F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-197 Kejelekan Tidak Boleh Disandarkan Kepada Allah Bagian Pertama

Audio ke-197 Kejelekan Tidak Boleh Disandarkan Kepada Allah Bagian Pertama
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 JUM’AT | 02 Jumadal Akhirah 1445 H | 15 Desember 2023 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-197

📖 Kejelekan Tidak Boleh Disandarkan Kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla (Bagian Pertama)


بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد الله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحاب ومن ولاه

Anggota grup WhatsApp Dirosah Islamiyah yang semoga dimuliakan oleh Allāh. Kita lanjutkan pembahasan kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh fadhilatus syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Setelah Beliau berbicara tentang batilnya orang yang berhujah dengan takdir atas kemaksiatan dan juga kefasikan. Beliau mengatakan,

ونؤمن بأن الشر لا ينسب إلى الله تعالى
Dan kita yaitu Ahlus Sunnah beriman, meyakini bahwasanya yang namanya kejelekan itu tidak boleh disandarkan kepada Allāh.
لكمال رحمته وحكمته
Yang demikian karena kesempurnaan rahmat Allāh dan juga hikmahNya.
Rahmat Allāh adalah rahmat yang sempurna dan hikmah Allāh adalah hikmah yang sempurna. Maka tidak boleh disandarkan kejelekan ini kepada diri Allāh.

Apa yang dilakukan oleh Allāh adalah kebaikan semuanya. Allāh Subhanahu Wa Ta'ala Dialah yang memiliki nama-nama yang Husna, dan Dialah yang memiliki sifat-sifat yang Ulya, dan apa yang Allāh lakukan semuanya adalah khair (semuanya adalah kebaikan).

Tidak boleh disandarkan kejelekan kepada Allāh. Apa yang Allāh lakukan pasti di sana ada hikmahnya. Dan ini berdasarkan rahmat Allāh Azza Wa Jalla.

قال النبي صلى الله عليه وسلم
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam mengatakan,
والشر ليس إليك
“Dan kejelekan ليس إليك, tidak kepadaMu ya Allāh.”
Maksudnya adalah tidak disandarkan kepada Allāh. Tidak ada di dalam nama dan juga sifat Allāh dan juga أفعال الله (pekerjaan-pekerjaan Allāh) yang jelek. Semuanya adalah kebaikan. (Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim).

فنفس قضاء الله تعالی ليس فيه شر أبدا
Maka di dalam apa yang Allāh takdirkan, maksudnya adalah apa yang dilakukan oleh Allāh maka tidak ada di dalamnya شر أبدا tidak ada di dalamnya kejelekan sama sekali.
لأنه صادر عن رحمة وحكمة
“Karena apa yang Allāh lakukan tadi, apa yang Allāh laksanakan itu adalah keluar dari rahmat Allāh dan juga berdasarkan hikmah Allāh.”
Itu adalah keluar dari rahmat dan juga hikmah. Berdasarkan rahmat Allāh dan juga berdasarkan hikmah dari Allāh Subhanahu Wa Ta'ala. Sehingga apa yang Allāh lakukan tidak ada kejelekan di dalamnya.

Kejelekan itu terletak dimana?

وإنما يكون الشر في مقضياته
“Sesungguhnya yang ada kejelekan adalah di dalam apa yang sudah Allāh takdirkan.”
Apa yang sudah Allāh ciptakan. Adapun fi'ilnya apa yang Allāh lakukan, fi'il Allāh maka tidak ada kejelekan di dalamnya. Tapi apa yang diciptakan oleh Allāh, apa yang ditakdirkan oleh Allāh di situ ada الشر - nya. Dari mana kita tahu?

لقول النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ في دعاء القنوت الذي علمه الحسن
“Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam ketika beliau membaca doa qunut, dan doa qunut ini diajarkan kepada Hasan yaitu Hasan bin Ali Bin Abi Thalib.”
Beliau mengatakan Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam,

وقني شر ما قضيت
“Dan jagalah aku ya Allāh dari kejelekan apa yang Engkau takdirkan.”
Jadi apa yang ditakdirkan oleh Allāh ada kejelekannya ada baiknya. Ada orang yang melakukan ketaatan, ada orang yang melakukan kemaksiatan, ada taat ada maksiat, ada musibah ada nikmat. Ketika seseorang mengatakan,

وقني شر ما قضيت
Berarti meminta kepada Allāh supaya dijauhkan dari takdir yang شر tadi.
Makanya dalam hadits, hadits Jibril Beliau mengatakan.

وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
Dan engkau beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk.
Maksudnya adalah maf'ulnya, ma'dzinya sesuatu yang ditakdirkan yang diciptakan oleh Allāh itu ada yang baik ada yang buruk. Ada nikmat ada musibah. Ada taat ada maksiat. Itu yang dimaksud dengan,

وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

Dan ini yang dimaksud dengan ucapan Beliau, وقني شر ما قضيت

فأضاف الشر إلى ما قضاه

Maka Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menisbahkan (menyandarkan) kejelekan itu kepada apa yang ditakdirkan oleh Allāh. Apa yang ditakdirkan, maksudnya adalah berupa makhluk.

ومع هذا فإن الشر في المقضيات ليس شرآ خالصاً محضاً
Berarti hadits tadi menunjukkan bahwasanya kejelekan itu tidak disandarkan kepada pekerjaan-pekerjaan Allāh. Tetapi disandarkan kepada apa yang sudah ditakdirkan oleh Allāh. Yaitu makhluk yang ditakdirkan dan diciptakan oleh Allāh.
Kemudian, Syaikh menjelaskan.

ومع هذا
Meskipun demikian,
Artinya di dalam apa yang diciptakan oleh Allāh ada yang jelek ada yang bagus. Maka kata Syaikh

فإن الشر في المقضيات ليس شرآ خالصاً محضاً
Maka kejelekan yang ada di dalam apa yang diciptakan oleh Allāh dan apa yang ditakdirkan oleh Allāh itu bukan kejelekan yang murni.
Maksudnya adalah murni tidak ada kebaikannya sama sekali. Jadi meskipun ada di antara makhluk Allāh yang dia adalah syar, tapi bukan berarti dia jelek yang murni jelek.

بل هو شر في محله من وجه خير من وجه، أو شرفي محله، خير في محل آخر.
Tidak murni jelek. Tapi apa? dia adalah jelek dari satu sisi dan dia baik dari sisi yang lain. Baik dari satu sisi tetapi jelek dari sisi yang lain. Atau,
 شر في محله
“Jelek di tempatnya.”
خير في محل آخر
“Tapi ternyata di tempat yang lain, dia adalah sebuah kebaikan.”
Ini berarti kejelekan yang dia miliki ini bukan kejelekan yang murni. Terkadang dilihat dari satu sisi dia jelek, tapi dilihat dari sisi yang lain dia baik. Di sebuah tempat dia jelek, tetapi di tempat yang lain dia baik.

Berarti dia bukan شرآ محضة (dia bukan kejelekan yang murni). Kejelekan yang tidak ada kebaikan sama sekali. Contoh misalnya di sini Beliau sebutkan bahwasanya kejelekan yang ada itu tidak murni kejelekan.

فالفساد في الأرض من الجدب والمرض والفقر والخوف شر
Maka kerusakan yang ada di bumi ini, baik berupa kemarau atau berupa penyakit atau berupa kefakiran, rasa takut maka ini adalah syar.
لكنه خير في محل آخر
Akan tetapi dia adalah sebuah kebaikan di tempat yang lain.
قال الله تعالى
ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Kata Allāh Subhanahu Wa Ta'ala, “Telah nampak kerusakan di darat maupun di lautan dengan sebab apa yang dilakukan oleh manusia, berupa dosa. Supaya Allāh Subhanahu Wa Ta'ala menjadikan mereka merasakan akibat dari sebagian apa yang mereka lakukan.
لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Supaya mereka mau kembali. [QS Ar-Rum: 41]
Kerusakan di darat maupun di lautan ini adalah syar (ini adalah kejelekan) dengan sebab dosa yang dilakukan oleh manusia. Tapi Allāh Subhanahu Wa Ta'ala mengatakan,

لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Supaya mereka mau kembali.”
Ini adalah hikmah. Berarti kejelekan tadi yang berupa kerusakan di darat maupun di lautan ada hikmahnya di sana, ada maksudnya. Yaitu supaya apa? Supaya mereka mau kembali kepada Allāh. Dan kembalinya seseorang kepada Allāh ini adalah khair (ini adalah kebaikan).

Mereka melakukan dosa, melakukan kemaksiatan, kemudian terjadi فَسَادُ (musibah) di permukaan bumi, di daratan maupun di lautan. Hikmahnya adalah supaya mereka mau kembali kepada Allāh. Dan ketika mereka mau kembali maka ini adalah kebaikan.

Berarti apa yang Allāh ciptakan berupa musibah, ini adalah syar. Tapi di sana ada hikmah yang baik.

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini. Dan In syaa Allāh kita akan bertemu kembali pada pertemuan yang selanjutnya, pada waktu dan keadaan yang lebih baik.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.