F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Tiga Landasan Utama – 10 – Dalil Seluruh Tingkatan Agama Beserta Rukun-Rukunnya di Dalam Al-Hadits

Tiga Landasan Utama – 10 – Mengenal Agama Islam Bagian Keempat - Dalil Seluruh Tingkatan Agama Beserta Rukun-Rukunnya di Dalam Al-Hadits - AKADEMI BELAJAR ISLAM
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
📘 Tsalatsatul Ushul : ❝ MENGENAL AGAMA ISLAM #4 - DALIL SELURUH TINGKATAN AGAMA BESERTA RUKUN-RUKUNNYA DI DALAM AL-HADITS ❞
Dosen : Ustadz Beni Sarbeni, Lc, M.Pd Hafidzhahullah Ta'ala
🎧 Simak Audio 🎧

Mengenal Agama Islam #4 - Dalil Seluruh Tingkatan Agama Beserta Rukun-rukunnya di dalam Al-Hadits


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه وَمَنْ وَالاَهُ. أمَّا بعد

Sahabat sekalian yang semoga senantiasa dimuliakan oleh Allah rabbul ‘alamin. Kita lanjutkan kajian kitab Tsalatsatul Ushul (Tiga Landasan Utama), kali ini pertemuan yang ke-10 yaitu tentang dalil seluruh tingkatan agama Islam beserta rukun-rukunnya di dalam hadits.

Kalau di dalam Al-Qur’an sudah dibahas masing-masing, dalil tentang Islam beserta rukunnya, dalil tentang iman beserta rukunnya, dalil tentang ihsan beserta rukunnya di dalam hadits, yaitu hadits yang lebih dikenal dengan hadits Jibril. Disebut “Jibril” karena di antara pelaku dalam hadits ini adalah Malaikat Jibril. Hadits ini adalah hadits shahih, diriwayatkan oleh al-Imam Muslim di dalam kitab shahihnya, dalam pembahasan tentang ilmu.

Penulis rahimahullah berkata,

وَالدَّلِيْلُ مِنَ السُّنَّةِ : حَدِيْثُ جِبْرِيْل
Adapun dalilnya di dalam sunnah —maksudnya di dalam hadits— adalah Hadits Jibril, dalam naskah yang lain kalimatnya “Jabara’il” karena memang Malaikat Jibril disebut Malaikat Jibril juga Jabara’il, bisa kita sebut Jibril atau Jabara’il yang merupakan bahasa Ibrani, artinya adalah Abdullah (hamba Allah).
الْمَشْهُورُ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْـخَطَّابِ
Al Mashur (hadits Jibril yang masyhur) dari Umar Bin Khattab radhiallahu ‘anhu —maksudnya yang mengisahkannya, yang membawakan hadits ini adalah Umar Bin Khattab radhiallahu ‘anhu. Umar berkata,
قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ النَّبِـيِّ ذَاتَ يَوْمٍ
Ketika kami duduk-duduk beserta baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam suatu hari.
Jadi suatu hari —kata Umar— kami duduk-duduk beserta baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ ، شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ
Tiba-tiba seorang lelaki datang dengan bajunya yang sangat putih, rambut-nya yang sangat hitam
لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ
Tidak terlihat padanya bekas perjalanan jauh —karena rapihnya.
وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ
Akan tetapi tidak seorangpun di antara kami mengenalinya.
Jadi, kalau disebut dia orang jauh tapi kok tidak nampak bekas perjalanan jauhnya, sedangkan kalau disebut dia sebagai orang dekat (penduduk Madinah) tapi kok tidak seorangpun di antara kami yang mengenalinya.

حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِـيِّ ––، فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ ، وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ .
Sehingga orang itu duduk di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ia tempelkan kedua lututnya pada kedua lutut Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan meletakkan kedua telapak tangannya pada kedua pahanya.
Jadi, hadits ini dikenal dengan Hadits Jibril, yang meriwayatkan (yang mengisahkan) adalah Umar Bin Khattab radhiallahu ‘anhu. Beliau berkata “kami suatu hari duduk-duduk beserta Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam”, menunjukkan bahwa Nabi biasa duduk, walaupun beliau seorang Nabi, walaupun bahkan Beliau seorang pemimpin negara tapi biasa duduk beserta para Sahabat. Bahasa orang sekarang “tidak jaim”, tidak jaga image. Nabi itu orang yang mudah bergaul dan Nabi pun mengajarkan kepada kita agar mudah mendekati dan mudah didekati, dalam hadits yang lain Nabi bersabda,

المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف وخير الناس أنفعهم للناس
Seorang itu mudah mendekati, mudah didekati dan tidak ada baik bagi orang yang sulit mendekati dan tidak mudah didekati. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi yang lainnya. (HR. Thabrani)
Itu kata Nabi, karena di antara hal yang sangat kita butuhkan untuk bisa memberikan manfaat kepada orang lain adalah kita menjadi orang yang mudah mendekati dan didekati.

Kemudian dalam hadits ini diceritakan bahwa ada seorang lelaki yang tidak kami kenal, pakaiannya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tapi tidak nampak darinya bekas perjalanan jauh, karena memang yang datang adalah Malaikat Jibril.

Di sini pun memberikan faidah yang sangat berharga bahwa seseorang jika ingin belajar atau menuntut ilmu maka datanglah ke majelis ilmu dengan sebaik-baiknya penampilan dan serapi-rapinya penampilan, itu di antara adab kita di majelis ilmu.

Yang ketiga di antara faidah yang sangat berharga dari pendahuluan hadits ini adalah, seorang murid ketika ingin belajar kepada gurunya maka hendaklah dia mendekati gurunya sedekat-dekatnya, sampai-sampai disini dikatakan bahwa Malaikat Jibril duduk di hadapan Nabi, melekatkan kedua lututnya pada kedua lutut Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, karena —dalam hadis ini— posisi Malaikat Jibril itu sebagai orang yang bertanya kepada pada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

وَقَالَ : يَا مُحَمَّدُ ، أَخْبِرْنِـيْ عَنِ الْإِسْلَامِ !
Lalu Malaikat Jibril berkata, “Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam!”
فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ: الْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,”Islam itu adalah bahwasanya kamu bersaksi tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah. —Ini yang pertama, rukun Islam yang pertama.
وَتُقِيْمَ الصَّلَاةَ

Engkau mendirikan shalat.Ini yang kedua.

وَتُؤْتِـيَ الزَّكَاةَ

Engkau menunaikan zakat. —Ini yang ketiga.


وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ

Engkau melakukan ibadah shaum (puasa) di bulan Ramadhan. —Ini yang keempat

وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلًا

Dan menunaikan ibadah haji jika engkau mampu melakukan perjalanan ke Baitullah. —Ini yang kelima.

قَالَ : صَدَقْتَ ! ، فَعَجِبْنَا لَـهُ ، يَسْأَلُـهُ وَيُصَدِّقُـهُ

Maka kata orang tersebut (Malaikat Jibril), “benar apa yang kau katakan”. Kata Umar, “kami merasa aneh, orang itu yang bertanya tapi dia sendiri yang membenarkannya”. —Berarti kan bertanyanya bukan karena tidak tahu, lalu apa tujuan Malaikat Jibril bertanya kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam jika bukan karena ingin tahu? Justru tujuan Malaikat Jibril adalah ingin mengajarkan kepada para sahabat sebagaimana nanti akan dijelaskan oleh baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di akhir hadits ini.

Jadi, Bapak/Ibu sekalian, boleh loh kita misalnya di majelis ilmu lalu bertanya kepada guru, pertanyaan yang sebenarnya kita sudah tahu jawabannya, tapi tujuannya agar guru kita menjelaskan hal itu kepada kawan-kawan kita, itu boleh.

Bahkan barangsiapa yang bertanya kepada seorang guru tentang pertanyaan yang sudah dia ketahui jawabannya, hanya saja dia ingin agar gurunya menjelaskan hal itu kepada kawan-kawannya maka yang bertanyapun dianggap sebagai guru, sebagaimana Malaikat Jibril nanti dianggap sebagai guru bagi para sahabat.

قَالَ: أَخْبِرْنِـيْ عَنِ الْإِيْمَانِ ! ، قَالَ: « أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ ، وَمَلَائِكَتِهِ ، وَكُتُبِهِ ، وَرُسُلِهِ ، وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ » ، قَالَ : صَدَقْتَ !
Kemudian kata Malaikat Jibril, “kabarkanlah kepadaku tentang iman!”, jawaban Nabi, “kamu beriman kepada Allah, beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, beriman kepada kitab-kitab-Nya, beriman kepada Rasul Allah, beriman kepada hari akhir, engkaupun beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Malaikat Jibril berkata, “benar apa yang kau katakan.
قَالَ : أَخْبِرْنِـيْ عَنِ الْإِحْسَانِ ! ، قَالَ : « أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ ، فَإِنْ لَـمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّـهُ يَرَاكَ » .
Malaikat Jibril bertanya kembali, “kabarkanlah kepadaku tentang ihsan!” jawaban Nabi, “bahwasanya kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, jika kamu tidak melihatnya maka sesungguhnya Allah melihatmu.” —Ini tentang Ihsan dan rukun Ihsan ada dua, yang pertama beribadah kepada Allah dan yang kedua adalah beribadah kepada Allah secara baik dan sempurna.
قَالَ : أَخْبِرْنِـيْ عَنِ السَّاعَـةِ ! ، قَالَ : « مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَـمَ مِنَ السَّائِلِ »
Malaikat Jibril berkata, “Kabarkan kepadaku tentang kiamat!” jawaban Nabi, “tidaklah yang ditanya itu lebih tahu daripada yang bertanya.”
Artinya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak tahu kapan kiamat itu terjadi. Jadi أَخْبِرْنِـيْ عَنِ السَّاعَـةِ itu maksudnya “kabarkan kepadaku kapan kiamat terjadi”, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak tahu. Oleh karena itu jika ada orang yang mengabarkan tentang kejadian kapankah kiamat datang, maka sesungguhnya dia pendusta. Jangankan kita, Nabi pun —shallallahu ‘alaihi wasallam— tidak tahu. Dalam Surat Al A'raf ayat 187 sangat jelas Allah berfirman,

يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلسَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَىٰهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ رَبِّى ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَآ إِلَّا هُوَ
Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. (QS. Al A’raf: 187)
Ketika Nabi ditanya (Malaikat Jibril) tentang kapan kiamat maka Nabi menjawab, “tidaklah yang ditanya lebih tahu daripada yang bertanya”.

قَالَ : فَأَخْبِرْنِـيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا ! ، قَالَ : « أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا ، وَأَنْ تَرَى الْـحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَـةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِـي الْبُنْيَانِ » .
Malaikat Jibril bertanya kembali, “kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tanda kiamat! kemudian jawaban Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “bahwasanya seorang budak wanita melahirkan tuannya, yang kedua engkau melihat orang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, juga pengembala kambing, mereka berlomba-lomba dalam bangunan.”
Yang pertama maksudnya adalah bahwasanya nanti di akhir zaman akan kembali ada perbudakan. Nah, kalau ada seorang budak wanita digauli oleh tuannya maka otomatis ketika budak ini melahirkan anak maka dia menjadi orang yang merdeka, jadi, anaknya sendiri adalah tuannya karena dia merceka.

Yang kedua, tanda kiamat yang kedua adalah banyak orang yang mendadak kaya. Orang yang tadinya tidak beralas kaki, telanjang, miskin, bahkan juga penggembala kambing, tapi mereka berlomba-lomba membuat bangunan yang tinggi.

قَالَ : فَمَضَى فَلَبِثْنَا مَلِيَّا
Kemudian kata Umar, “Kemudian orang itu pun pergi dan kami terdiam lama”. —Dalam riwayat yang lain disebutkan sampai tiga hari berlalu.
يَا عُمَرُ أَتَدْرُوْنَ مَنِ السَّائِلِ ؟ » ، قُلْنَا : اللهُ وَرَسُوْلُـهُ أَعْلَمُ قَالَ : هـٰذَا جِبْرِيْلُ ، أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ أَمْرَ دِينِكُم
Lalu Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “wahai Umar, tahukah kamu siapa yang kemarin bertanya?” kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu” lalu jawaban Nabi, “Itu adalah Jibril, dia datang kepada kalian untuk mengajarkan kepada kalian urusan Agama kalian.”
Jadi, Jibril di hadapan Rasul adalah seorang murid karena bertanya kepada Rasul, tapi Jibril merupakan guru bagi para sahabat karena memang sengaja datang kepada Rasul untuk mengajarkan tentang agama, tentang Islam, tentang iman, tentang Ihsan dan tentang tanda-tanda kiamat.

Demikian, para jamaah sekalian. Semoga bermanfaat.

Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.