F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-195: Bab 14 Tidak Berlebihan dalam Ketaatan ~ Pembahasan Hadits Abu Juhaifah Wahb bin Abdillah

Audio ke-195: Bab 14 Tidak Berlebihan dalam Ketaatan ~ Pembahasan Hadits Abu Juhaifah Wahb bin Abdillah
📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-428
🌏 https://grupislamsunnah.com
🗓 JUM'AT, 19 Rabi’ul Akhir 1445 H / 03 November 2023 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin (Taman-Tamannya Orang-Orang yang Saleh dari Sabda-Sabda Nabi Muhammad ﷺ) karya Imam Nawawi Rahimahullah

💽 Audio ke-195: Bab 14 Tidak Berlebihan dalam Ketaatan ~ Pembahasan Hadits Abu Juhaifah Wahb bin Abdillah Radhiyallahu 'Anhu


السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلهِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ


Segala puji bagi Allah Jalla Jalaluh (Allah yang Maha Agung dengan keagungan-Nya, -ed). Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan untuk Baginda Nabi kita Muhammad 'Alaihis-shalatu wassalam. Amma ba’du.

Kaum muslimin, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati oleh Allah Jalla Jalaluh.

Kita lanjutkan kajian kita.

عَنْ أَبِي جُحَيْفَةَ وَهْبِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ : آخَى النَّبِيُّ ﷺ بَيْنَ سَلْمَانَ وَأَبِى الدَّرْدَاءِ ، فَزَارَ سَلْمَانُ أَبَا الدَّرْدَاءِ ، فَرَأَى أُمَّ الدَّرْدَاءِ مُتَبَذِّلَةً ، فَقَالَ : مَا شَأْنُكِ؟! قَالَتْ : أَخُوكَ أَبُو الدَّرْدَاءِ لَيْسَ لَهُ حَاجَةٌ فِى الدُّنْيَا . فَجَاءَ أَبُو الدَّرْدَاءِ ، فَصَنَعَ لَهُ طَعَامًا ، فَقَالَ لَهُ : كُلْ ؛ فَإِنِّى صَائِمٌ ، قَالَ : مَا أَنَا بِآكِلٍ حَتَّى تَأْكُلَ ، فَأَكَلَ ، فَلَمَّا كَانَ اللَّيْلُ ؛ ذَهَبَ أَبُو الدَّرْدَاءِ يَقُومُ ، فَقَالَ لَهُ : نَمْ ، فَنَامَ ، ثُمَّ ذَهَبَ يَقُومُ ، فَقَالَ لَهُ : نَمْ ، فَلَمَّا كَانَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ ؛ قَالَ سَلْمَانُ : قُمِ الآنَ - فَصَلَّيَا جَمِيعاً - . فَقَالَ لَهُ سَلْمَانُ : إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا ، وَإِنَّ لِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا ، وَلأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا ، فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ . فَأَتَى النَّبِيَّ ﷺ ، فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ : ❲ صَدَقَ سَلْمَانُ ❳ . ❊ رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ [١٩٦٨].
Dari Abu Juhaifah Wahb bin Abdillah radhiyallahu 'anhu, ia menuturkan, "Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam mempersaudarakan Salman radhiyallahu 'anhu dengan Abu Darda radhiyallahu 'anhu. Maka Salman mengunjungi Abu Darda, lalu dia melihat Ummu Darda (istri Abu Darda) berpakaian lusuh. Maka dia (Salman) bertanya kepada wanita itu, 'Ada apa denganmu? (mengapa kamu tidak berhias?)' Lantas dia (Ummu Darda) menjawab, 'Saudaramu (Abu Darda) tak lagi memiliki keinginan terhadap dunia.'

Kemudian Abu Darda datang dan menghidangkan makanan untuknya (untuk Salman). Lalu Abu Darda berkata kepadanya, 'Makanlah, karena aku tengah berpuasa.' Salman pun menanggapi, 'Aku tidak akan makan hingga kamu ikut makan bersamaku.' Abu Darda kemudian makan.

Malam harinya, Abu Darda bangun. Namun Salman berseru kepadanya, 'Tidurlah.' Sehingga dia pun kembali tidur. Tidak lama berselang dia pun bangun lagi dan Salman berseru lagi kepadanya, 'Tidurlah!' Lantas pada akhir malam, Salman berkata, 'Sekarang bangunlah.' Kemudian keduanya mengerjakan shalat malam. Sesudah itu, Salman berkata, 'Sesungguhnya Rabbmu mempunyai hak atas dirimu, dirimu mempunyai hak atas dirimu, dan keluargamu juga mempunyai hak atas dirimu. Oleh sebab itu, berikanlah hak kepada setiap pemiliknya.'

Kemudian Abu Darda mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan menceritakan hal itu kepada Beliau. Maka Beliau bersabda kepadanya, 'Sungguh Salman telah berkata benar'."
(HR. Bukhari)
Hadits ini menunjukkan kesalahan orang-orang yang tidak peduli dengan urusan dunia, yang meninggalkan urusan dunia dan dia berpikir fokus mencari akhirat.

Sejatinya Jamaah, tidak bertentangan orang yang mencari dunia dan orang yang mencari akhirat, asalkan niatnya benar. Kita enggak boleh berlebih-lebihan dalam mencari dunia dan tidak boleh berlebih-lebihan dalam mencari akhirat.

Ini, bagaimana Salman Al-Farizzy. Jadi, dulu itu muakhor dijadikan saudara seperti saudara kandung. Dahulu ketika orang-orang hijrah, itu dijadikan saudara seperti saudara kandung, saling mewarisi. Namun setelah turun ayat tentang warisan, maka persaudaraan itu tidak lagi dilanjutkan. Hanya saja makna persaudaraan saling menolong, saling membantu itu terus berlanjut.

Abdurahman bin Auf jadi saudaranya Saad bin Rabbi. Ini Abu Darda dijadikan saudara bersama siapa? Bersama Salman Al-Farizzy radhiyallahu Ta'ala 'anhu. Dan Subhanallah, suatu hari Salman datang ke rumahnya Abu Darda, ke rumah saudaranya. Kemudian dia lihat di sana, istrinya Abu Darda kok tidak berhias.

Ini pertanda, Jamaah, dulu wanita itu ketika di rumah mereka berhias untuk suaminya. Ini mungkin sebelum turunnya ayat hijab di awal-awal Islam, awal-awal hijrahnya para sahabat ke kota Madinah. Hijab mungkin tahun ke-5 Hijriyah. Di awal-awal itu belum pakai hijab. Istri biasanya dia bersolek buat suaminya, berhias buat suaminya. Jadi kalau ada perempuan-perempuan yang di rumah dia lusuh bajunya, enggak ada riasan di wajahnya, parfum enggak pakai, maka seperti Ummu Darda. Kenapa Ummu Darda melakukan itu? Ketika ditanya,

مَا لِأَرَاكِ مُتَبَذِّلَةً
Kenapa engkau kok lusuh banget kayak gini?
Apa jawabannya?
Eeuu.. Abu Darda itu..

مَالَيْسَ لَهُ حَاجَةٌ فِى الدُّنْيَا
Dia enggak punya urusan dengan dunia, dia fokus cari akhirat..
Ini termasuk satu perbuatan yang tidak tepat ketika seorang menelantarkan orang-orang yang jadi tanggung jawabnya. Ada yang kerjanya berdakwah saja, lupa dengan keluarganya.

Maka Salman Al-Farizzy melihat. Oh.. Ada sesuatu yang enggak tepat ini, di saudaranya... Abu Darda belum datang. Tahu-tahu datang Abu Darda, bikinkan makanan. Kita lihat bagaimana kemuliaan para suami di masa itu, dia ikut membantu istrinya. Abu Darda bikinin makanan; mungkin dia potong kambing atau dia bakar sesuatu. Kemudian setelah jadi, makanan itu disuguhkan kepada Salman Al-Farizzy dengan mengatakan,

كُلْ ، فَإِنِّى صَائِمٌ
Kamu makan ya..! Aku puasa, kata Abu Darda.
Apa kata Salman?

مَا أَنَا بِآكِلٍ حَتَّى تَأْكُلَ
Aku enggak makan sampai kau makan.
Ini sebuah tantangan buat Abu Darda. Sedang puasa tamunya mengatakan, Aku tidak akan makan sampai kau makan. Akhirnya terpaksa makan, enggak puasa berarti hari itu.

Terus malam harinya.. Ini peristiwa di siang hari, bagaimana Abu Darda full puasa terus. Enggak tertarik dengan wanita, sama istrinya pun, ditinggal istrinya. Istrinya enggak perlu bersolek karena suaminya tidak punya hasrat.
Audio ke-195: Bab 14 Tidak Berlebihan dalam Ketaatan ~ Pembahasan Hadits Abu Juhaifah Wahb bin Abdillah
Di malam hari, mau tidur, Abu Darda sudah bangun shalat malam. Kata Salman, Eh, tidur dulu نَمْ . Belum waktunya. Mau bangun lagi tengah malam, suruh tidur lagi. Ketika sepertiga malam akhir, di sini Salman Al-Farizzy menyuruh Abu Darda untuk bangun.

قُمْ فَصَلِّيَ الْآنَ
Waktunya shalat sekarang! Sepertiga malam akhir, nih, waktu yang paling mulia, nih.
Sejatinya seorang ketika shalat malam itu bebas dia, mau di awal, mau di pertengahan, mau di akhir. Tapi yang terjadi dengan Abu Darda, dia bangun dari awal malam sampai akhir malam. Itu yang dilakukan. Maka Salman menjelaskan,

إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا
Ingat! Allah itu punya hak atas dirimu.
Orang yang menciptakan kita, orang yang memberikan segalanya kepada kita, Dia punya hak.

وَإنَّ لِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا
Dirimu sendiri punya hak.
Enggak boleh seorang muslim membahayakan dirinya sendiri gara-gara ibadah. Berpuasa, ya.. sampai kurus kering, sampai akhirnya terkena penyakit. Enggak! Jiwamu punya hak juga.

وَلأَهْلِكَ
Keluargamu punya hak.
Ini ada orang yang kerjanya cari fulus.. saja, lupa dengan hak keluarganya. Dia pikir keluarga itu hanya minta fulus, hanya butuh duit dan dunia, enggak butuh kedekatan dengan mereka. Padahal mereka butuh itu.

Ada yang ibadah fokus, lupa sama keluarganya. Ada yang cari dunia, masyaaAllah.. konsentrasi cari dunia, lupa dengan keluarganya. Bahkan sebagian tidak menikah. Naudzubillahi min dzalik.

فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ
Engkau itu kasih hak itu sesuai, secara profesional.
Ini haknya orang tua, kasih. Dirimu punya hak, jangan memaksakan diri, nanti sakit. Istrimu punya hak. Maka pelajaran buat para ibu-ibu, hendaklah dia kalau di rumah itu bersolek untuk suaminya. Dan untuk para suami, hendaklah dia memberikan hak kepada istrinya. Karena ada lelaki-lelaki yang tidak menyentuh istrinya. Sampai ada yang bertanya, Ustadz, hadits yang mengatakan,

إِذَا دَعَا الرَّجُلُ إمرَأتَهُ

Kalau seorang suami memanggil istrinya untuk dikumpulin, kemudian menolak dan suami marah, itu akan dilaknat wanita itu sampai Subuh.

Terus bagaimana kalau suami yang tidak melayani istrinya ketika istrinya minta?

Allah mengatakan,

{ وَلَهُنَّ مِثۡلُ ٱلَّذِی عَلَیۡهِنَّ بِٱلۡمَعۡرُوفِۚ وَلِلرِّجَالِ عَلَیۡهِنَّ دَرَجَةࣱ }

Perempuan itu punya hak seperti/setara dengan kewajiban dia. Dia punya hak setara dengan kewajiban dia, dan lelaki memiliki derajat lebih atas wanita.

Tapi secara hak sama, engkau punya hak, perempuan juga punya hak. Dan Abu Darda merasa, Kok enggak nyaman ya, kok baru dengar ibadah ini. Ini penting juga buat orang-orang yang merasa aneh dengan sebuah bentuk ibadah, dengan sebuah ajaran. Maka yang harus dia lakukan adalah bertanya.

{ فَسۡـَٔلُوۤا۟ أَهۡلَ ٱلذِّكۡرِ إِن كُنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ }
Tanyakan kepada orang yang berilmu kalau kalian enggak ngerti.
Jangan menolak ajaran itu sampai paham. Oh.. Ternyata ajarannya memang salah. Banyak di masyarakat, ketika dikasih satu pengarahan yang dalam pandangan dia, Ini kok enggak ada, kok dia enggak tahu ya? Kok di masyarakat tidak ada? Jangan menolak sampai dia mencocokkan apa yang disampaikan dengan Al-Qur'an dan Sunnah. Cocok terima, enggak cocok tolak. Oh.. enggak sesuai dengan Sunnah.

Maka Abu Darda tidak menelan mentah-mentah ajaran Salman. Dia datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, lalu Nabi mengatakan, ❲ صَدَقَ سَلْمَانُ❳ 'Alaihis-shalatu wassalam. Nabi 'Alaihis-shalatu wassalam mengatakan, Salman benar, kayak gitu memang.

Sehingga ya.. Ini kembali kepada keindahan Islam. Islam itu tidak hanya berpikir urusan agama ya. Islam tidak hanya berpikir urusan agama. Semua urusan diurusin dalam Islam. Orang wajib kasih nafkah kepada istrinya, wajib kasih nafkah kepada anaknya, wajib berbakti kepada orang tuanya, tapi dia juga wajib mengabdi kepada Allah Jalla Jalaluh.

Jamaah rahimakumullah, itu yang bisa kita kaji. Semoga ilmu yang kita kaji hari ini berguna buat kita dan bisa kita amalkan dalam kehidupan kita. Dan semoga Allah menerima amalan kita. Sampai berjumpa kembali.

بَارَكَ اللهُ فِيْك
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.


══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.