F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-196: Bab 14 ~ Pembahasan Hadits Abu Muhammad Abdillah bin Amr bin Al-Ash 01

Audio ke-196: Bab 14 Tidak Berlebihan dalam Ketaatan ~ Pembahasan Hadits Abu Muhammad Abdillah bin Amr bin Al-Ash
📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-429
🌏 https://grupislamsunnah.com
🗓 SENIN, 22 Rabi’ul Akhir 1445 H / 06 November 2023 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin (Taman-Tamannya Orang-Orang yang Saleh dari Sabda-Sabda Nabi Muhammad ﷺ) karya Imam Nawawi Rahimahullah

💽 Audio ke-196: Bab 14 Tidak Berlebihan dalam Ketaatan ~ Pembahasan Hadits Abu Muhammad Abdillah bin Amr bin Al-Ash Radhiyallahu 'Anhu Bag 01


السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلهِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ


Segala puji bagi Allah Jalla Jalaluh (Allah yang Maha Agung dengan keagungan-Nya, -ed). Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan untuk Baginda Nabi kita Muhammad 'Alaihis-shalatu wassalam. Amma ba’du.

Kaum muslimin, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati oleh Allah Jalla Jalaluh.

Ahibbaty fillah.
Sebuah karunia yang agung tatkala Allah Jallat 'Adzomatuhu mengarahkan kita, membimbing kita untuk cinta kepada ilmu, untuk bersemangat menuntut ilmu, berlomba-lomba berebut derajat-derajat yang tinggi. Karena memang Allah mengatakan,

{ .. يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ .. }
"Allah Jallat 'Adzomatuhu wa 'Azza wa Jalla itu mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman, dan yang berilmu diangkat derajatnya beberapa derajat di atas orang-orang yang beriman."(QS. Mujadilah: 11)
Pada kesempatan kali ini, kita masih akan mengkaji Bab Al-Iqtishaadi Fith-Thaa'ah ( باَبٌ الْإِقْتِصَادِ فِي الطَّاعَةِ ) dari kitab Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin tentang Bab Al-Iqtishaadi Fith-Thaa'ah.

Dan mungkin kita akan lanjutkan bagaimana setelah tidak berlebih-lebihan dalam ketaatan, kemudian kita akan berbincang/Imam Nawawi akan menjelaskan kepada kita bagaimana menjaga ketaatan yang sudah kita lakukan itu; dipupuk, dirawat, agar pohon ketaatan itu tidak layu atau bahkan mati.

Dari Abu Muhammad Abdillah bin Amr bin Al-Ash radhiyallahu 'anhu bahwa ia bercerita, "Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam diberitahu bahwasanya aku pernah mengatakan, 'Demi Allah, aku akan selalu berpuasa pada siang hari, juga akan selalu bangun malam selama aku hidup.' Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepadaku, 'Kamukah yang menyatakan demikian?' Aku menegaskan kepada Beliau, 'Iya, aku yang menyatakannya. Bapak dan ibuku menjadi tebusan engkau, wahai Rasulullah.' Maka Beliau menanggapi, 'Sungguh, kamu tak akan mampu melakukan hal tersebut. Maka berpuasa dan berbukalah, tidur dan bangunlah, serta berpuasalah tiga hari pada setiap (pertengahan) bulan (Hijriyah). Sebab, satu kebaikan akan mendapatkan ganjaran sepuluh kali lipatnya. Dan puasa tiga hari itu sama seperti puasa Dahr (sepanjang zaman).'
Audio ke-196: Bab 14 Tidak Berlebihan dalam Ketaatan ~ Pembahasan Hadits Abu Muhammad Abdillah bin Amr bin Al-Ash
Lalu aku menyahut, 'Sesungguhnya aku mampu mengerjakan yang lebih baik daripadanya.' Beliau lantas menasihatkan, 'Berpuasalah satu hari dan berbukalah dua hari.' 'Sesungguhnya aku mampu melakukan yang lebih baik daripadanya,' sahutku lagi. Maka Beliau bersabda, 'Kalau begitu, berpuasalah satu hari dan berbukalah satu hari. Itulah puasa Dawud, Shallallahu 'alaihi wasallam, dan itulah puasa yang paling seimbang'."

Dalam riwayat lainnya disebutkan, "Dan itulah puasa yang paling utama. Lalu aku kembali menyahut, 'Sesungguhnya aku mampu mengerjakan yang lebih baik daripadanya.' Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pun menanggapi, 'Tidak ada yang lebih baik daripada itu (puasa Dawud)'."

Abu Muhammad radhiyallahu 'anhu mengatakan, "Seandainya dahulu aku menerima anjuran untuk berpuasa tiga hari (pada tiap pertengahan bulan hijriyah) seperti yang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tekankan, 'Puasa ini lebih aku sukai daripada keluargaku dan hartaku'."

Adapun dalam riwayat yang lain lagi disebutkan, "Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bertanya, 'Benarkah apa yang diberitahukan kepadaku bahwa kamu selalu berpuasa pada siang hari dan kamu selalu bangun untuk shalat pada malam hari?' 'Benar, wahai Rasulullah,' jawabku. Maka beliau bersabda, 'Janganlah kamu melakukan hal tersebut. Berpuasa dan berbukalah, serta tidur dan bangunlah. Karena tubuhmu mempunyai hak atas dirimu, kedua matamu juga mempunyai hak atas dirimu, istrimu mempunyai hak atas dirimu pula, bahkan tamumu pun mempunyai hak atas dirimu. Dan cukup bagimu berpuasa tiga hari pada tiap (pertengahan) bulan (Hijriyah). Sungguh, pada setiap kebaikan kamu mendapatkan balasan sepuluh kali lipatnya. Sesungguhnya puasa itu sama dengan puasa Dahr.'

Aku pun mempersulit diri sehingga dipersulit. Saat itu aku menyahut, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai kekuatan.' Beliau lantas menasihatkan, 'Berpuasalah dengan puasa Nabi Allah Dawud, dan janganlah melebihinya.' Lantas aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, bagaimana puasa Dawud itu dikerjakan?' Beliau pun menjawab, 'Puasa setengah tahun'." (Yakni karena Nabi Dawud 'Alaihissalam berpuasa sehari dan berbuka sehari). Sesudah berusia lanjut, Abdullah Abu Muhammad mengemukakan, "Seandainya dahulu aku menerima keringanan yang diberikan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam."

Dalam riwayat yang lainnya disebutkan, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bertanya, 'Benarkah apa yang diberitahukan kepadaku bahwa kamu berpuasa Dahr dan kamu sering membaca (mengkhatamkan) Al-Qur'an setiap malam?' Aku menjawab, 'Benar, wahai Rasulullah. Tidaklah aku menginginkan dengan cara beribadah yang seperti ini melainkan kebaikan.' Kemudian Rasulullah menasihatkan, 'Berpuasalah seperti Nabi Allah Dawud, karena dialah yang paling rajin beribadah dan juga khatamkan Al-Qur'an pada setiap bulan.' 'Wahai Nabi Allah, sesungguhnya aku mampu melakukan yang lebih dari itu,' sahutku lagi. Beliau lalu menyarankan, 'Bacalah Al-Qur'an sampai ia khatam setiap dua puluh hari sekali.' 'Wahai Nabi Allah, sesungguhnya aku mampu melakukan apa yang lebih dari itu,' sahutku. Selanjutnya Beliau menanggapi, 'Bacalah Al-Qur'an sampai khatam pada setiap sepuluh hari sekali.' Lantas aku menanggapi, 'Wahai Nabi Allah, sesungguhnya aku sanggup melakukan yang lebih dari itu.' Maka Beliau bersabda, 'Jika demikian, bacalah Al-Qur'an sampai tamat setiap tujuh hari sekali dan jangan (menamatkannya) lebih dari itu.'

Aku pun mempersulit diri sehingga dipersulit sampai-sampai Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam berseru kepadaku, 'Sesungguhnya kamu tidak mengetahui, mungkin kelak kamu diberi umur yang panjang'." Sesudah itu, Abu Muhammad Abdillah bin Amr bin Al-Ash mengatakan, "Akhirnya aku mengalami sebagaimana yang telah disabdakan Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam kepadaku. Tatkala sudah tua, aku menyesali tindakanku mengapa dahulu aku tidak menerima keringanan yang diberikan Nabi Allah Shallallahu 'alaihi wasallam."

Dalam suatu riwayat disebutkan, "Dan sesungguhnya anakmu mempunyai hak atas dirimu."

Dalam riwayat lain disebutkan, "Tidak ada puasa bagi orang yang berpuasa sepanjang zaman." Hal itu dinyatakan (oleh Beliau sebanyak) tiga kali.

Dalam riwayat yang lain disebutkan, "Puasa yang paling disukai Allah Ta'ala adalah puasa Dawud, dan shalat yang paling disukai Allah Ta'ala adalah shalat Dawud, yaitu Dawud tidur pada paruh malam, bangun pada sepertiga malam, lalu dia tidur pada seperenamnya. Sesungguhnya dia berpuasa sehari dan berbuka sehari. Dan dia tidak lari jika bertemu dengan musuh."

Dalam riwayat yang selainnya disebutkan bahwa Abu Muhammad (Abdillah bin Amr bin Al-Ash) radhiyallahu 'anhu bercerita, "Ayahku menikahkanku dengan seorang wanita yang terpandang. Ayah selalu memantau kondisi menantunya -yaitu istri anak laki-lakinya (istriku)- lalu dia bertanya kepadanya mengenai keadaan suaminya, yakni aku. Maka dia (istriku) berkata, 'Suamiku sangat baik, hanya saja sejak mengunjungi kami, dia belum pernah menginjak ranjang kami dan menyingkap tirai kami (maksudnya belum pernah berhubungan badan dengan istrinya).'

Setelah kajadian itu dijalaninya cukup lama, dia (ayahnya) mengadukan hal itu kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam. Mendengar pengaduan tersebut, Beliau lantas berseru, 'Bawalah dia ke hadapanku.' Kemudian aku menemui Beliau, dan Beliau lalu bertanya, 'Bagaimana kamu mengerjakan puasa?' 'Aku berpuasa setiap hari,' jawabku. Beliau bertanya lagi, 'Bagaimana pula kamu mengkhatamkan Al-Qur'an?' 'Aku mengkhatamkannya setiap malam,' jawabku'." Lantas dia (Abu Muhammad) menyebutkan hadits seperti yang disebutkan sebelumnya.

Diterangkan pula bahwasanya dia membacakan Al-Qur'an kepada sebagian keluarganya sepertujuh (dari keseluruhan ayat yang dibaca) pada siang hari agar terasa ringan (membaca sisanya) pada malam hari. Dan apabila hendak memperkuat diri, maka sengaja tidak berpuasa untuk beberapa hari lalu dia menyebutkan satu per satu hari-hari yang ia tidak berpuasa tersebut. Dia berpuasa seperti hari-hari ketika berbuka (tidak berpuasa), karena dia tidak suka berpisah dengan Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam dalam keadaan meninggalkan sesuatu (sunnah yang biasa dikerjakannya).

Semua riwayat tersebut derajatnya sahih dan sebagian besar dari redaksinya terdapat di dalam kitab Ash-Shahihain (Shahihul Bukhari dan Shahih Muslim). Hanya sedikit matan hadits ini yang terdapat di dalam salah satu dari keduanya.

Subhanallah, Jamaah.
Cerita yang cukup panjang tentang kehidupan Abu Muhammad Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiyallahu 'anhuma. Bagaimana ketika dinikahkan dengan seorang wanita terpandang, Abdullah bin Amr bin Al-Ash tidak menyetuhnya. Dan kita bisa melihat bagaimana kepedulian seorang mertua kepada menantunya. Biasanya menantu sama mertua yaa ada gesekan, bahkan sebagian mertua tidak suka sama menantunya. Tapi berbeda dengan Amr bin Ash, perhatian dia kepada menantunya. Dia tanya kondisinya, Gimana engkau dengan suamimu, ada sesuatu yang perlu engkau adukan?

Maka, Subhanallah, sang istri menyebutkan kondisi suaminya, kalau suaminya adalah orang yang baik, orang yang ahli ibadah, tapi hanya sayang, dia kurang perhatian sama istrinya. Dia tidak menyentuh istrinya, tidak tidur di atas ranjangnya. Kenapa? Karena dia sibuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Jamaah rahimakumullah, itu yang bisa kita kaji. Semoga ilmu yang kita kaji hari ini berguna buat kita dan bisa kita amalkan dalam kehidupan kita. Dan semoga Allah menerima amalan kita. Sampai berjumpa kembali.

بَارَكَ اللهُ فِيْك
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.