F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Tiga Landasan Utama – 12 – Mengenal Nabi Muhammad Bagian Kedua - Kesempurnaan Agama Islam

Tiga Landasan Utama – 12 – Mengenal Nabi Muhammad Bagian Kedua - Kesempurnaan Agama Islam
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
📘 Tsalatsatul Ushul : ❝ MENGENAL NABI MUHAMMAD #2 - KESEMPURNAAN AGAMA ISLAM ❞
Dosen : Ustadz Beni Sarbeni, Lc, M.Pd Hafidzhahullah Ta'ala
🎧 Simak Audio 🎧

Mengenal Nabi Muhammad #2 - Kesempurnaan Agama Islam


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه وَمَنْ وَالاَهُ. أمَّا بعد

Sahabat sekalian yang semoga senantiasa dimuliakan oleh Allah rabbul ‘alamin, kali ini pertemuan kita yang ke-12. Pertemuan ini diawali dengan pasal tentang

Syariat Islam di Madinah.

Penulis rahimahullah berkata,

فَلَمَّا اسْتَقَرَّ فِـي الْمَدِينَةِ أُمِرَ بِبَقِيَّةِ شَرَائِـعِ الْإِسْلَامِ ، مِثْلُ : الزَّكَاةِ ، وَالصَّوْمِ ، وَالْـحَجِّ ، وَالْأَذَانِ ، وَالْـجِهَادِ ، وَالْأَمْرِ بِالْمَعْرُوفِ ، وَالنَّهْـيِ عَنِ الْمُنْكَرِ ، وَغَيْرِ ذٰلِكَ مِنْ شَرَائِـعِ الْإِسْلَامِ .

Setelah menetap di Madinah, Nabi —shallallahu ‘alaihi wasallam— diperintahkan menerapkan syari’at-syari’at Islam lainnya, semisal zakat, puasa, haji, adzan, jihad, amar ma’ruf nahi munkar, dan yang lainnya.

Kemudian kata penulis,

أَخَذَ عَلَى هٰذَا عَشَرَ سِنِيْنَ ، وَبَعْدَهَا تُـوُفِّـيَ – صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ – وَدِيْنُهُ بَاقٍ .

Di sana (Madinah) beliau menunaikannya selama sepuluh tahun, dan setelahnya beliau pun wafat. Semoga shalawat dan salam tercurah untuk beliau. Dan agama beliau ini tetap langgeng.

Dari pasal ini, para jamaah sekalian, ada beberapa faidah di antaranya:

Faidah Pertama, Tauhid didakwahkan oleh baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam secara fokus itu selama 13 tahun, baru setelah itu penerapan syariat Islam selama 10 tahun di Madinah. Jadi, Nabi berdakwah selama 23 tahun, 13 tahun fokus mendakwahkan tauhid kemudian setelah itu baru penerapan syariat Islam yang lain, yaitu ketika baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menetap di Madinah. Ini menunjukkan bahwa di antara sekian syariat Islam yang paling agung adalah “lailaaha illallah”.

Faidah Kedua, Sebagaimana disebutkan di sini bahwa syariat zakat, puasa dan yang lainnya, itu ditetapkan setelah baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menetap di Madinah. Walaupun sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa untuk zakat penetapan awalnya itu di Mekah, hanya saja untuk nisab, ukuran, berapa yang wajib dikeluarkan dan seterusnya itu di Madinah, sebagian ulama ada yang mengatakan demikian.

Selanjutnya pasal tentang

Kesempurnaan Agama Islam.

Penulis rahimahullah berkata,

وَهٰذَا دِينُهُ ، لَا خَيْرَ إِلَّا دَلَّ الأُمَّةَ عَلَيْهِ ، وَلَا شَرَّ إِلَّا حَذَّرَهَا مِنْـهُ .
وَالْـخَيْرُ الَّذِي دَلَّـهَا عَلَيْهِ : التَّوْحِيْدُ وَجَمِيْعُ مَا يُحِبُّهُ اللهُ وَيَرْضَاهُ .
وَالشَّرُّ الَّذِي حَذَّرَهَا مِنْهُ : الشِّرْكُ وَجَمِيْعُ مَا يَكْرَهُ اللهُ وَيَأْبَاهُ .
بَعَثَهُ اللهُ إِلَى النَّاسِ كَافَّـةً ، وَافْتَرَضَ طَاعَتَهُ عَلَى جَمِيْعِ الثَّقَلَيْنِ : الْـجِنِّ وَالإِنْسِ .

Inilah agama beliau. Tidak ada satu kebaikan pun, kecuali beliau telah menunjukannya kepada ummat; tidak pula ada satu keburukan pun, kecuali beliau telah memperingatkan ummat dari-nya. Kebaikan yang beliau tunjukkan adalah Tauhid beserta segala hal yang dicintai dan diridhai oleh Allah. Adapun keburukan yang beliau peringatkan adalah kesyirikan beserta segala yang dibenci dan dimurkai oleh Allah Ta’ala. Allah mengutus beliau kepada seluruh manusia. Dan Allah mewajibkan kepada jin dan manusia agar taat kepada beliau.

وَالدَّلِيْلُ قَوْلُـهُ تَعَالَى : قُلْ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنِّى رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Katakan-lah (wahai Muhammad), ‘Wahai manusia, sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah kepadamu semuanya.’ (QS. Al-A’raf: 158)
Kemudian kata penulis,

وَكَمَّلَ اللهُ بِـهِ الدِّينَ ؛ وَالدَّلِيْلُ قَوْلُـهُ تَعَالَى : ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَٰمَ دِينًا
Allah telah menyempurnakan agama ini dengan (diutusnya) beliau. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukumu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku kepadamu, dan telah Aku ridhai Islam itu sebagai agama bagimu.” (QS. Al-Maidah:3)
Para jamaah sekalian, agama Islam telah sempurna, tidak ada satu kebaikan pun di dalam agama ini kecuali Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskannya kepada umat, tidak ada satu keburukan pun kecuali Nabi telah memperingatkannya. Karena itulah dalam Surat Al-Maidah ayat 3 yang dibawakan oleh penulis, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman “pada hari ini telah Kusempurnakan bagi kalian agama kalian”, karena agama telah sempurna maka tidak boleh kita menambannya, tidak boleh menambah bagian dari agama ini, sebagaimana kita tidak boleh menguranginya, karena telah sempurna.

Oleh karena itu Imam Malik bin Anas rahimahullah ta'ala, sebagaimana perkataannya ini dibawakan oleh Imam As-Syathibi dalam kitabnya Al-I'tishom, Imam Malik berkata,

من ابتدع في الإسلام بدعة يراها حسنة فقد زعم أن محمدا خان الرسالة، لأن الله يقول: ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَٰمَ دِينًا

Barangsiapa yang melakukan perkara bid’ah —bid’ah itu sesuatu yang tidak ada tuntunannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perkara agama ini— lalu dia memandangnya atau menyebutnya sebagai perkara yang baik atau menyebutnya sebagai bid’ah hasanah, maka secara tidak langsung dia telah mengatakan sesungguhnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah pengkhianat.

Nabi pengkhianat, secara tidak langsung dia mengatakan demikian. Karena Allah berfirman,”pada hari ini telah aku sempurnakan untuk kalian agama kalian”, maka sesuatu yang tidak dianggap sebagai bagian daripada agama mana bisa dianggap sebagai bagian daripada agama ini.

Jadi, orang melakukan perkara bid’ah atau amalan yang tidak ada tuntunannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu dia menganggapnya baik atau menyebutnya bahkan sebagai bid'ah hasanah (bid’ah yang baik), maka secara tidak langsung dia mengatakan bahwa Nabi pengkhianat, artinya seolah-olah dia mengatakan bahwa Nabi tidak menyampaikan seluruh bagian dari agama ini kepada umatnya, berarti kan itu penghianat namanya. Karena itu ditegaskan oleh penulis disini, “tidak ada kebaikan kecuali Nabi telah menunjukkannya kepada umat, tidak ada keburukan kecuali Nabi telah memperingatkannya kepada umat.

Kemudian disini penulis mengatakan,

وَالْـخَيْرُ الَّذِي دَلَّـهَا عَلَيْهِ : التَّوْحِيْدُ وَجَمِيْعُ مَا يُحِبُّهُ اللهُ وَيَرْضَاهُ
Kebaikan yang Nabi tunjukkan adalah tauhid dan segala sesuatu yang dicintai oleh Allah dan diridhoi oleh-Nya.
Disini “tauhid” disebutkan secara khusus karena sebaik-baiknya kebaikan adalah mentauhidkan Allah, sebagaimana seburuk-buruknya keburukan adalah menyekutukan Allah. Penulis pun berkata,

وَالشَّرُّ الَّذِي حَذَّرَهَا مِنْهُ : الشِّرْكُ وَجَمِيْعُ مَا يَكْرَهُ اللهُ وَيَأْبَاهُ
Dan keburukan yang telah diperingatkan oleh Nabi adalah kesyirikan dan juga segala sesuatu yang Allah benci.
Kesyirikan disebutkan secara khusus karena tidak ada keburukan yang paling buruk melebihi kesyirikan.

Kemudian penulis mengatakan bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diutus untuk seluruh manusia, bahkan taat kepadanya diwajibkan kepada jin dan manusia. Dalilnya Surat Al-A'raf Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

قُلْ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنِّى رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
Katakanlah oleh Muhammad “wahai manusia Sesungguhnya aku utusan Allah untuk kalian semuanya.” (QS. Al-A’raf:158)
Maka dalam sebuah hadits, hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan yang lainnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan,

والذي نفسُ مُحمَّد بيدِه، لا يسمعُ بي أحدٌ من هذه الأمة يهوديٌّ، ولا نصرانيٌّ، ثم يموتُ ولم يؤمن بالذي أُرْسِلتُ به، إلَّا كان مِن أصحاب النار
Demi (Allah) yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya. Tidak seorangpun di kalangan umat ini, Yahudi maupun Nasrani, dia mendengar risalah yang kubawa, kemudian dia mati dalam keadaan tidak mengimani risalah tersebut kecuali dia mati dan menjadi penghuni neraka. (HR. Muslim)
Kekal di dalamnya, karena Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diutus kepada seluruh manusia, maka seorang Yahudi dan Nasrani ketika mendengar diutusnya baginda Nabi Muhammadshallallahu ‘alaihi wasallam, dia wajib mengikuti risalah yang dibawa oleh baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Kemudian selanjutnya menjelaskan tentang iman kepada hari akhir, dan termasuk iman kepada hari akhir adalah meyakini adanya kematian, meyakini adanya alam kubur, meyakini adanya nikmat kubur, meyakini adanya adzab kubur, menyakini hari dibangkitkan, meyakini Yaumul Hisab (hari dimana manusia akan dihisab, dikumpulkan di padang mahsyar), meyakini adanya surga, meyakini adanya neraka dan seterusnya.

Di pasal ini saya beri judul

Semua Manusia Termasuk Nabi Merasakan Kematian dan Akan Dibangkitkan Pada Hari Kiamat.

Penulis rahimahullah berkata,

وَالدَّلِيْلُ عَلَى مَوْتِـهِ قَوْلُـهُ تَعَالَى : إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ. ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ عِندَ رَبِّكُمْ تَخْتَصِمُونَ
Dalil yang menunjukkan atas wafatnya Nabi adalah firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). Kemudian sesungguhnya kamu pada hari Kiamat akan berbantah-bantah di hadapan Rabb-mu.” (QS. Az-Zumar: 30-31)
Kata penulis,

وَالنَّاسُ إِذَا مَاتُوْا يُبْعَثُوْنَ ؛ وَالدَّلِيْلُ قَوْلُـهُ تَعَالَى : مِنْهَا خَلَقْنَٰكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَىٰ
Dan setiap manusia, apabila mereka semuanya telah mati, niscaya mereka akan dibangkitkan. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu, dan darinya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain. (QS. Thaha:55)
Demikian pula firman Allah subhanahu wata’ala dalam Surat Nuh ayat 17-18 Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

وَٱللَّهُ أَنۢبَتَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ نَبَاتًا .ثُمَّ يُعِيدُكُمْ فِيهَا وَيُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًا
Dan Allah menumbuhkan kalian dari tanah secara berangsur-angsur, kemudian Dia mengembalikan kalian ke dalam tanah dan mengeluarkan kalian darinya pada hari kiamat dengan pasti. (QS. Nuh: 17-18)
Jadi, semua manusia termasuk baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam akan merasakan kematian, dan manusia kalau sudah mati dia tidak bisa melakukan apa-apa sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

إذا مات ابن ادم انقطع عمله
Jika anak Adam telah meninggal maka terputuslah amalnya. (HR. Muslim) —Termasuk dalam hal ini adalah baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Nabi tidak bisa melakukan apa-apa kecuali sebatas menjawab salam orang yang mengucapkan salam kepada baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh karena itu dianjurkan kepada laki-laki ketika sudah berada di Madinah untuk berziarah ke makam Nabi lalu mengucapkan salam, السلام عليكم ايها النبي, maka kata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam “Allah mengembalikan ruhku sebatas untuk menjawab salam”. Orang yang mengucapkan salam ketika ziarah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka Nabi akan menjawab “Waalaikumsalam”. Tentunya ini fadhilahnya sangat besar karena di dalamnya mengandung doa dimana Nabi mengatakan “Wa’alaikumsalam”.

Jadi, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu meninggal sebagaimana manusia yang lain pun meninggal, dan manusia kalau sudah meninggal maka dia tidak bisa melakukan apa-apa kecuali Nabi sebatas menjawab salam orang yang mengucapkan salam kepadanya.

Dari itu tidak boleh kita meminta kepada orang yang sudah meninggal, termasuk dalam hal ini meminta kepada baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Kemudian manusia setelah meninggal akan dibangkitkan dan keadaan manusia ketika mati itu sesuai dengan kebiasaan mereka ketika hidup. Keadaan manusia ketika dibangkitkan itu sesuai dengan keadaan dia ketika mati, oleh karena itu dalam Surat Ali Imran, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Dan janganlah kalian Mati kecuali dalam keadaan seorang muslim. (QS. Ali Imran: 102) —atau orang yang menjalankan nilai-nilai Islam.
Dijelaskan oleh Al Imam Ibnu Katsir tentang ayat ini, kata beliau, sesungguhnya Allah yang Maha mulia telah menetapkan sebuah aturan,

من عاش على شيء مات عليه، ومن مات على شيء بعث عليه
Barangsiapa yang hidup dengan satu kebiasaan maka dia akan mati dengan kebiasaan tersebut. Dan barangsiapa yang meninggal dalam satu keadaan maka dia akan dibangkitkan oleh Allah dengan keadaan tersebut. (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 1)
Orang yang dalam hidupnya biasa melakukan kebaikan, ketaatan kepada Allah dan menjauhi kemaksiatan maka matinya pun akan dalam keadaan baik. Orang yang matinya dalam keadaan baik maka dia pun akan dibangkitkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam keadaan baik.

Jadi, manusia pasti akan dibangkitkan oleh Allah rabbul ‘alamin, karena itulah dalam Surat Thaha dalam dalam ayat yang dibawakan oleh penulis Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

مِنْهَا خَلَقْنَٰكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَىٰ
“Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu, dan darinya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain. (QS. Thaha:55)
Kami menciptakan kalian dari tanah, kami akan mengembalikan kalian ke tanah (dikubur), kemudian di kesempatan lain kami akan mengeluarkan kalian dari bumi —maksudnya dibangkitkan oleh Allah rabbul ‘alamin.

Kemudian penulis berkata,

وَبَعْدَ الْبَعْثِ مُحَاسَبُوْنَ وَمَجْزِيُّوْنَ بِأَعْمَالِـهِمْ ؛ وَالدَّلِيْلُ قَوْلُـهُ تَعَالَى : وَلِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ لِيَجْزِىَ ٱلَّذِينَ أَسَٰٓـُٔوا۟ بِمَا عَمِلُوا۟ وَيَجْزِىَ ٱلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ بِٱلْحُسْنَى
Dan setelah dibangkitkan, manusia akan dihisab dan dibalas atas seluruh perbuatan mereka. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan hanya milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (Dengan demikian) Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat sesuai dengan apa saja yang telah mereka lakukan dan Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (Surga).” (QS. An-Najm: 31)
Allah subhanahu wata'ala di sini menegaskan “pasti Allah akan membalas orang-orang yang berlaku jahat sesuai dengan apa yang mereka lakukan” sebaliknya “dan Allah akan membalas orang-orang yang berbuat baik dengan sesuatu yang lebih baik yaitu surga”. Karena itu ada ungkapan dalam bahasa Arab كما تدين تدان, ”Anda akan dibalas sesuai dengan apa yang Anda lakukan”.

Oleh karena itu, para jamaah sekalian, dalam perjalanan yang mulia ini semoga Allah subhanahu wata'ala memberikan kemudahan kepada kita untuk melakukan ketaatan kepada Allah, kemudian setelah perjalanan ini kita kembali kita kembali sehingga kita menjadi hamba Allah yang lebih baik, yang senantiasa bersegera melakukan kebaikan dan senantiasa menjauhi keburukan. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ
Berlomba-lombalah kalian dengan kebaikan. (QS. Al Maidah: 48) —maksudnya dengan amalan-amalan akhirat.
Kemudian pasal berikutnya penulis menegaskan tentang

Barangsiapa yang mengingkari hari kebangkitan maka ia kafir, keluar dari Islam.

Penulis berkata,

وَمَنْ كَذَّبَ بِالْبَعْثِ كَفَرَ ؛ وَالدَّلِيْلُ قَوْلُـهُ تَعَالَى : زَعَمَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَن لَّن يُبْعَثُوا۟
Siapa saja yang mendustakan adanya hari Kebangkitan ini, maka ia telah kafir. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Orang-orang yang kafir mengira bahwasanya mereka tidak akan dibangkitkan.” (QS. At-Taghabun: 7) —
Orang-orang kafir, di antara sifat mereka adalah mengingkari hari kebangkitan.

قُلْ بَلَىٰ وَرَبِّى لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ ۚ وَذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ
Katakanlah (wahai Muhammad), ‘Tidak demikian! Demi Rabb-ku, sungguh kalian pasti dibangkitkan, kemudian pasti akan diberitakan semua yang telah kalian lakukan.’ Yang demikian itu mudah bagi Allah. (QS. At-Taghabun: 7)
Disini Allah menyebutkan bahwa orang kafir itu mengingkari hari kebangkitan maka barangsiapa yang mendustakan hari kebangkitan maka dia telah kufur.

Demikianlah, para jamaah sekalian, materi yang bisa saya sampaikan. Ini pertemuan yang ke-12, insya allah satu pertemuan lagi. Billahi taufik wal hidayah

Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.