F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-186 Empat Tingkatan Memahami Takdir ~ Tingkatan Yang Ketiga Kehendak

Audio ke-186 Empat Tingkatan Memahami Takdir  ~ Tingkatan Yang Ketiga Kehendak
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 KAMIS | 16 Jumadal Ula 1445 H | 30 November 2023 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-186

📖 Empat Tingkatan Memahami Takdir ~ Tingkatan Yang Ketiga

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد الله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحاب ومن ولاه


Anggota grup WhatsApp Dirosah Islamiyah yang semoga dimuliakan oleh Allāh. Kita lanjutkan pembahasan kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh fadhilatus syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Masih kita pada pembahasan Beriman Kepada Takdir.

Syaikh melanjutkan, tingkatan yang ketiga di antara empat tingkatan takdir adalah,

3. Al-Masyi'ah (المشيئة).

Beliau mengatakan:

المرتية الثالثة: المشيئة

Tingkatan yang ketiga adalah Al-Masyi'ah atau kehendak (المشيئة) ini harus kita imani. Beriman dengan ilmu Allāh sebelum takdir tadi, beriman bahwasanya seluruh apa yang terjadi ini adalah ditulis oleh Allāh, musibah, kenikmatan, dan juga yang lain.

Kemudian yang ketiga meyakini bahwasanya apa yang terjadi di permukaan bumi ini dan di alam semesta ini secara umum, maka itu adalah dengan masyi'atullah. Tidak mungkin terlepas dari masyi'atullah.

Makanya syaikh di sini mengatakan:

;فنؤمن بأن الله تعالى قد شاء كل ما في السموات و الأرض
“Maka kita beriman bahwasanya Allāh ta'ala, Dia-lah yang menghendaki segala sesuatu yang ada di langit maupun yang ada di bumi.”
Antum melihat ke kanan, ke kiri, ke depan, ke belakang, ke atas, ke bawah, segala sesuatu yang antum lihat maka itu adalah dengan kehendak Allāh.

Cahaya, bergeraknya sesuatu, diamnya sesuatu, ketaatan orang yang taat, kemaksiatan orang yang berbuat maksiat. Maka itu semua adalah dengan masyi'atullah, ini harus kita imani. Seorang Ahlus Sunnah (seorang muslim) maka dia harus beriman dengan masyi'ah ini.

لَا يكون شيء إلا بمشيئه
“Tidak terjadi sesuatu kecuali dengan masyi'ah Allāh.”
Tidak mungkin terjadi sesuatu sekecil apapun keluar dari masyi'atullah. Sampai debu yang tidak kita lihat, dan dia terbang di depan kita, terbangnya dia di depan kita dan di mana dia jatuh, maka itu adalah dengan masyi'atullah.

Apakah cuma satu debu saja? Semuanya, semuanya adalah dengan masyi'atullah. Subhanallah. Demikian qudratullah Azza wa Jalla, demikian qudratullah yang maha mampu untuk melakukan segala sesuatu.

Kemudian beliau mengatakan:

ما شاء الله كان وما لم يشأ لم يكن
Apa yang Allāh kehendaki pasti terjadi dan apa yang tidak Allāh kehendaki maka tidak akan terjadi.
Allāh apabila menghendaki sesuatu terjadi.

إِنَّمَآ أَمْرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيْـًٔا أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ
"Sesungguhnya urusan Allāh, apabila menginginkan sesuatu, tinggal Allāh mengatakan كُن jadilah, maka فَيَكُونُ terjadilah sesuatu yang diinginkan oleh Allāh tersebut." [QS Yasin: 82]
Inilah yang dimaksud dengan masyi'ah.

Kemudian:

وما لم يشأ لم يكن
“Dan apa yang Allāh tidak kehendaki, maka tidak akan terjadi.”
Allāh menghendaki untuk memberikan musibah kepada seseorang, terjadi. Allāh berkehendak untuk memberikan kenikmatan kepada seseorang, terjadi, meskipun manusia tidak menghendakinya.

Kalau Allāh menghendaki untuk memberikan kepada kita kenikmatan, maka akan sampai kenikmatan tersebut kepada kita, meskipun manusia berusaha untuk menghalanginya. Masyi'atullah lebih tinggi dan lebih besar daripada masyi'ah mereka.

Sebaliknya apabila Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak menghendaki untuk memberikan rezeki kepada seseorang atau memberikan sebuah rezeki kepada seseorang, maka tidak mungkin orang tersebut mendapatkan rezeki tadi.

Meskipun dia mempunyai keinginan yang luar biasa mendapatkan rezeki itu. Tapi kalau Allāh tidak menghendaki yang demikian, maka mustahil orang tersebut mendapatkan.

Kita memiliki masyi'ah dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki masyi'ah, cuma masyi'atullah itu lebih tinggi dan dialah yang mengalahkan masyi'ah manusia.

وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلْعَـٰلَمِينَ
"Dan tidaklah kalian berkendak, kecuali Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Rabbul alamin Dia-lah yang menghendaki." [QS AT-Takwir: 29]
Jadi kehendak yang ada di dalam diri kita Allāh Subhānahu wa Ta’āla Dia-lah yang menciptakan kehendak tersebut. Dan masyi’atullah, dialah yang lebih berkuasa, yang lebih tinggi, yang lebih besar. Kehendak kita kalau berbeda dengan kehendak Allāh, maka kehendak kita itulah yang akan kalah.

Di dalam sebuah syairnya, al-imam Asy-Syafī'i rahimahullah (Muhammad bin Idris rahimahullah) beliau mengatakan:

ما شِئْتَ كَانَ وَإنْ لَمْ أَشَأْ وَمَا شِئْتُ إِن لَّمْ تَشأْ لَمْ يَكُنْ
"Ya Allāh, apa yang engkau takdirkan, apa yang engkau kehendaki, pasti akan terjadi (apa yang engkau kehendaki pasti akan terjadi).
وَإنْ لَمْ أَشَأْ
“Meskipun aku tidak menghendakinya.”
Kita tidak menghendaki adanya musibah, tapi kalau Allāh berkehendak untuk menurunkan musibah bagi seseorang terjadi.

ما شِئْتَ كَانَ وَإنْ لَمْ أَشَأْ
“Apa yang engkau kehendaki ya Allāh, pasti terjadi meskipun aku tidak menghendakinya.”
وَمَا شِئْتُ إِن لَّمْ تَشأْ لَمْ يَكُنْ
Dan apa yang aku kehendaki, ya Allāh, apa yang aku inginkan ya Allāh, إِن لَّمْ تَش apabila engkau tidak menghendakinya, maka لَمْ يَكُنْ kehendak tersebut tidak akan terjadi. Keinginan kita tersebut tidak akan terjadi.
Ini ucapan yang sangat indah yang diucapkan oleh al-Imam Asy-Syafi'i Muhammad bin Idris rahimahullah. Keyakinan beliau tentang masyi’atullah. Dan ini adalah keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama'ah, berdasarkan dalil-dalil yang banyak.

وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ مَا ٱقْتَتَلُوا۟
"Seandainya Allāh Subhānahu wa Ta’āla menghendaki, niscaya mereka tidak akan saling berperang satu dengan yang lain." [QS Al-Baqarah: 253]
Ini menunjukkan tentang masyi’atullah. Demikian pula firman Allāh Azza wa Jalla di dalam ayat-ayat yang banyak, tentang penyebutan masyi’atullah. Di antaranya adalah firman Allāh Azza wa Jalla:

وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَـٰرِهِمْ
"Kalau Allāh menghendaki niscaya Allāh akan menghilangkan pendengaran dan juga penglihatan mereka." [QS Al-Baqarah: 20]
وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ مَآ أَشْرَكُوا۟
"Dan seandainya Allāh menghendaki, niscaya mereka tidak menyekutukan Allāh." [QS Al-An’am: 107]
وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ مَا فَعَلُوه
"Seandainya Allāh menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukan yang demikian." [QS Al-An'am: 137]
وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُم أُمَّةًۭ وَٰحِدَةًۭ
"Kalau Allāh menghendaki, niscaya Allāh akan menjadikan kalian adalah umat yang satu." [QS Al-Maidah: 48]
Demikian seterusnya. Menunjukkan kepada kita tentang masyi'atullah dan bahwasanya segala sesuatu yang terjadi di permukaan bumi ini adalah dengan kehendak Allāh.

Baik, In sya Allāh akan kita lanjutkan pembahasan ini, pada kesempatan yang akan datang. Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memudahkan.

وبالله التوفيق و الهداية
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.