F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Tazkiyatun Nufus – 14 – Sebab Tazkiyatun Nufus 8 - Menyibukkan Diri dengan Amalan yang Paling Utama

Sebab Tazkiyatun Nufus 8 - Menyibukkan Diri dengan Amalan yang Paling Utama
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
📘 Tazkiyatun Nufus : ❝ SEBAB-SEBAB TAZKIYATUN NUFUS #8 - MENYIBUKAN DIRI DENGAN AMALAN YANG PALING UTAMA ❞
Dosen : Ustadz Beni Sarbeni, Lc, M.Pd Hafidzhahullah Ta'ala
🎧 Simak Audio 🎧

Sebab-Sebab Tazkiyatun Nufus #8 - Menyibukan Diri dengan Amalan yang Paling Utama

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه وَمَنْ وَالاَهُ. أمَّا بعد

Sahabat belajar Islam yang semoga diberkahi oleh Allah Rabbul alamin, kita lanjutkan kajian Tazkiyatun Nufus dan masih membahas tentang sebab-sebab Tazkiyatun Nufus (Sucinya Jiwa),

Sebab Keenam: Menyibukkan Diri dengan Amalan-amalan yang Paling Utama

Manusia jika tidak sibuk dengan kebaikan maka bisa jadi dia sibuk dengan keburukan. Oleh karena itu sibukkanlah kita dengan kebaikan.

Kebaikan pun itu bertingkat-tingkat ada yang sifatnya amalan-amalan utama, ada juga amalan yang paling utama. Nah, di antara sebab Tazkiyatun Nufus adalah sibuk dengan amalan yang paling utama.

Saya berikan contoh: Waktu antara adzan dan Iqomah
Ketika seseorang mengisi waktu antara adzan dan Iqomah dengan membaca Al-Quran tentunya ini adalah amalan yang utama, tapi ada yang lebih utama lagi yaitu berdoa, karena sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi bahwa "doa antara dua adzan (adzan dan iqomah) itu tidak akan ditolak". Dan banyak lagi contoh-contoh yang lain.

Diantara sebab tazkiyatun nafs (pensucian jiwa) adalah menyibukkan diri dengan amalan-amalan paling utama yang tentunya itu disesuaikan dengan perbedaan keadaan, tempat dan waktu. Karena setiap waktu ada keutamaannya masing-masing, keadaan seseorang pun berbeda-beda, tempat pun berbeda-beda. Jadi, seorang hamba melakukan ketaatan kepada Allah sesuai dengan keadaannya di waktu tersebut.

Jika keadaan dirinya adalah paling tepat untuk berdakwah, maka sibukkanlah dengan mendakwahi orang-orang dan membimbing mereka. Dia seorang da'i, punya ilmu dan masyarakat sekitar sangat amat membutuhkan. Kemudian jika keadaan dirinya adalah paling pas untuk menuntut ilmu, ia pun lebih sibuk untuk menuntut ilmu, seperti para santri yang ada di pesantren maka paling utama baginya tholabul ilmi. Dan jika keadaan dirinya adalah paling tepat untuk membantu orang lain dan memenuhi hajat mereka, maka sibukkanlah dengannya. Orang-orang kaya, secara keilmuan kalau untuk berdakwah dalam arti menyampaikan ilmu dia tidak mampu, masih minim keilmuannya, sementara dia punya harta, banyak orang yang membutuhkan di sekitarnya, maka sibukanlah dengan membantu mereka

Oleh karena itu, ibadah bisa lebih utama menurut kadar kemanfaatannya bagi banyak orang. Semakin manfaatnya lebih luas maka semakin utama. Terkadang zaman yang ada, ada zaman yang penuh dengan kefakiran dan serba butuh, maka berinfak untuk orang-orang yang memerlukan dan memenuhi kebutuhan mereka lebih utama daripada sibuk beribadah yang manfaatnya hanya terbatas untuk diri sendiri.

Orang kaya dia punya harta. Mana yang lebih utama dia umroh atau membagikan hartanya kepada fakir miskin sementara dia sudah menunaikan umrah yang wajib? Kalau dia pergi umroh maka manfaatnya hanya untuk diri sendiri tapi ketika dia membagikan uangnya kepada fakir miskin atau kepada para penuntut ilmu yang sangat membutuhkan maka tentunya itu lebih utama. Kenapa? karena kebaikan yang manfaatnya luas untuk orang lain, itu lebih baik daripada kebaikan yang manfaatnya hanya untuk diri sendiri.

Adapun bila keadaannya penuh fitnah yang melanda banyak orang dan merancukan perkara-perkara agama ini bagi mereka, maka menjelaskan kebenaran dan menghilangkan syubhat merupakan sebaik-baik keadaan yang tidak bisa digantikan yang lain.

Seperti zaman kita sekarang ini penuh dengan subhat (kerancuan) dalam agama karena "kebodohan itu melebar luas". Nah, di antara kebaikan yang sangat-sangat utama di zaman kita sekarang ini adalah menjelaskan sunnah, menjelaskan ajaran nabi, menjelaskan tauhid, membedakan mana yang tauhid dan mana yang syirik, mana yang sunnah dan mana yang bid'ah, maka di zaman kita sekarang ini apalagi di negeri kita sekarang ini, itu sangat amat membutuhkan. Dan di sini membutuhkan kerjasama yang baik dari berbagai lapisan masyarakat muslim, ulamanya, para penuntut ilmu, orang-orang kaya dan yang lainnya harus bersinergi.

Jika seorang hamba benar-benar memahami persoalan ini dengan perhatian yang baik, maka ia akan menyibukkan diri dengan seutama-utama amal ibadah yang sesuai dengan waktu, tempat dan keadaannya.

Jadi ini disebut dengan fiqhul aulawiyah (fiqih prioritas) mana amal yang lebih utama, mana amal yang paling utama dan mana amal yang utama. Dia punya kemampuan untuk memilih-milih amal sehingga dia akan melakukan amalan yang paling utama.

Sedangkan jika ia tidak memiliki ilmu dan pemahaman yang cukup, maka bisa jadi ia sibuk dengan amalan yang tidak lebih utama, lalu ia pun terluput banyak amal-amal yang utama. Para ulama menganggap bahwa persoalan ini termasuk perangkap setan, maksudnya orang yang meninggalkan amalan paling utama walaupun dia sibuk dengan amalan yang baik tapi dia meninggalkan amalan yang lebih utama artinya dengan seperti itu dia terperangkap setan. Seperti dihari jum'at keutamaannya adalah baca sholawat, lalu sibuk dia dengan perkara-perkara lain, padahal di hari Jumat sangat diutamakan membaca sholawat. Dalam keadaan seperti itu maka dia terperangkap setan.

Ini sebagaimana penyebutan Al Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah ketika menjelaskan tentang hambatan dalam bentuk perangkap setan, beliau mengatakan:

Hambatan keenam; yakni, hambatan dalam bentuk amalan-amalan ketaatan yang tidak lebih utama. setan membisikinya, memperindah dalam pandangannya, dan menghiasinya.

Setan menampakan padanya bahwa itu amalan utama dan menguntungkan, supaya ia sibuk dengannya dari amalan-amalan yang lebih utama dan lebih agung hasil dan keuntungannya.

Seperti orang yang punya uang dia sibuk bolak-balik umroh akan tetapi dia tidak membantu saudara-saudaranya yang ada di sekitarnya, padahal mereka dalam keadaan butuh. Coba tadi uang yang digunakan dia untuk berangkat umroh jika diberikan kepada orang-orang yang tidak mampu maka kemanfaatannya keutamaannya juga lebih besar.

Walhasil, orang tersebut justru sibuk dengan yang tidak lebih utama, di waktu yang sama ia pun meninggalkan amalan yang lebih utama, dia sibuk dengan amalan tidak lebih kuat sambil meninggalkan amalan yang lebih kuat, dia sibuk dengan amalan yang tidak lebih dicintai oleh Allah sementara dia meninggalkan amalan yang lebih dicintai oleh Allah Azza wa Jalla, ia pun sibuk dengan amalan yang tidak lebih diridhoi oleh Allah kendati pun meninggalkan amalan yang lebih diridhoi oleh Allah Subhanahu wa taala.

Karena itu penulis (Syaikh Ibrahim Ar Ruhaili) menulis buku tentang "perbedaan amal dari sisi keutamaan, mana yang lebih utama dan mana yang tidak lebih utama" diterjemahkan dalam bahasa Indonesia judulnya "Rahasia Keutamaan Amal".

Kalau begitu, tingkatan ini termasuk tingkatan tingkatan pengelabuan setan untuk menyibukkan seorang hamba dengan ibadah yang kurang utama, supaya terluput darinya amal-amal ibadah utama yang itu lebih utama dari amalan yang ia sibuk dengannya.

Semua urusan ini kembalinya kepada Taufik dari Allah Azza wa Jalla, kemudian berbagai sebab yang dilakukan oleh seorang hamba, seperti berdoa kepada Allah, bertawakal kepada-Nya dan sebab-sebab lainnya yang telah disebutkan sebelumnya.

Para sahabat yang dimuliakan oleh Allah, demikianlah materi yang bisa saya sampaikan semoga bermanfaat.

Akhukum fillah
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.