F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Tiga Landasan Utama – 09 – Mengenal Agama Islam Bagian Ketiga - Iman dan Ihsan

Tiga Landasan Utama – 09 – Mengenal Agama Islam Bagian Ketiga - Iman dan Ihsan
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
📘 Tsalatsatul Ushul : ❝ MENGENAL AGAMA ISLAM #3 - IMAN dan IHSAN ❞
Dosen : Ustadz Beni Sarbeni, Lc, M.Pd Hafidzhahullah Ta'ala
🎧 Simak Audio 🎧

Mengenal Agama Islam #3 - Iman dan Ihsan


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه وَمَنْ وَالاَهُ. أمَّا بعد

Sahabat sekalian yang semoga senantiasa dimuliakan oleh Allah rabbul ‘alamin. Kita lanjutkan kajian kitab Tsalatsatul Ushul (Tiga Landasan Utama), masih membahas tentang مراتب الدين الإسلام atau tingkatan-tingkatan agama Islam.
yang pertama yaitu Islam itu sendiri dan sudah kita bahas beserta rukun-rukun Islam

Tingkatan agama Islam yang ke kedua yaitu iman.

Penulis rahimahullah berkata,

الْمَرْتَبَةُ الثَّانِيَةُ : الْإِيْمَانُ .
وَهُوَ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ شُعْبَةً ، فَأَعْلَاهَا قَـوْلُ « لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ » ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ ، وَالْـحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيْمَانِ .
Tingkatan yang kedua yaitu iman dan iman memiliki tujuh puluh sekian cabang. Cabang iman yang paling tinggi yaitu ucapan “Laa ilaaha illallaah”, adapun yang paling rendah adalah membuang gangguan dari jalan, dan malu merupakan cabang, diantara cabang-cabang keimanan.
Para jamaah sekalian,

Iman secara bahasa adalah التصديق الجازم membenarkan dengan kuat. Adapun secara istilah, iman ini memiliki dua makna,
  1. Makna secara umum, makna iman secara umum adalah agama yang dengannya Baginda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam diutus, oleh karena itu, pemeluknya disebut mukmin, dalam arti ini iman dan Islam sama artinya, sama maknanya. Maka orang yang memeluk agama Islam kita namakan Muslim dan kita sebut juga sebagai Mukmin, itu makna secara umum.
  2. Adapun makna secara khusus iman itu adalah hal-hal yang berkaitan dengan keyakinan, atau perbuatan-perbuatan hati. Jadi iman terkait dengan apa, dengan keyakinan, inilah makna iman kalau disandingkan dengan Islam, kalau disebut secara berbarengan, maka iman artinya adalah keyakinan, adapun Islam artinya amalan- amalan anggota badan.
Makanya kalau kita lihat rukun-rukun Islam, maka hal-hal yang berkaitan dengan amalan anggota badan. Mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa ramadhan, demikian pula ibadah haji.

Sementara rukun iman adalah iman kepada Allah, iman kepada Malaikat, iman kepada kitab, iman kepada Rasul atau para Rasul, iman kepada hari akhir, dan iman kepada takdir, itu semua berkaitan dengan keyakinan.

Jadi kalau iman dan Islam disebutkan secara bersamaan, maka maknanya berbeda. Iman adalah keyakinan, Islam adalah amalan anggota badan yang nampak, tapi kalau disebutkan secara terpisah secara menyendiri, iman adalah Islam, Islam adalah iman.

Inilah yang disebut oleh para ulama إذا اجتمعا افترقا وإذا افترقا اجتمعا kalau disebut secara bersamaan, maka artinya berbeda, tapi kalau disebut secara terpisah, maka artinya sama. Itulah hal-hal yang berkaitan dengan makna dari kata iman.

Kemudian penulis di sini mengatakan bahwa iman itu ada tujuh puluh sekian cabang, ini berdasarkan hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim dimana Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,

الإِيمانُ بضْعٌ وسَبْعُونَ شُعْبَةً
Dalam riwayat yang lain
الإِيمانُ بضْعٌ وسِتُّونَ شُعْبَةً
Iman itu 70 sekian cabang dalam riwayat yang lain enam puluh sekian cabang,

Cabang keimanan paling tinggi “Laa ilaaha illallaah” cabang keimanan paling rendah, membuang gangguan dari jalan, dan rasa malu adalah cabang diantara cabang-cabang keimanan.

Hadits ini menunjukkan bahwa iman itu beragam, ada yang menjadi inti daripada keimanan, yaitu kalimat tauhid “Laa ilaaha illallaah” di mana seseorang nggak mungkin masuk ke dalam agama Islam kecuali dengan mengucapkan “Laa ilaaha illallaah”, dan ini pun menunjukkan bahwa semua kebaikan bagian dari pada keimanan termasuk di dalamnya membuang gangguan dari jalan, bahkan disini rasa malu pun merupakan cabang dari pada keimanan.

Selanjutnya sebagaimana yang disepakati oleh Ahlussunnah wal jama’ah, bahwa iman dalam arti umum, mencakup seluruh dari Islam itu sendiri karena iman secara umum adalah Islam. Karena itu dulu para ulama seperti al-Imam asy-Syafi'i, al-Imam al-Bukhari dan yang lainnya sepakat, bahwa اعتقاد بالقلب yaitu keyakinan dalam hati, وقول باللسان ucapan dengan lisan, وعمل بالأركان dan pengamalan dengan anggota badan.

Jadi iman mencakup semuanya seperti Islam itu sendiri, يزيدُ بالطَّاعةِ iman itu bertambah dengan ketaatan,ويَنقُصُ بالمعصيةِ dan iman itu berkurang dengan kemaksiatan.

Selanjutnya, penulis membawa tentang

Rukun iman.

Beliau berkata rahimahullah,

وَأَرْكَانُهُ سِتَّةٌ ،
Dan rukun iman itu ada enam
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ ،
Pertama kamu beriman kepada Allah
وَمَلَائِكَتِهِ ،
Beriman kepada para Malaikat
وَكُتُبِهِ ،
Beriman kepada kitab-kitab
وَرُسُلِهِ ،
Beriman kepada para Rasul
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ،
Beriman kepada hari akhir
وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ .
Dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk,
Inilah rukun iman, rukun iman ada 6, iman kepada Allah, iman kepada Malaikat, iman kepada Kitab, iman kepada para Rasul, iman kepada hari akhir, dan iman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.

Thayyib, sekarang kita bahas tentang batasan seseorang itu beriman kepada rukun-rukun iman tersebut, atau kewajiban seorang hamba terhadap rukun-rukun iman tersebut.

Nah, kewajiban seorang hamba terhadap rukun iman tersebut ada 2 macam.
  1. Kewajiban yang merupakan batas minimal seorang hamba disebut beriman terhadap rukun iman tersebut.
  2. Wajib mengimani karena adanya dalil yang sampai kepadanya
Contohnya,

1. Batas minimal iman kepada Allah

Adalah kita meyakini Allah yang Maha Pencipta yang mengatur alam semesta dan memilikinya. Bahwasanya Allah subhanahu wa ta'ala dialah yang berhak diibadahi, tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah. Kemudian kita meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta'ala Maha Sempurna dengan segala nama dan sifat-Nya. Artinya kita mengimani seluruh nama dan sifat yang Allah tetapkan di dalam al-Quran dan ditetapkan oleh Nabi dalam haditsnya ini batas minimal seseorang iman kepada Allah rabbul alamin. Artinya segitu saja, dia sudah dianggap beriman kepada Allah.

Kemudian ketika datang kepadanya dalil bahwa di antara nama Allah adalah di antara nama Allah adalah “al-Ghaniy” ( Yang Maha Kaya), diantara nama Allah adalah “al-Ghaniy”. Maka wajib kepadanya mengimaninya, kenapa, karena ada dalil yang sampai kepadanya, bahwa di antara nama Allah adalah “al-Ghaniy” gitu, jadi kewajiban kita terhadap rukun iman yang tadi,

(1) wajib pada batasan minimal kita beriman kepada rukun iman tersebut.
(2) wajib karena ada dalil yang sampai kepadanya sehingga dia wajib mengimani dalil tersebut.

Kemudian sekarang kita akan bahas tentang batasan (kadar) minimal seseorang beriman terhadap rukun iman tersebut.
  1. Kita meyakini Allah itu ada, dan dia sebagai rabb, rabb itu yang menciptakan, yang memiliki, dan yang mengurus alam semesta.
  2. Kita meyakini hanya Allah yang berhak diibadahi.
  3. Kita meyakini Allah maha sempurna dan Allah memiliki nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang luhur.
Nah, seperti itu saja sudah dianggap beriman kepada Allah.
Kemudian jika ada dalil datang kepada seseorang tentang Allah, maka dia wajib mengimani dalil tersebut. Misalnya tadi, dalil bahwasanya Allah “al-Ghaniy” maha kaya, maka dia wajib mengimani bahwasanya Allah subhanahu wa ta'ala di antara namanya adalah “al-Ghaniy”.

2. Batas minimal iman kepada Malaikat,

Batas minimal iman kepada Malaikat bahwasanya kita meyakini Malaikat itu adalah makhluk diantara makhluk-makhluk Allah. Bahkan di antara mereka ada yang tugasnya, menurunkan wahyu kepada para Nabi dengan perintah Allah. Jadi sebatas itu saja, dia dianggap beriman kepada Malaikat.

Jadi kalau ada orang ditanya, “tahukah anda apa itu Malaikat?” “, ah, saya tidak tahu” nah, berarti dia tidak beriman kepada Malaikat, atau saya tidak tahu Malaikat itu makhluk atau bukan makhluk, nah itu dianggap tidak beriman kepada Malaikat.

Jadi batas minimal iman kepada Malaikat, bahwasanya kita meyakini bahwa Malaikat makhluk diantara makhluk-makhluk Allah, dan di antara mereka ada Malaikat yang tugasnya membawa wahyu kepada para Nabi, atas perintah Allah.

Kemudian jika datang kepadanya sebuah dalil yang menyebutkan bahwa di antara Malaikat ada yang namanya Jibril misalnya. Nah, selain mengimani sesuai batasan minimal tadi, maka dia pun wajib mengimani bahwa diantara Malaikat ada yang namanya Malaikat Jibril,

3. Batas minimal Iman kepada Kitab,

Yaitu kita meyakini bahwasanya Allah subhanahu wa ta'ala menurunkan kepada para Rasul yang Allah kehendaki kitab-kitab yang merupakan firman Allah subhanahu wa ta'ala, agar menjadi hukum di antara manusia dan seluruh kitab-kitab tersebut di mansukh dihapus hukumnya dengan Kitab yang terakhir yaitu al-Quran. Nah, seperti itu saja seseorang dianggap beriman kepada Kitab.

4. Batas minimal iman kepada para Rasul

Yaitu kita meyakini bahwasanya Allah subhanahu wa ta ala mengutus para Rasul kepada manusia, agar para Rasul, memerintahkan kepada manusia beribadah hanya kepada Allah, dan kita pun meyakini bahwa Rasul terakhir adalah Baginda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Jadi itulah batas minimal iman kepada para Rasul.

5. Batas minimal iman kepada “yaumul akhir”

Yaitu meyakini adanya hari kebangkitan, hari yang Agung, yang disebut dengan “yaumul qiyamah”, dimana makhluk akan dibalas atas perbuatan mereka, barangsiapa yang melakukan kebaikan, maka untuknya surga, dan barangsiapa yang melakukan keburukan, maka atasnya api neraka. Naudzubillah

6. Batas minimal iman kepada takdir,

Yaitu kita meyakini bahwasanya Allah subhanahu wa taala menetapkan untuk segala sesuatu kebaikan maupun keburukan secara ‘azali, artinya sudah dahulu kala 50.000 tahun, sebelum Allah menciptakan langit dan bumi, Allah telah menuliskan ketentuan seluruh makhluk, dan segala sesuatu tidak terjadi kecuali atas kehendak Allah, segala sesuatu tidak terwujud, kecuali merupakan ciptaan Allah. Itulah batas minimal iman terhadap rukun-rukun iman.

Baik selanjutnya

Dalil semua rukun iman dari semua rukun iman.

Di sini penulis membawakan Surat Al-Baqarah ayat 177 dan Surat Al-Qamar ayat 49, dimana Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

لَيْسَ الْبِرَّاَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ
Yang artinya, "bukanlah kebajikan itu menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari akhir, para Malaikat, kitab-kitab suci, dan para Nabi". (QS. Al Baqarah: 177)
Adapun tentang takdir penulis membawakan firman Allah Surat Al-Qamar ayat 49,
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

اِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنٰهُ بِقَدَرٍ
"Sungguh kami ciptakan segala sesuatu menurut kadar atau ukurannya semuanya telah ditentukan oleh Allah rabbul alamin" (QS. Al Qamar: 49)
Selanjutnya

Tingkatan yang ketiga adalah ihsan,

Penulis rahimahullah berkata,

الْمَرْتَبَةُ الثَّالِثَةُ : الْإِحْسَانُ .
رُكْنٌ وَاحِدٌ ، وَهُوَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ ، فَإِن لَـمْ تَكُنْ تَـرَاهُ فَإِنَّـهُ يَرَاكَ
Tingkatan ketiga : Ihsan, rukun nya satu, yaitu anda beribadah kepada Allah dalam keadaan seolah-olah anda melihat-Nya. Jika Anda tidak melihat-Nya, maka sungguh Allah melihat anda.
Al-Ihsan, secara bahasa itu melakukan segala sesuatu dengan sangat baik, al-Ihsan itu hampir sama dengan al-Itqon, ya melakukan segala sesuatu dengan sangat profesional.

Adapun al-Ihsan menurut istilah terbagi menjadi dua,
  • Makna umum,
  • Makna khusus.
Makna secara umum al-Ihsan adalah agama yang dengannya Baginda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam diutus, jadi agama Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bisa disebut sebagai agama Islam, agama iman, agama Ihsan, bisa.

Adapun secara khusus al-Ihsan itu adalah melakukan Islam dan iman dengan sangat baik, kalau Islam terkait dengan amalan anggota badan, maka ihsan dalam Islam adalah melakukan amalan anggota badan dengan sangat baik. Kalau iman adalah amalan- amalan atau keyakinan-keyakinan hati, maka ihsan dalam iman adalah keyakinan dengan sangat baik.

Nah, itulah mana al-Ihsan jadi al-Ihsan adalah melakukan Islam dan iman dengan sangat baik.

Kemudian penulis di sini mengatakan, رُكْنٌ وَاحِدٌ satu rukun, di sini oleh para pensyarah Kitab di jelaskan bahwa sepertinya rukunlah di sini, نَوع رُكْنٌ وَاحِدٌ satu macam, karena kalau rukun, yang namanya rukun tidak mungkin satu, yang namanya rukun itu pasti lebih dari satu, yang namanya tiang penopang itu lebih dari satu, dan kenyataannya ihsan ini memang ada dua rukunnya.
  1. Rukun yang pertama adalah عبادة الله وحده beribadah hanya kepada Allah,
  2. Rukun yang kedua adalah ibadah dengan sangat baik kepada Allah, nah, ibadah sangat baik itu ada 2 tingkatan.
Nah, ibadah sangat baik itu ada 2 tingkatan.
  1. Musyahadah yaitu seseorang ibadah kepada Allah seolah-olah dia melihat Allah, inilah makna أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat Allah, tentunya orang yang seperti itu akan sangat khusyuk, akan sangat baik di dalam ibadahnya.
  2. Muraqabah, yaitu ibadah kepada Allah dengan merasakan bahwasanya dia selalu diawasi oleh Allah. Nah, ini pun sama orang yang ibadahnya senantiasa merasa diawasi oleh Allah Rabbul alamin tentunya dia akan berusaha untuk beribadah dengan sangat baik.
Jadi rukun ihsan ada 2 yang pertama عبادة الله yaitu beribadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala, yang kedua ibadah kepada-Nya dengan sangat baik.

Nah, ibadah kepada Allah dengan sangat baik, ada 2 tingkatan, yang pertama musyahadah, yaitu ibadah dengan merasakan bahwa dia atau seolah olah dia melihat Allah, yang kedua muraqabah yaitu dia beribadah kepada Allah dengan merasakan bahwa dia senantiasa diawasi oleh Allah rabbul alamin.

Kemudian dalilnya diantaranya Surat An-Nahl, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الَّذِيْنَ اتَّقَوْا وَّالَّذِيْنَ هُمْ مُّحْسِنُوْنَ
"Sesungguhnya Allah senantiasa bersama orang yang bertakwa dan mereka yang berlaku ihsan, atau orang orang yang ihsan berbuat kebaikan". (QS. An Nahl: 128)
Kemudian firman Allah subhanahu wa ta'ala dalam Surah As-Syu’ara ayat 217 dan 220, Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيْزِ الرَّحِيْمِ
Bertawakal lah kamu, kepada Allah yang maha perkasa yang maha besar kasih sayangnya,
الَّذِيْ يَرٰىكَ حِيْنَ تَقُوْمُ
Yang melihat kamu ketika kamu sedang berdiri
وَتَقَلُّبَكَ فِى السّٰجِدِيْنَ
Dan melihat perubahan gerak badanmu diantara orang orang yang sujud, jadi Allah maha melihat nah,Inilah yang disebut dengan “maqam muraqabah”, merasa senantiasa diawasi oleh Allah rabbul alamin,
اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Sungguh dia Allah maha mendengar dan maha mengetahui.(QS. As-syu'ara: 217-220)
Kemudian diantara darinya Surat Yunus ayat 61, Allah berfirman,

وَمَا تَكُوْنُ فِيْ شَأْنٍ وَّمَا تَتْلُوْا مِنْهُ مِنْ قُرْاٰنٍ وَّلَا تَعْمَلُوْنَ مِنْ عَمَلٍ اِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُوْدًا اِذْ تُفِيْضُوْنَ فِيْهِ
"Dan engkau wahai Muhammad tidak berada dalam suatu urusan, dan tidak membaca suatu ayat dari Alquran, serta engkau tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya". (QS. Yunus: 61)
Jadi Allah, senantiasa bersaksi dan mengawasi kita.

Baik demikianlah para jamaah sekalian, semoga bermanfaat.

Billahi taufik wal hidayah,

Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.