F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-192 Nafkah Kepada Orang Tua dan Anak Bagian Ketiga

Audio ke-192 Nafkah Kepada Orang Tua dan Anak Bagian Ketiga
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 RABU | 04 Rabi’ul Awwal 1445 H | 20 September 2023 M
🎙 Oleh : Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-192

📖 Nafkah Kepada Orang Tua dan Anak (Bag. 3)


بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله و أصحابه ومن والاه
اما بعد


Kaum muslimin dan muslimat peserta grup Dirosah Islamiyah yang semoga senantiasa dirahmati Allāh subhānahu wa ta’ālā.

Allāh subhānahu wa ta’ālā memberikan kaidah umum kalau kita berbicara tentang nafkah orang tua, maka nafkah orang tua sebagaimana halnya nafkah pada anak tidak hanya berhenti pada sandang, pangan, papan.

Ketika sang anak sakit dia membutuhkan pengobatan maka logika nalar manusia, tradisi, apalagi agama. Secara tuntunan agama ayah berkewajiban untuk mengobati anaknya agar sehat kembali seperti sedia kala.

Karena kebutuhan akan obat lebih mendesak dibanding kebutuhan kepada yang lain, pakaian dan yang lainnya. Apalagi masih bayi, bisa jadi dia dibungkus dengan satu kain cukup, tetapi obat tidak demikian. Kalau dia tidak segera diberi obat bisa jadi meninggal dunia.

Dan orang tua, demikian pula halnya orang tua, nafkah yang harus ditunaikan oleh sang anak untuk orang tuanya tidak hanya berhenti pada sandang, pangan, papan. Tetapi juga melebar kepada semua hal yang memang dibutuhkan oleh orang tua sesuai dengan skala prioritas dalam kebutuhan primer, sekunder dan tersier.

Kalau memang itu kebutuhan primer seperti obat karena orang tuanya sakit, maka anak wajib mengobati orang tua yang sakit. Karena Allāh subhānahu wa ta’ālā telah menyatakan, memberikan satu koridor yang sangat fleksibel dan jelas, tuntas tentang batasan nafkah yang harus diberikan oleh anak kepada orang tuanya.

Allāh subhānahu wa ta’ālā telah menyatakan,

وَصَاحِبْهُمَا فِى ٱلدُّنْيَا مَعْرُوفًا
Dan hendaknya engkau berinteraksi, bergaul dengan kedua orang tuamu dengan cara-cara yang baik. [QS Luqman: 15]
Tentu semua orang akan menganggap sebagai suatu perbuatan yang buruk, bentuk durhaka, bentuk ketidaktahuan diri bila orang tua menderita sakit sedangkan anaknya mampu membiayai pengobatan orang tua, tetapi anak memilih berpangku tangan dengan dalih dia sudah memberi sandang, pangan, papan kepada orangtuanya.

Semua orang akan menganggap ini anak durhaka. Ini bukan cara-cara yang baik dalam memperlakukan orang tua di saat mereka telah menginjak umur senja.

Allāh subhānahu wa ta’ālā dalam ayat lain juga mengatakan,

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ
Allāh subhānahu wa ta’ālā telah memberikan satu ketetapan agar engkau tidak beribadah, agar kalian tidak beribadah kecuali kepada Allāh. [QS Al-Isra: 23]
وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا
Dan Allāh juga telah memberikan ketetapan, kewajiban yang tidak bisa dihindari atau dielakkan agar kalian berbuat baik kepada orang tuamu. [QS Al-Isra: 23]
Dan tentu bukanlah perbuatan baik bila orang tuamu butuh sandang, anda mampu tapi anda berpangku tangan. Bukan termasuk berbuat baik kepada orang tua ketika orang tua membutuhkan pembiayaan perawatan untuk pengobatan, sedangkan anda mampu namun anda malah memilih acuh tak acuh. Sehingga apapun yang kuasa, apapun yang mampu dilakukan oleh anak dan itu dibutuhkan oleh orang tua maka itu wajib hukumnya untuk dilakukan sang anak.

Sebagaimana dahulu ketika sang anak masih balita, masih kanak-kanak (belum dewasa), orang tua mencurahkan semua yang dia miliki. Waktu, tenaga, pikiran, harta, apapun yang bisa dia lakukan akan dicurahkan oleh orang tua, demi apa? Demi mensejahterakan sang anak.

Bukan sekedar mencukupi pangan sandang, papan saja, tidak! Orang tua telah mencurahkan apa yang bisa dia lakukan demi kesejahteraan siapa? Sang anak. Mainan dibelikan, jajan diberikan. Bukan sekedar uang makan, tidak! Bahkan rekreasi diberikan, demi apa? Demi menyejahterakan, membahagiakan sang anak,

Maka ketika orangtua telah menginjak umur senja, maka hendaknya anak mengingat bagaimana dahulu pengorbanan orang tua. Bersikaplah bagaikan sikap orang tua kepada anaknya di saat anda masih balita dahulu. Curahkan semua yang bisa anda lakukan, demi apa? Demi kenyamanan, demi kebahagiaan orang tua anda. Karena ini adalah bentuk dari birrul walidain (بر الوالدين).

Ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini. Kurang dan lebihnya saya mohon maaf.

بالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.