F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-188 Kewajiban Manusia Melakukan Sebab Dan Allah Memberikan Kehendak Dan Kemampuan 01

Audio ke-188 Kewajiban Manusia Untuk Melakukan Sebab Dan Allah Memberikan Kehendak Dan Kemampuan Bag. 01
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 SENIN | 20 Jumadal Ula 1445 H | 04 Desember 2023 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-188

📖 Kewajiban Manusia Untuk Melakukan Sebab Dan Allāh Telah Memberikan Kehendak Dan Kemampuan Untuk Manusia (Bagian Pertama)

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَمَنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ صلى الله عليه وعلى آله وأَصحابه والتابعين لهم بإحسانٍ إلى يوم الدين وسلم تسلما كثيرا. أَمَّا بَعْدُ

Alhamdulillah kembali kita dipertemukan oleh Allāh Azza wa Jalla masih pada pembahasan kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh fadhilatus syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullahu ta’ala.

Masih kita pada pembahasan beriman dengan takdir, setelah beliau rahimahullah mendatangkan empat tingkatan di dalam takdir yang harus kita yakini, yaitu beriman dengan ilmu, penulisan, kehendak dan juga penciptaan Allāh Azza wa Jalla, maka setelahnya beliau akan membahas tentang

Kewajiban kita untuk mengambil sebab.


Beliau mengatakan:

ولكننا مع ذلك نؤمن بأن الله تعالي جعل للعبد اختيارا و قدرة بهما يكون الفعل
Akan tetapi kami yaitu Ahlus Sunnah wal Jamā'ah مع ذلك bersamaan dengan itu (yaitu bersamaan dengan keimanan kami terhadap empat tingkatan takdir), Kami yakin bahwasanya Allāh mengetahui segala sesuatu termasuk yang belum terjadi dan Allāh menulis segala sesuatu dan apa yang ada di dunia ini terjadi dengan kehendak Allāh, tidak ada yang keluar dari kehendak Allāh. Dan bahwasanya Allāh, Dia-lah yang menciptakan segala sesuatu.
Dengan keyakinan kita yang mendalam tentang empat tingkatan takdir tadi, meskipun demikian atau bersamaan dengan itu,

نؤمن بأن الله تعالى جعل للعبد اختيارا و قدرة بهما يكون الفعل

Kita yakin dan percaya bahwasanya Allāh telah memberikan kepada seorang hamba اختيارا (pilihan) و قدرة dan diberikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla kemampuan.

Dengan keduanya yaitu dengan pilihan, dengan adanya kehendak dia bisa memilih mana yang dia inginkan dan dengan dia memiliki qudrah (memiliki kekuasaan, kemampuan).

بهما يكون الفعل
Dengan keduanya akan terjadi fi'il yaitu perbuatan.
Maka ini keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama'ah, bahwasanya seorang hamba diberikan oleh Allāh dia ikhtiar, diberikan dia kesempatan untuk memilih.

Apakah dia mau bekerja atau tidak?
Apakah dia mau taat atau tidak?
Apakah dia mau ke kanan atau ke kiri?

Ada dalam dirinya ikhtiar. Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan kepada manusia masyi'ah. Diberikan dia keinginan untuk memilih, Allāh tidak hilangkan dalam dirinya keinginan untuk memilih.

Di samping ada masyi'ah ada ikhtiar, Allāh Subhānahu wa Ta’āla juga berikan kepadanya qudrah, diberikan kepadanya kemampuan (kekuatan) energi, sehingga ketika ada keinginan kemudian yang kedua dia memiliki kemampuan.

يكون بهما الفعل
Maka terjadilah apa yang dinamakan dengan pekerjaan (amalan).
Kapan terjadi amalan (pekerjaan) ? Kalau terkumpul dua perkara.
  • Yang pertama adalah keinginan (ikhtiar) masyi'ah.
  • Yang kedua adalah kemampuan yang dinamakan dengan qudrah.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Betul Allāh Subhānahu wa Ta’āla Dia-lah yang mentakdirkan, Dia-lah yang menulis dan tidaklah terjadi sesuatu di permukaan bumi kecuali dengan kehendak-Nya. Tapi bersama dengan itu Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan kepada seorang hamba kehendak dan juga kemampuan.

Jadi dia bisa memilih mana yang baik mana yang buruk. Dia bisa memilih mana yang berupa ketaatan mana yang berupa kemaksiatan.

Kemudian beliau mengatakan:

والدليل على أن فعل العبد باختياره و قدرته أمور:
Dalil bahwasanya apa yang dilakukan oleh seorang hamba adalah dengan kehendaknya dan juga dengan kemampuannya.
أمور
Ternyata banyak dalilnya.
Banyak dalil bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah memberikan kepada seorang hamba kehendak dan juga kemampuan.

Di sini beliau membawakan beberapa dalil.

الأول

Yang pertama adalah:

قوله تعالى: فَأْتُوا۟ حَرْثَكُمْ أَنَّىٰ شِئْتُم

و قوله تعالى: وَلَوْ أَرَادُوا۟ ٱلْخُرُوجَ لَأَعَدُّوا۟ لَهُۥ عُدَّةًۭ

Yang pertama adalah firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

فَأْتُوا۟ حَرْثَكُمْ أَنَّىٰ شِئْتُمْ
"Hendaklah kalian datangi ladang-ladang kalian dengan cara apapun yang kalian inginkan." [QS Al-Baqarah:223]
Maksudnya di sini adalah mendatangi istri kita dan dia adalah ladang kita, lahan kita. Maka أَنَّىٰ شِئْتُمْ sesuai dengan kehendak kalian. Sesuai dengan kehendak kalian maksudnya adalah baik dari depan maupun dari belakang tetapi lewat jalan yang sudah ditentukan oleh Allāh Azza wa Jalla.

فَأْتُوا۟ حَرْثَكُمْ أَنَّىٰ شِئْتُمْ
"Hendaklah kalian mendatangi istri-istri kalian yaitu ladang-ladang kalian أَنَّىٰ شِئْتُمْ dari arah mana saja kalian inginkan."
Di sini ada kalimat أَنَّىٰ شِئْتُمْ sesuai dengan kehendak kalian.

Menunjukkan apa? Menunjukkan bahwasanya kita diberikan masyi'ah, kita diberikan iradah. Dari arah mana saja yang kita inginkan. Berarti Allāh memberikan kepada diri kita iradah.

Kemudian beliau mendatangkan dalil yang lain,

و قوله: وَلَوْ أَرَادُوا۟ ٱلْخُرُوجَ لَأَعَدُّوا۟ لَهُۥ عُدَّةًۭ
"Kalau mereka menginginkan untuk keluar, niscaya mereka akan melakukan persiapan."
Seandainya mereka ingin keluar yaitu benar-benar ingin keluar berjihad bersama Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam, niscaya ini akan ditunjukkan oleh sebuah amalan.

Apa amalannya? Niscaya mereka akan mempersiapkan.

Orang kalau memang niatnya ingin berjihad, kelihatan, mungkin mengasah pedang atau mempersiapkan kuda, mencari bekal dan seterusnya. Tapi orang-orang munafik tidak ada niat untuk berjihad bersama Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam.

Sehingga memang, tidak ada niat dan maunya adalah tinggal di kota Madinah, tidak mau keluar, capek untuk berjihad dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan di sini:

وَلَوْ أَرَادُوا۟ ٱلْخُرُوجَ لَأَعَدُّوا۟ لَهُۥ عُدَّةًۭ
"Seandainya mereka ini, benar-benar ingin keluar niscaya mereka akan melakukan persiapan."
Syahidnya di sini أَرَادُوا۟ seandainya mereka ingin keluar. Berarti Allāh Subhānahu wa Ta’āla menetapkan iradah untuk makhluk.

فأثبت للعبد إتيانا بمشيئته و إعدادا بإرادته

Maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla menetapkan bagi seorang hamba إتيانا بمشيئته bahwasanya seorang hamba memiliki masyi’ah. Yaitu dalam firman Allāh:

فَأْتُوا۟ حَرْثَكُمْ أَنَّىٰ شِئْتُمْ
Maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla menetapkan di dalam ayat ini tentang bahwasanya makhluk, mereka memiliki masyi'ah.
و إعدادا بإرادته
Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla menetapkan bagi seorang hamba إعدادا yaitu persiapan بإرادته dengan iradahnya.
Jadi dia melakukan persiapan untuk berjihad fisabilillah, ketika dia melakukan persiapan menunjukkan bahwasanya dia menginginkan untuk خُرُوج menginginkan untuk berjihad fisabilillah.

Ini dalil yang pertama dan dalil-dalil yang lain banyak, penyebutan tentang masyi'ah, penyebutan tentang iradah bagi makhluk ini banyak sekali.

Baik. Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memudahkan kita untuk memahami agama-Nya dan sampai bertemu kembali In sya Allāh pada kesempatan yang akan datang.

والله تعالى أعلم
وبالله التوفيق و اله‍داية
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.