F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Tiga Landasan Utama – 11 – Mengenal Nabi Muhammad dan Inti Dakwah Nabi dan Hijrahnya Nabi Ke Madinah

Tiga Landasan Utama – 11 – Landasan Ketiga: Mengenal Nabi Muhammad Bagian Pertama - Inti Dakwah Nabi dan Hijrahnya Nabi Ke Madinah
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
📘 Tsalatsatul Ushul : ❝ LANDASAN KETIGA: MENGENAL NABI MUHAMMAD #1 - INTI DAKWAH NABI DAN HIJRAH-NYA NABI KE MADINAH ❞
Dosen : Ustadz Beni Sarbeni, Lc, M.Pd Hafidzhahullah Ta'ala
🎧 Simak Audio 🎧

Landasan Ketiga: Mengenal Nabi Muhammad #1 - Inti dakwah Nabi dan Hijrah-nya Nabi ke Madinah


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه وَمَنْ وَالاَهُ. أمَّا بعد

Sahabat sekalian yang semoga senantiasa dimuliakan oleh Allah rabbul ‘alamin, kita lanjutkan kajian kitab Tsalatsatul Ushul, kali ini pertemuan yang ke-11 yaitu

الأَصْلُ الثَّالِثُ
Landasan yang ketiga
معرفة النبي صلى الله عليه وسلم
Mengenal Baginda Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam.

Landasan yang pertama معرفة الله mengenal Allah landasan yang kedua معرفة الدين الاسلام mengenal agama Islam dan yang ketiga معرفة النبي صلى الله عليه وسلم mengenal Nabi shallallahu alaihi wassalam.

Penulis rahimahullah berkata,

الْأَصْلُ الثَّالِثُ : مَعْرِفَةُ نَبِيِّكُمْ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم

Landasan yang ketiga: mengenal Nabi kalian, Muhammad shallallahu’alaihi wasallam

وَهُوَ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ بْنِ هَاشِمٍ ، وَهَاشِمٌ مِنْ قُرَيْشٍ ، وَقُرَيْشٌ مِنَ الْعَرَبِ ، وَالْعَرَبُ مِنْ ذُرِّيَّةِ إِسْمَاعِيْلَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ الْـخَلِيْلِ عَلَيْهِ وَعَلَى نَبِيِّنَا أَفْضَلُ الصَّلَاةِ وَالسَّلامِ ، وَلَـهُ مِنَ الْعُمْرِ ثَلَاثٌ وَسِتُّونَ سَنَةً ، مِنْهَا أَرْبَعُوْنَ قَبْلَ النُّبُوَّةِ ، وَثَلَاثٌ وَعِشْرُوْنَ نَبِيًّا رَسُوْلًا .
نُبِّـئَ بـ ﴿ اقْرَأْ ﴾ ، وَأُرْسِلَ بـ ﴿ الْمُدَّثِّـرْ ﴾ ، وَبَلَـدُهُ مَكَّةُ وَهَاجَرَ إِلَى الْمَدِيْنَـةِ .

Beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin ‘Abdul Muthalib bin Hasyim. Kabilah Hasyim dari suku Quraisy, Quraisy berasal dari kalangan Arab, Arab itu keturunan Ismail putra Ibrahim al-Khalil. Semoga shalawat dan salam tercurah untuknya dan untuk Nabi kita semua Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam.

Seluruh usia beliau yaitu usia Nabi adalah 63 tahun, yaitu 40 tahun sebelum kenabian dan 23 tahun nya sebagai Nabi dan Rasul.

Beliau diangkat menjadi Nabi melalui ayat “اِقْرَأْ”, dan diangkat menjadi Rasul melalui Surat Al-Muddatstsir. Negeri asal beliau adalah Makkah, kemudian beliau hijrah ke Madinah.

Para jamaah sekalian mengenal Baginda Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam adalah fardhu ‘ain, sesuatu yang wajib atas setiap Muslim dan mengenal Nabi shallallahu’alaihi wasallam kembali kepada 4 perkara.
Mengenal Nabi shallallahu’alaihi wasallam kembali kepada 4 perkara.

1. Mengetahui namanya,Walaupun tidak mengetahui nasab, jadi yang fardhu ‘ain yang wajib atas setiap Muslim adalah mengetahui namanya yaitu Muhammad, walaupun tidak mengetahui nasabnya, ini yang pertama.

2. Mengetahui bahwasanya Muhammad ini adalah hamba Allah dan utusan Allah, kita wajib mengetahui dan meyakini bahwasanya Nabi Muhammad adalah hamba Allah, oleh karena itu setinggi-tinggi kedudukan Baginda Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam, dia tetap merupakan hamba Allah dan tidak akan pernah menjabat derajat sebagai Tuhan, kita pun meyakini bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah atau utusan Allah, dimana jabatan seorang Rasul adalah pilihan Allah, tidak bisa diusahakan, dan karena beliau seorang Rasul punya hak yang wajib kita penuhi, yang akan dibahas pada tempat, ini yang kedua.

Jadi, mengenal Nabi shallallahu alaihi wassalam kembali kepada 4 perkara yang pertama mengetahui namanya, yang kedua mengetahui dan meyakini bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul Allah atau utusan Allah.

3. Mengetahui dan meyakini bahwasanya Nabi shallallahu’alaihi wasallam membawakan untuk kita al-Huda petunjuk dan agama yang benar.
Al-Huda petunjuk dan agama yang benar, petunjuk di sini ilmu yang bermanfaat, agama yang benar disini “العمل الصالح” amal sholeh.

4. Mengetahui dan meyakini, bahwa yang menunjukkan benarnya Rasul dan menetapkan risalah bagi Baginda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam adalah al-Quran yang merupakan “kalamullah” atau firman Allah subhanahu wa ta'ala,

Jadi kewajiban seorang hamba dalam mengenali Nabi shallallahu alaihi wassalam kembali kepada 4 perkara ini, yang pertama mengetahui nama beliau, yang kedua adalah mengetahui bahwasanya beliau adalah hamba dan utusan Allah, yang ketiga kita mengetahui bahwa Nabi membawa untuk kita “الهدى ودين الحق” petunjuk dan agama yang benar, dan yang keempat kita mengetahui bahwa yang menunjukkan benarnya Nabi dan yang menetapkan risalah bagi Baginda Nabi adalah al-Quran. Al-Quran merupakan firman Allah subhanahu wa ta'ala.

Kemudian di sini penulis mengatakan Muhammad bapaknya adalah Abdullah, Abdullah putranya ‘Abdul Muthalib, ‘Abdul Muthalib putranya Hasyim, Hasyim dari suku Quraisy, suku Quraisy dari kalangan Arab, Arab dari keturunan Nabi Ismail, Ismail putranya Ibrahim al- Khalil, Ibrahim “Abbul An-Biyaa” bapaknya para Nabi, karena setiap Nabi yang datang setelah Nabi Ibrahim, itu keturunan Nabi Ibrahim, Ibrahim punya 2 putra, Ishak dan Ismail, Ishak dan Ismail.

Para Nabi itu keturunan Nabi Ishak. Nah, dari Nabi Ismail cuma hanya ada satu Nabi yaitu Baginda Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam. Ibrahim al-Khalil, al-Khalil itu artinya kekasih Allah, diantara para Nabi yang memiliki julukan al-Khalil hanya 2 Nabi yang pertama, Nabi Ibrahim ‘alaihi salam yang kedua adalah Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam. Nabi Muhammad diberikan usia sampai 63 tahun dan itulah umur ummat Nabi, sebagaimana yang Nabi sabdakan,

أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ

Usia ummatku Antara 60 sampai 70, 40 tahun sebelum diangkat menjadi Nabi, dan 23 tahun menjadi Nabi dan Rasul berarti diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Pada usia 40 tahun diangkat menjadi Nabi dengan “اِقْرَأْ” diangkat menjadi seorang Rasul dengan Surat Al-Muddatstsir negeri kelahirannya Makkah dan hijrah ke Madinah.

Inti dakwah bagi Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam.

Penulis rahimahullah berkata,

بعثه الله بالنذارة عن الشرك ، ويدعو إلى التوحيد . والدليل قوله تعالى : يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ ۝ قُمْ فَأَنْذِرْ ۝ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ ۝ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ ۝ وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ ۝ وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ ۝ وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ [المدثر: 1 ـ 7]

Artinya; Allah mengutus, Baginda Nabi shallallahu’alaihi wasallam untuk memberikan peringatan, agar manusia meninggalkan kesyirikan dan mengajak manusia mentauhidkan Allah, artinya inti dakwah bagi Nabi shallallahu’alaihi wasallam adalah mengajak manusia beribadah hanya kepada Allah semata, dan memperingatkan manusia akan buruknya kesyirikan, itu pula inti dakwah para Nabi sebagaimana yang Allah subhanahu wa ta’ala firmankan dalam Surat An-Nahl ayat 36,

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَ
Sungguh kami telah mengutus pada setiap ummat seorang Rasul, beribadahlah kalian kepada Allah dan tinggalkanlah oleh kalian thaghut, atau segala sesuatu yang diibadahi selain Allah.
Selanjutnya; Penulis membawakan dalil Surat Al-Muddatstsir,

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ” wahai orang yang berselimut ini Surat yang dengannya Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam diangkat menjadi Rasul, “ قُمْ فَأَنْذِرْ ” bangun lah, dan berilah peringatan, “وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ” dan Rabbmu Agungkan lah, “وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ “ pakaianmu bersihkan lah,
وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ” perbuatan dosa tinggalkanlah, “وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ” dan janganlah engkau wahai Muhammad memberi dengan maksud memperoleh balasan yang lebih banyak,”وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ” dan untuk memenuhi perintah rabbmu lah kamu mesti bersabar.

Kemudian Syaikh Muhammad menjelaskan tentang makna ayat-ayat diatas,

ومعنى قُمْ فَأَنْذِرْ [المدثر: 2]: ينذر عن الشرك ، ويدعو إلى التوحيد

Makna dari kalimat “bangunlah”, “lalu berilah peringatan”, yaitu berilah peringatan kepada manusia agar mereka meninggalkan kesyirikan,dan ajaklah mereka untuk mentauhidkan Allah.

Kemudian maksud وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ المدثر dan Rabbmu agungkanlah, maksudnya عظمه بالتوحيد Agungkanlah Allah dengan mentauhidkan nya, وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ المدثر pakaianmu sucikanlah أي طهر أعمالك عن الشرك maksudnya bersihkanlah amal-amalmu dari segala bentuk kesyirikan, وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ المدثر perbuatan dosa tinggalkanlah, الرجز disini الأصنام yaitu berhala, meninggalkannya yaitu تركها، والبراءة منها وأهلها meninggalkannya dan berlepas diri dari segala kesyirikan juga para pelaku kesyirikan, kan gitu, ya. Jadi ini dakwah para Nabi adalah mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah dan memperingatkan manusia akan jeleknya, buruknya kesyirikan.

Kemudian kata penulis,

أَخَذَ عَلَى هٰذَا عَشْرَ سِنِيْنَ يَدْعُو إِلَى التَّوْحِيْدِ ،
Terus seperti itu selama 10 tahun, mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah dan meninggalkan kesyirikan,

وَبَعْدَ الْعَشْرِ عُرِجَ بِـهِ إِلَى السَّمَاءِ ،

Lalu Nabi diangkat ke langit dalam peristiwa “Isra Mi’raj”,

وَفُرِضَتْ عَلَيْهِ الصَّلَواتُ الْـخَمْسُ ،

Ketika itu diwajibkan kepadanya sholat yang 5 waktu,

Jadi setelah 10 tahun baru datang kewajiban sholat,

وَصَلَّى فِـيْ مَكَّةَ ثَلَاثَ سِنِيْنَ ،
Sholat di Makkah selama 3 tahun,

وَبَعْدَهَا أُمِرَ بِالْهِجْرَةِ إِلَى الْمَدِيْنَةِ .
Kemudian setelah itu Nabi diperintah untuk hijrah ke Madinah,
Jadi 10 tahun dakwahnya hanya Tauhid, setelah 10 tahun diangkat ke langit, lalu turunlah kewajiban sholat. Jadi selama 13 tahun, Tauhid ya, yang 3 tahunnya ditambah dengan sholat.
Demikian dakwah Nabi shallallahu’alaihi wasallam

Hijrah.

Penulis rahimahullah berkata,

وَالْهِجْرَةُ : الْانْتِقَالُ مِنْ بَلَدِ الشِّرْكِ إِلَى بَلَدِ الْإِسْلَامِ ؛
Hijrah itu artinya berpindah dari negeri kesyirikan menuju negeri Islam.
وَالْهِجْرَةُ فَرِيْضَةٌ عَلَى هٰذِهِ الْأُمَّةِ مِنْ بَلَدِ الشِّرْكِ إِلَى بَلَدِ الْإِسْلَامِ ،
Dan hijrah itu adalah kewajiban atas ummat ini dari negeri kesyirikan ke negeri Islam
وَهِيَ بَاقِيَةٌ إِلَى أَنْ تَقُوْمَ السَّاعَةُ .
kewajiban hijrah ini masih tetap berlaku sampai datangnya Kiamat.
Hijrah secara istilah artinya,

ترك ما يكرهه الله ويأباه إلى ما يحبه ويرضاه
Hijrah itu meninggalkan sesuatu yang Allah benci, beralih kepada sesuatu yang Allah cintai dan ridhoi, itulah hijrah.
Dan hijrah itu ada 3 macam,
  1. Meninggalkan amalan yang buruk, seperti kekufuran, kefasikan, dan perbuatan dosa lainnya, diganti dengan keimanan, diganti dengan ketaatan.
  2. Meninggalkan negeri yang buruk, menuju negeri yang lainnya, yang tidak buruk, dari negeri kufur, menuju negeri Islam. هجرة بلد السوء بمفارقته والتحول عنه إلى غيره ini hijrah yang kedua, sebagaimana pula disebutkan oleh penulis.
  3. Meninggalkan teman-teman yang buruk, meninggalkan teman- teman yang buruk, seperti meninggalkan orang-orang kafir ahli bid’ah. Demikian pula orang-orang fasik para pelaku dosa besar.
Nah, itulah makna hijrah dengan macam-macam nya. Kemudian, penulis menyebutkan salah satu macam hijrah, yaitu,

الانتقال من بلد الشرك إلى بلد الإسلام

Berpindah dari negeri kesyirikan menuju negeri Islam, seperti dulu para sahabat dan Nabi shallallahu’alaihi wasallam hijrah dari Makkah ke Madinah. Kemudian kewajiban hijrah ini berlaku terus sampai datangnya Kiamat.

Baik, para jamaah sekalian, hukum hijrah ini pada asalnya adalah fardhu ‘ain, yaitu kewajiban atas setiap Muslim, hijrah dari negeri syirik menuju negeri Islam. Hanya saja, kewajibannya itu jika terkumpul pada diri seseorang 2 perkara,
  1. Yang pertama, “ عدم القدرة على إظهار الدين “ seseorang yang tidak mampu untuk menampakkan agamanya sendiri, ini syarat wajib yang pertama, adapun bagi orang yang dia mampu untuk menampakkan agamanya, menampakkan syiar agama, dia bisa shalat berjamaah, dia bisa menjelaskan mana yang hak mana yang batil, maka hijrah itu bagi orang yang demikian hukumnya hanya sebatas “mustahabbah” atau dianjurkan saja.
  2. Syarat wajib hijrah adalah, “ القدرة على الخروج من بلد الكفر “ adanya kemampuan untuk keluar dari negeri kekufuran, adanya kemampuan untuk keluar dari negeri kekufuran.
Jadi inilah 2 syarat wajib hijrah, yang pertama karena seseorang tidak mampu menampakkan agamanya sendiri. Yang kedua adanya kemampuan untuk keluar dari negeri kekufuran.

Selanjutnya penulis membawakan dalil dalam Surat An-Nisa ayat 97 ayat 99, dimana di dalam ayat ini Allah mengancam orang yang tidak hijrah, berarti menunjukkan hijrah itu wajib.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

اِنَّ الَّذِيْنَ تَوَفّٰىهُمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ ظَالِمِيْٓ اَنْفُسِهِمْ قَالُوْا فِيْمَ كُنْتُمْ

Sesungguhnya orang yang diwafatkan oleh Malaikat, dalam keadaan menzalimi diri mereka sendiri, nggak hijrah “قَالُوْا فِيْمَ كُنْتُمْ “ maka mereka para Malaikat bertanya, “ فِيْمَ كُنْتُمْ“ dalam keadaan apa kalian ini, maksudnya kok tidak hijrah, jawaban mereka,

قَالُوْا كُنَّا مُسْتَضْعَفِيْنَ فِى الْاَرْضِ
Kami dulu lemah di muka bumi ini,
Kemudian kata Malaikat,

قَالُوْٓا اَلَمْ تَكُنْ اَرْضُ اللّٰهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوْا فِيْهَا
Bukankah bumi Allah ini luas, sehingga kalian bisa hijrah di bumi Allah tersebut,
Lalu ada ancaman,

فَاُولٰۤىِٕكَ مَأْوٰىهُمْ جَهَنَّمُ ۗ وَسَاۤءَتْ مَصِيْرًا
Mereka itu tempat untuk mereka neraka Jahanam dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.
Jadi hukum asal hijrah itu adalah wajib, bahkan orang yang meninggalkannya diancam, demikian pula firman Allah dalam Surat Al-Ankabut ayat 56.

Allah berfirman,

يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّ اَرْضِيْ وَاسِعَةٌ فَاِيَّايَ فَاعْبُدُوْنِ
Wahai hamba-hambaku yang beriman, sungguh bumiku luas maka sembahlah aku saja,(QS Al-Ankabut ayat 56)
Hanya saja orang yang meninggalkannya masih disebut sebagai seorang mukmin, orang yang meninggalkannya masih disebut seorang mukmin, tidak sampai keluar dari Islam.

قَالَ الْبُغَوِيُّ : سَبَبَ نُزُوْلِ هٰذِهِ الْآيَـةِ فِـي الْمُسْلِمِيْنَ الَّذِيْنَ بِمَكَّةَ لَـمْ يُهَاجِرُوا ، نَادَاهُمُ اللهُ بِاسْمِ الْإِيْمَانِ .
Al-Baghawi rahimahullah berkata, sebab turun ayat di atas yaitu Surat Al-Ankabut ayat 56 adalah tentang kaum Muslimin yang ada di Makkah mereka tidak hijrah, Allah memanggil mereka dengan sebutan Mukmin, artinya mereka masih beriman, meninggalkan kewajiban hijrah tidak menjadikan seseorang keluar dari Islam.
Adapun dalilnya di dalam hadits adalah sebuah hadits yang shahih, diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad, Abu Daud dan yang lainnya, dimana Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

وَالدَّلِيْلُ عَلَى الْهِجْرَةِ مِنَ السُّنَّةِ قَوْلُـهُ : « لَا تَنْقَطِعُ الْهِجْرَةُ حَتَّى تَنْقَطِعَ التَّوْبَـةُ ، وَلَا تَنْقَطِعُ التَّوْبَـةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِـهَا » .
Artinya hijrah itu tidak terputus kewajibannya, hingga taubat terputus, sehingga taubat terputus yaitu Kiamat, dan tidaklah taubat itu terputus hingga matahari terbit dari barat waktunya sampai hari Kiamat.
Baik demikianlah para jamaah sekalian, semoga bermanfaat. Billahi taufiq wal hidayah.

Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.