F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-46 Bab Menghilangkan Najis Bag. 3

Audio ke-46 Bab Menghilangkan Najis Bag. 3
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 SENIN | 23 Sya’ban 1445 H | 4 Maret 2024 M
🎙 Oleh: Ustadz Anas Burhanuddin, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-46
https://drive.google.com/file/d/14yebZc4hK4PISghCT5Qw3FMu-DpYR0l-/view?usp=sharing

📖 Bab Menghilangkan Najis (Bag. 3)

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين
أما بعد
Anggota grup WhatsApp Dirosah Islamiyah yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allāh subhānahu wa ta’ālā

Kita lanjutkan kajian kita dari kitab Matnul Ghāyah wat Taqrīb (متن الغاية والتقريب) karya Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā.

Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā mengatakan,

وَغَسْلُ جَمِيعِ الأَبْوَالِ وَالأَرْوَاثِ وَاجِبٌ

Dan mencuci semua kencing dan tinja adalah wajib.


إِلَّا بَوْلَ الصَّبِيَّ الَّذِي لَمْ يَأْكُلْ الطَّعَامَ فَإِنَّهُ يَطْهُرُ بِرَشِّ المَاءِ عَلَيْهِ

Kecuali kencing bayi laki-laki yang belum makan makanan, maka itu suci dengan mencipratkan air yang merata ke tempat najis. Itu sudah cukup.

Di sini beliau ingin menjelaskan bahwasanya semua kencing dan semua tinja itu wajib untuk dibersihkan, wajib disucikan, dihilangkan. Baik dari badan kita, dari pakaian kita, maupun dari tempat yang akan kita pakai untuk ibadah harus dibersihkan. Kenapa? Karena dia najis.

Dan ini mencakup kencing dan tinja manusia, seperti yang sudah kita jelaskan. Juga tinja dan kencing binatang yang tidak dimakan dagingnya seperti anjing, kucing, babi dan yang semacamnya. Adapun binatang yang dimakan dagingnya seperti kuda atau sapi atau kambing atau unta, maka dalam Madzhab Syafi’i itu juga najis tapi menurut sebagian ulama yang lain itu tidak najis.

Tapi intinya beliau di sini mengatakan, “Dan mencuci seluruh kencing dan tinja adalah wajib. Karena dia najis, maka wajib untuk disucikan.

إِلَّا بَوْلَ الصَّبِيَّ

Kecuali kencing bayi laki-laki yang belum makan makanan. Jadi baru minum susu saja, belum ada makanan pendamping ASI yang biasanya di bulan-bulan pertama setelah kelahirannya, maka najisnya adalah najis kecil, najis yang ringan. Maka tidak harus dicuci tapi cukup untuk diciprati dengan air yang merata ke seluruh tempat najis.

Apa bedanya antara ghasl (غسل), mencuci) yang wajib dilakukan untuk pakaian yang kena semua kencing. Atau nadhah (نضح) dan rasysy (رش) yang cukup dilakukan untuk air kencing bayi yang masih kecil (bayi laki-laki yang masih kecil) yang belum makan makanan.

Bedanya apa? kalau mencuci itu kita menyiramkan air di situ sampai mengalir, itu namanya ghasl (غسل), mencuci. Tapi memercikkan air sampai rata tempatnya itu namanya rasysy (رش). Rasysy (رش) adalah menyiramkan atau memercikan air sampai rata mengenai seluruh tempat yang kena najis. Kalau yang kena najis adalah celana bayi laki-laki ini cukup ambil air kemudian kita cipratkan atau kita percikkan. Tapi dengan syarat itu mengenai seluruh bagian celana yang terkena kencing itu.

Jadi kita tidak harus melepasnya untuk kemudian kita cuci, tapi cukup kita ciprati dengan air. Jika air ini merata ke seluruh titik, ke seluruh bagian pakaian yang terkena najis tersebut maka itu sudah cukup. Ini bedanya antara mencuci dengan rasysy (رش) atau nadhah (نضح) yang bisa diterjemahkan dengan memercikkan atau mencipratkan air. Tapi disyaratkan harus mengenai seluruh titik atau bagian pakaian yang terkena najis tersebut.

Dalilnya apa? Ya tentunya kita berbicara seperti itu harus ada dalilnya. Dalilnya adalah sebuah hadits riwayat Abu Dawud dengan sanad yang shahih bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يُنْضَحُ بَوْل الْغُلاَمِ وَ يُغْسَلُ بَوْل الْجَارِيَةِ

Kencing dari bayi laki-laki itu cukup untuk diperciki saja, sedangkan kencing dari bayi wanita itu harus dicuci.

Di sini Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam membedakan antara air kencing bayi laki-laki dengan air kencing bayi perempuan. Tentunya yang belum makan makanan.

Juga ditegaskan oleh hadits riwayat Al Bukhari dan Muslim dari Ummu Qais bintu Mihshan bahwasanya beliau datang kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam dengan putra beliau yang masih menyusui, yang masih kecil bayi ini disebutkan lam ya’kul ath-tha’ām (لَمْ يَأْكُلِ الطَّعَامَ), bayi ini belum makan makanan. Tentunya minum ASI iya, tapi dia belum makan makanan, belum ada makanan pendamping ASI.

Beliau membawa putra beliau ini kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam, maka Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam mendudukkan putra ini di kamar beliau dan ternyata bayi ini kencing dan kencingnya mengenai pakaian Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Maka Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam kemudian meminta agar didatangkan air kemudian beliau memercikkan air pada pakaian beliau. Disebutkan,

وَلَمْ يَغْسِلْهُ

Dan beliau tidak mencuci pakaian beliau tapi cukup mengambil air kemudian beliau timpakan atau beliau percikkan ke bagian yang terkena najis dari pakaian beliau ini. Maka ini adalah praktek langsung dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam untuk permasalahan ini. Mā syaa Allāh walhamdulillāh.

Demikian, wallāhu ta’ālā a’lam.

In sya Allāh kita akan teruskan pembahasannya pada sesi yang selanjutnya.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.