka kaum Khawarij disebut dengan takfiriyyun) akan tetapi persaudaraan seiman tetap ada walaupun seseorang melakukan kemaksiatan.”
Ini perkataan Syaikhul Islam sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya bahwa iman adalah قول و عمل perkataan dan perbuatan. Perkataan disini meliputi perkataan hati dan perkataan lisan. Perbuatan meliputi perbuatan hati, perbuatan lisan, dan perbuatan anggota badan. Iman itu bertambah dengan ketaatan, berkurang dengan kemaksiatan.
Selanjutnya diantara faedah yang sangat penting yang disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah juga, bahwa Ahlussunnah tidak sembarang mengkafirkan orang karena kemaksiatan ataupun dosa besar, tidak. Karena perbuatan dosa, yaitu dosa besar tidak menjadikan pelakunya keluar dari Islam, tidak seperti yang dilakukan oleh kaum Khawarij, makanya kaum Khawarij disebut sebagai takfiriyyun (orang yang bermudah-mudahan dalam memvonis kafir), termasuk dalam hal ini mereka mengatakan pelaku dosa besar keluar dari Islam.
Selanjutnya akan saya sampaikan
Perkataan Al-Imam Ibnu Rajab
Dalam kitabnya Jaami’ul ‘Uluum Wal Hikaam beliau berkata,
وهذه المسائل: أعني مسائل الإسلام والإيمان، والكفر والنفاق، مسائل عظيمة جداً؛ فإن الله علَّق بهذه الأسماء السعادة والشقاوة واستحقاق الجنة والنار. والاختلاف في مسمياتها أول اختلاف وقع في هذه الأمة، وهو خلاف الخوارج للصحابة، حيث أخرجو عصاة الموحدين من الإسلام بالكلية، وأدخلوهم في دائرة الكفر، وعاملوهم معاملة الكفار، واستحلوا بذلك دماء المسلمين وأموالهم. ثم حدث بعدهم خلاف المعتزلة وقولهم بالمنزلة بين المنزلتين. ثم حدث خلاف المرجئة وقولهم: إن الفاسق مؤمن كامل الإيمان
Dan masalah-masalah ini yakni masalah Islam, Iman, Kufur dan Nifaq adalah masalah yang sangat besar. Karena sungguh Allah Subhanahu wa ta'ala mengaitkan nama-nama tersebut dengan kebahagiaan dan kesengsaraan. Mengaitkannya pula dengan, apakah seseorang menjadi ahli surga atau neraka.
Ini bukan masalah ringan, masalah besar. Seseorang berhak mendapatkan surga, sebabnya dia seorang Muslim. Seseorang dimasukkan ke dalam api neraka sebabnya karena dia sebagai seorang Kafir, ini masalah besar.
Dan perbedaan tentang nama-nama tersebut (Apakah seseorang itu Mukmin apakah kafir) adalah perbedaan yang pertama kali terjadi pada umat ini. Yakni penyimpangan khawarij terhadap para Shahabat, dimana mereka mengeluarkan ahli maksiat walaupun orang yang bertauhid, mereka mengeluarkannya dari agama Islam secara keseluruhannya (pelaku dosa besar dianggap sebagai Kafir).
Jadi mereka memasukkannya ke dalam kekufuran dan memperlakukannya sebagaimana orang Kafir. Mereka pun menghalalkan darah dan harta kaum muslimin.
Inilah penyimpangan pertama yaitu yang dilakukan oleh kaum khawarij ketika mereka mengatakan pelaku dosa besar keluar dari Islam.
Kemudian setelahnya (setelah kaum khawarij ini) terjadi penyimpangan mu’tazilah dan perkataan mereka tentang منزلة بين المنزلتين .
Nah kalau orang mu'tazilah mengatakan bahwa pelaku dosa besar itu منزلة بين المنزلتين. Disebut Mukmin tidak, disebut Kafir tidak, itu maksudnya, ini di dunia. Adapun hukum mereka tentang pelaku dosa besar di akhirat sama dengan khawarij, bahwa khawarij dan mu'tazilah berkeyakinan pelaku dosa besar kekal di dalam api neraka. Adapun hukum mereka (pelaku dosa besar) di dunia, kaum khawarij mengatakan “kafir”. Kaum mu'tazilah mengatakan “منزلة بين المنزلتين” atau disebut Mukmin tidak disebut Kafir pun tidak).
Kemudian penyimpangan murji’ah (setelah mu’tazilah), dan ucapan mereka bahwa seorang fasik adalah mukmin yang sempurna imannya.
Ini semuanya kekacauan.
Adapun kaidah yang benar adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Ahlussunnah Wal Jama’ah bahwa,
الإيمان قول و عمل، يزيد و ينقص، يزيد بالطاعة و ينقص بالمعصية
“Iman (itu) ucapan dan perbuatan (dengan rincian yang tadi saya jelaskan), iman itu bisa bertambah, iman itu bisa berkurang. Bertambah dengan ketaatan, berkurang dengan kemaksiatan.”
Sahabat sekalian, demikianlah faedah yang bisa saya sampaikan semoga bermanfaat.
Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Post a Comment