F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-184 Nafkah Istri Bagian Kedua

Audio ke-184 Nafkah Istri Bagian Kedua
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 JUM’AT | 22 Shafar 1445 H | 08 September 2023 M
🎙 Oleh : Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-184

📖 Nafkah Istri (Bag. 2)


بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله و أصحابه ومن والاهاما بعد

Kaum muslimin dan muslimat peserta grup Dirosah Islamiyah yang semoga senantiasa dirahmati Allāh subhānahu wa ta’ālā.

Pada kesempatan ini saya mengajak Anda terutama kaum suami untuk memahami bagaimana dan seperti apakah kadar nafkah yang harus ditentukan oleh suami.

Al-Muallif rahimahullāhu ta'ālā mengawali pembahasan ini dengan mengatakan
ونفقة الزوجة الممكنة من نفسها واجبة وهي مقدرة

Nafkah seorang istri yang tunduk patuh kepada suami, tidak dalam kondisi membangkang, tidak dalam kondisi melawan, menentang suami.

Betul-betul menunaikan hak suami, betul-betul menerima sebab statusnya sebagai seorang istri dengan sukarela, betul-betul dia menghargai pilihan suaminya bahwa dia dipilih untuk menjadi istri, diapresiasi itu dengan ditunjukkan dia selalu menampakkan wajah yang ceria, wajah yang mencerminkan akan kebahagiaan, kedamaian, ketentraman, dan rasa berterima kasih telah dipilih sebagai istri.

Selama istri itu menunaikan hak suami maka suami wajib hukumnya menafkahi sang istri, sehingga dapat dipahami bila istri tidak taat, tidak patuh, atau menunjukkan sikap-sikap tabarrum (تَبَرُّمٌ) atau dalam bahasa Indonesia adalah sikap-sikap yang tidak empatik. Menunaikan hak namun dengan muka yang masam, menunaikan hak namun dengan muka yang cemberut, mencerminkan keterpaksaan, maka suami berhak atau boleh untuk tidak menafkahinya sebagai bentuk hukuman sosial, sebagai bentuk hukuman ekonomi kepada istri agar istri sadar bahwa sang istri dalam urusan nafkah sangat bergantung kepada suami.

Suami telah berjasa mencukupi semuanya, menafkahi semuanya. Suami telah mendedikasikan tenaga, waktu, pikirannya untuk apa? Untuk menyejahterakan sang istri. Makanya selama istri menunaikan hak, dia wajib dinafkahi. Namun ketika istri tidak mencerminkan sikap yang santun, sikap yang kooperatif untuk juga membahagiakan sang suami, maka suami boleh untuk tidak memberi nafkah.

Nah, boleh untuk tidak memberi nafkah. Karena hubungan suami istri itu harusnya hubungan yang seperti Allāh gambarkan.

وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً
Di antara tanda keagungan Allāh yaitu tatkala Allāh subhānahu wa ta’ālā menciptakan untuk kalian pasangan dari bangsa kalian sendiri sesama manusia.[QS Ar-Rum: 21]
لِّتَسۡكُنُوۤا۟ إِلَیۡهَا

Agar kalian wahai kaum suami, wahai kaum laki-laki mendapatkan ketenangan, kedamaian tatkala kalian sedang berada bersama istrimu. Baik kedamaian, ketenangan nafsu birahinya menjadi terkendali, emosionalnya, ketenangan batinnya, ketenangan pikirannya.

Kemudian Allāh nyatakan,

وَجَعَلَ بَیۡنَكُم مَّوَدَّةࣰ وَرَحۡمَةًۚ

Di antara suami dan istri itu, Allāh ciptakan pada diri masing-masing ada rasa مَّوَدَّةࣰ وَرَحۡمَةًۚ saling sayang menyayangi, saling kasih mengasihi, sehingga ada kesetiaan, ada kesadaran bahwa kebahagiaan dirinya terletak pada kebahagiaan pasangannya.

Bagi sang suami kebahagiaan dirinya adalah tatkala ia berhasil membahagiakan istrinya, dan kebahagiaan sang istri, kedamaian sang istri adalah tatkala dia berhasil membahagiakan dan menyejahterakan sang suami.

Inilah rumah tangga yang harmonis, tatkala orientasi suami adalah kebahagiaan istrinya, istri memiliki orientasi yang sebaliknya, yaitu kebahagiaan sang istri adalah tatkala dia berhasil menjadikan suaminya tersenyum, menjadikan suaminya ridha, dan kegagalan terbesar seorang suami adalah tatkala dia gagal menyejahterakan, gagal membahagiakan sang istrinya.

Menjadikan istrinya selalu cemberut, menyebabkan istrinya selalu mengernyitkan dahi (bermuka masam) karena kecewa, karena haknya terampas, atau kehormatannya terenggut. Sebaliknya pun demikian, ketika istri tidak mampu memenuhi harapan sang suami sehingga suaminya menjadi murka atau kecewa.

Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إلى فِرَاشِهِ فأبَتْ فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا فإن المَلَائِكَةُ تلعنها تُصْبِحَ
Kalau suaminya mengajak istrinya untuk berhubungan badan dan kemudian istrinya menolak (tidak menurutinya) sampai akhirnya suaminya pun kecewa, sehingga semalaman dia tidur dalam kondisi kecewa, maka malaikat akan mengutuknya (melaknatnya) hingga pagi hari.(Muttafaqqun ‘alaih)
Sebaliknya ketika suami gagal menyejahterakan, menjadikan istrinya merasa nyaman, merasa tentram maka itulah adalah dosa yang sangat besar, cukup untuk menceburkan menyebabkan suami tersungkur ke dalam neraka.

Karena itu kelak di hari kiamat orang yang paling ditakuti tatkala Allāh menghisab seluruh hamba-Nya, orang yang paling ditakuti oleh suami adalah istrinya.

يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ ▪ وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ ▪ وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ
Di hari kiamat setiap suami itu akan menjauh dari istrinya, menjauh dari orang-orang yang memiliki hak, saudaranya, anak istrinya, ayahnya, kenapa? Karena hak-hak mereka tidak tertunaikan sehingga mereka menuntut dihadapan Allāh subhānahu wa ta’āla.[QS ‘Abasa: 34-36]
كفى بالمرءِ إثمًا أن يُضَيِّعَ من يقوتُ
Cukuplah seseorang itu berdosa bila ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya.(HR Ahmad, Abu Dawud)
Kemudian Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam juga menyatakan,

لا يكرمها إلا كريم ولا يهينها إلا لئيم

Tidaklah ada orang atau lelaki yang selalu berhasil memuliakan wanita, memuliakan istrinya kecuali memang lelaki yang mulia, lelaki yang memang bermartabat. Dan tidaklah ada lelaki yang menghinakan istrinya, menelantarkan istrinya kecuali memang lelaki yang buruk hina dina.

Subhanallāh. Keberhasilan, sukses seorang lelaki diukur dari seberapa besar dia berhasil memuliakan, menyejahterakan sang istri.

Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خيرُكم خيرُكم لأهلِه

Orang yang paling baik, orang yang paling sukses, orang yang paling mulia di antara kalian adalah orang yang paling sukses, paling mulia, paling berhasil memuliakan istrinya.

وأنا خيرُكم لأهلي

Dan aku adalah orang yang paling sukses dari kalian dalam memuliakan, menyejahterakan, memuliakan istriku.

Ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini, kurang dan lebihnya saya mohon maaf.

بالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.