F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-27 Bab Mandi Bag. 2 Pasal: Kewajiban dan Sunnah Mandi

Audio ke-27 Bab Mandi Bag. 2 Pasal: Kewajiban dan Sunnah Mandi
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 SELASA | 25 Rajab 1445 H | 6 Februari 2024 M
🎙 Oleh: Ustadz Anas Burhanuddin, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-27

📖 Bab Mandi (Bag. 2) Pasal: Kewajiban dan Sunnah Mandi


بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيدنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين
أما بعد
Anggota grup WhatsApp Dirosah Islamiyah yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allāh subhānahu wa ta’ālā.

Kita lanjutkan kajian kita dari kitab Matnul Ghāyah wat Taqrīb (متن الغاية والتقريب) karya Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā.

In sya Allāh pada kesempatan kali ini kita akan membahas pasal tentang kewajiban-kewajiban mandi dan sunnah-sunnahnya.

Abu Syuja’ Al-Ashfahani rahimahullāhu ta’ālā mengatakan,

فَصْلٌ فِي فَرَائِضِ الغُسْلِ وَ السُّنَّنِ

Pasal tentang kewajiban-kewajiban Mandi dan Sunnah-sunnahnya.

Di sini kita akan membahas saat kita mandi wajib, maka apa saja yang harus kita lakukan? Dan perkara-perkara apa saja yang disunnahkan untuk dilakukan dalam mandi wajib ini.

Kemudian beliau mengatakan,
وفَرَائِضُ الغُسْلِ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ

Dan kewajiban mandi ada tiga perkara.

1. An-Niat (النية)

Niat adalah amalan hati yang harus kita lakukan saat kita melakukan ibadah-ibadah mahdhah (محضة), ibadah-ibadah yang ghairu ma’qūlatil ma’na (غير معقولة المعنى), yang tidak bisa dilogikakan, seperti tayammum, wudhu dan mandi.

Mandi seperti juga wudhu dan tayammum adalah termasuk ibadah mahdhah (محضة), ibadah yang tidak bisa dilogikakan karena ada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan dengan logika padanya.

Dalam mandi ini kita berhadats dan hadatsnya keluar dari kemaluan kita, namun kita diperintahkan untuk mandi di seluruh anggota tubuh kita, dalam wudhu juga seperti itu. Maka pendapat yang lebih kuat adalah yang mengatakan bahwasanya mandi adalah termasuk ibadah mahdhah (محضة) dan kalau mandi adalah ibadah mahdhah (محضة), maka wajib bagi kita untuk memasang niat saat kita menjalankannya.
Karena Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Umar bin Khaththab yang masyhur,

إِنَّمَا الْعَمَلُ بِالنِّيَّةِ
Sesungguhnya amalan-amalan itu hanya sah dengan niatnya.

وَإِنَّمَا لِامْرِئٍ مَا نَوَى
Dan sesungguhnya setiap orang itu hanya mendapatkan apa yang dia niatkan.(Muttafaqun ‘alaih)
Maka saat kita ingin melakukan mandi wajib, hendaknya kita memulai dengan memasang niat, olah hati kita dengan niat. Kita camkan untuk apa kita mandi ini? Tentunya untuk Allāh ‘azza wa jalla. Ini ibadah, perintah dari Allāh subhānahu wa ta’ālā.

وَإِن كُنتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُواْ
Dan kalau kalian junub, maka mandilah! [QS Al-Maidah: 6]
Maka kita mandi untuk mewujudkan perintah Allāh ‘azza wa jalla dan kita tidak mengharap kecuali pahala dari Allāh subhānahu wa ta’ālā dari mandi wajib kita ini.

Kemudian niat ini untuk membedakan antara adat dengan ibadah, karena mandi itu bukan hanya ibadah. Mandi kadang-kadang bisa menjadi kebutuhan kita, maka di sini kita perlu untuk mengolah hati kita. Ini mandi yang mana? Mandi sekedar mandi untuk membersihkan diri atau mandi yang merupakan pengangkat hadats akbar yang sedang kita miliki?

Maka penting bagi kita untuk mengolah dulu, "Oh, ini adalah mandi untuk mengangkat hadats akbar", kita katakan dalam hati seperti itu.

Adapun kalau kita tidak pasang (niat), maka tidak jelas. Ini mandi wajib atau mandi biasa? Kalau kita punya niat mandi wajib ini, maka seperti dijelaskan oleh para ulama sekedar kita masuk ke dalam kolam atau sekedar kita hujan-hujanan yang membuat semua badan kita terkena air. Kalau dimulai dengan niat dahulu, maka mandi seperti itu bisa mengangkat hadats akbar yang sedang kita alami.

Sedemikian pentingnya niat dalam ibadah kita, meskipun ada sebagian ulama yang mengatakan tidak wajib untuk niat sebelum mandi wajib, yaitu madzhab Hanafi. Yang lebih hati-hati adalah kita memasang niat ini.

Dan seorang muslim ketika akan melakukan suatu ibadah maka jangan melihat niat ini sebagai suatu beban yang memberatkan kita. Betul bahwasanya niat itu wajib, niat itu adalah sebuah tugas dari Allāh ‘azza wa jalla. Kita harus pasang niat kita, tapi kita bisa memandangnya dengan sudut pandang yang lain, yang membuat niat akan menjadi lebih ringan, yaitu dengan menganggap bahwasanya niat adalah amalan hati yang berpahala.

Ketika dia wajib maka otomatis dia berpahala, bahkan ibadah yang paling penting adalah ibadah yang wajib, ibadah yang paling besar pahalanya adalah yang wajib. Maka ketika niat wajib berarti ada pahala besar dibalik niat ini.

Maka kita tersenyum dengan memasang hati, mengolah hati kita. Kita katakan, "Ini adalah mandi wajib karena Allāh ‘azza wa jalla", kita katakan dalam hati kita seperti itu. Dengan tersenyum dan berharap bahwasanya dengan memasang hati ini, dengan mengolah hati sebelum beramal ini, dengan berniat sebelum beramal ini, kita bisa mendapatkan tambahan pahala. Mandi wajib itu berpahala dan amalan hati sebelum kita mandi wajib juga berpahala.

Dengan demikian memasang niat atau mengolah hati dengan niat sebelum kita memulai mandi wajib bisa kita lakukan dengan ringan, dengan penuh ihtisab dan tidak menjadi beban di pundak kita.

Ini adalah kewajiban yang pertama.

Barangkali ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga bermanfaat.

Wallāhu ta'ālā a'lam.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلموآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين


•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.