F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Tazkiyatun Nufus – 13 – Sebab-sebab Tazkiyatun Nufus Bagian 7 - Bersyukur kepada Allah atas Taufik-Nya

Tazkiyatun Nufus – 13 – Sebab-sebab Tazkiyatun Nufus Bagian 7 -  Bersyukur kepada Allah atas Taufik-Nya
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
📘 Tazkiyatun Nufus : ❝ SEBAB-SEBAB TAZKIYATUN NUFUS #7 - BERSYUKUR KEPADA ALLAH ATAS TAUFIK-NYA ❞
Dosen : Ustadz Beni Sarbeni, Lc, M.Pd Hafidzhahullah Ta'ala
🎧 Simak Audio 🎧

Sebab-sebab Tazkiyatun Nufus #7 - Bersyukur kepada Allah atas Taufik-Nya

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sahabat belajar Islam yang semoga senantiasa diberikan pertolongan oleh Allah dalam menjalankan segala kebaikan, kita lanjutkan kajian kitab Tazkiyatun Nufus. Masih membahas tentang sebab-sebab Tazkiyatun Nufus (Sucinya Jiwa),

Sebab Kelima: Bersyukur kepada Allah atas Taufik-Nya Bagi Hamba Untuk Berbagai Amal Ketaaatan

Kita ini bisa melakukan ketaatan semata-mata pertolongan dari Allah, kalau bukan karena pertolongan Allah kita nggak akan mampu untuk melakukan ketaatan. Allah yang menjadikan kita sebagai seorang muslim, Allah yang menjadikan kita bisa di atas Sunnah (ajaran) Nabi. Rasul pernah berpesan kepada Muadz bin Jabal bahwa jangan sampai engkau tinggalkan doa di akhir shalat, yaitu doa sebagai berikut:

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

‘ALLAAHUMMA A’INNII ‘ALAA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI ‘IBAADATIK
(Ya Allah, tolonglah aku dalam berdzikir, bersyukur, dan beribadah yang baik kepada-Mu).’ (HR. Abu Daud no. 1522 dengan sanad shahih)

Itulah pertolongan Allah sehingga kita bisa taat kepada-Nya.

Dan diantara sebab Tazkiyatun Nafs (pencucian jiwa) adalah seorang hamba memuji Allah tatkala Allah memberinya Taufik sehingga dia bisa mengerjakan amal ketaatan. Dalam sebuah hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Al Imam Muslim dikatakan,

فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلَا يَلُومَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ
"Siapa saja mendapati kebaikan maka pujilah Allah. Dan siapa saja mendapati selain itu, maka janganlah ia mencela kecuali terhadap dirinya sendiri" (HR Muslim)
Seorang hamba, apabila Allah menetapkan dirinya di atas ketaatan, hendaklah dia menyadari bahwa ini merupakan taufik (pertolongan) dari Allah Azza wa Jalla untuk dirinya, juga menyadari bahwa ini adalah Karunia Allah Azza wa Jalla bagi dirinya.

Jika dia menyadari hal itu maka di dalamnya banyak memberikan faedah baginya, diantaranya:

Faedah Pertama

Apabila seorang hamba memuji Allah Azza wa Jalla atas karunia-Nya berupa ketaatan yang ia lakukan, berarti ia telah bersyukur atas nikmat tersebut. Syukur adalah pengikat nikmat. Semakin seorang bersyukur semakin nikmat itu langgeng bahkan bertambah sesuai dengan janji Allah. Seorang yang bersyukur atas nikmat taufik dari-Nya berupa amal ketaatan seraya dia mengucapkan,
"Ya Allah, apa saja amal ketaatan yang Engkau tetapkan atas diriku, semua itu dari-Mu. Maka aku memohon kepada-Mu agar Engkau menerimanya dariku"
Sungguh, ini merupakan sebesar-besarnya sebab diterimanya amal, juga merupakan sebab dia bisa Istiqamah tetap di atas amal tersebut, karena ia selalu memuji Allah karenanya. Ia pun menyadari bahwa ini semua dari Allah. Berbeda dengan orang yang menisbatkan amal-amal ketaatan kepada dirinya sendiri, ia menunaikannya berdasarkan daya dan upayanya semata, maka sungguh ini adalah sebab kehancuran dan tidak adanya Taufik. Bahkan sangat dikhawatirkan Allah akan mencabut nikmat itu dari hamba tersebut

Faedah Kedua

Diantara pengaruh (faedah) dari memuji Allah atas amal ketaatan, bahwa apabila seorang hamba menyadari ketaatannya merupakan karunia Allah kepada dirinya, niscaya hal itu melahirkan sikap menghinakan diri dan ketundukan di hadapan Allah serta mematahkan sifat 'ujub pada dirinya, sehingga tidak didapati sifat berbangga-bangga dengan amalnya, tidak juga berbangga-bangga dengan ibadahnya. Ia menjadi pribadi yang menghinakan diri dan tunduk kepada Rabb-nya. Hal ini termasuk perkara yang akan menambahkan ketinggiannya disisi Allah Ta'ala. Karena itulah, para salaf dahulu menjadikan amal ibadah mereka lebih utama bersamaan dengan sikap menghinakan diri dan mematahkan sifat 'ujub.

Kenapa amal mereka lebih utama? karena mereka tunduk kepada Allah menghinakan diri di hadapan Allah, bahkan diantara kalimat yang sering diucapkan oleh mereka adalah, "La haula wala quwwata illa billah, tidak ada daya tidak ada upaya kecuali dari Allah".

Mutharrif bin Abdillah Asy Syakhkhir Rahimahullah berkata,

لَأَنْ أَبِيْتَ نَائِمًا وَأُصْبِحَ نَادِمًا أَحَّبُ إِلَيَّ مِنْ أَنَ أَبِيْتَ قَائِمًا وَأُصْبِحَ مُعْجَبًا
"Aku lalui malam dengan tidur aku jumpai pagi hari dalam keadaan menyesal, hal itu lebih aku cintai daripada aku lalui malam dengan qiyamul lail dan aku jumpai pagi harinya dengan rasa bangga dengannya" (Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalm Hilyatul Auliyaa II/200)
Karena sesungguhnya maqam (kedudukan) 'ubudiyyah itu adalah kehinaan diri, ketundukan dan mematahkan sifat 'ujub di hadapan Allah Azza wa Jalla. Sedangkan keadaan orang yang merasa tinggi lagi sombong dengan amal ibadahnya bukanlah keadaan 'ubudiyyah (penghambaan), ia hanyalah perangkap setan.

Tatkala seorang hamba menyadari bahwa ketaatannya adalah karunia dari Allah, maka ia pun memuji Allah karenanya -seperti yang telah kami katakan mengenai dosa yaitu ia menyadari bahwa dosa adalah perbuatannya sendiri- dan bahwa ketaatan adalah Karunia dan Taufik dari Allah.

Hal ini di antara sebab paling utama yang dengannya jiwa bersih (suci). Yaitu, selama seorang hamba mengetahui bahwa kebaikan yang ditetapkan baginya, maka ditetapkan baginya, maka itu merupakan Taufik Allah bagi dirinya; dan dosa-dosa yang ia perbuat, maka itu disebabkan dosanya dan sikap meremehkannya.

Siapa saja yang keadaannya demikian, maka sangat diharapkan ia akan senantiasa mendapatkan hidayah dan taufik, serta istiqamah di atas ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla, disebabkan ia sangat berbaik sangka kepada Allah dan senantiasa menuduh dirinya yang lalai akan hak Allah Azza wa Jalla.

Para pemirsa sekalian yang dimuliakan oleh Allah Rabbul alamin inilah sebab kelima sehingga jiwa menjadi suci

Semoga bermanfaat

Akhukum fillah
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.