F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Tazkiyatun Nufus – 12 – Menjaga Diri dari Dosa dan Maksiat dengan Mengetahui Peleburnya 02

Tazkiyatun Nufus – 12 – Menjaga Diri dari Dosa dan Maksiat dengan Mengetahui Peleburnya 02
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
📘 Tazkiyatun Nufus : ❝ SEBAB-SEBAB TAZKIYATUN NUFUS #6 - MENJAGA DIRI DARI DOSA DAN MAKSIAT DENGAN MENGETAHUI PELEBURNYA (BAG.2) ❞
Dosen : Ustadz Beni Sarbeni, Lc, M.Pd Hafidzhahullah Ta'ala
🎧 Simak Audio 🎧

Sebab-Sebab Tazkiyatun Nufus #6 Menjaga Diri dari Dosa dan Maksiat dengan Mengetahui Peleburnya (bag.2)

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sahabat Belajar Islam yang semoga senantiasa dalam keadaan sehat wal afiat. Kita lanjutkan kajian kitab Tazkiyatun Nafs (Pensucian jiwa) dan kita masih membahas sebab-sebab tazkiyatun nafs,

Sebab Keempat : Menjaga Diri dari Dosa-dosa dan Maksiat, Serta Mengetahui Pelebur-Peleburnya Bag. 02

Pada kajian sebelumnya diantara faedah yang sangat penting bahwa di antara sebab paling besar dalam menjaga diri adalah apa yang disebut dengan saddud dzaraa'i (menutup segala pintu) yang bisa mengantarkan seorang hamba kepada perbuatan maksiat. Karena itulah dalam hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ باِمْرَأَةٍ إِلاَّكاَنَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ
"Tidaklah seorang lelaki berduaan dengan seorang wanita, melainkan yang ketiganya adalah syaiton"
Disini Nabi Shallallahu alaihi wasallam melarang seorang lelaki berduaan dengan wanita ajnabi (wanita lain), kenapa? karena perbuatan berduaan ini bisa mengantarkan seseorang kepada perbuatan zina. Inilah yang disebut dengan saddud dzaraa'i (menutup segala celah) perbuatan dosa.

Sebenarnya mudah bagi seorang hamba untuk menjauhi sebab-sebab datangnya fitnah dari awalnya. Karena itulah Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata,
"Sebenarnya sesuatu yang mengendap di hati itu diawali oleh lintasan pikiran. Jika lintasan pikiran itu bisa ditolak, niscaya hati bisa beristirahat dari apa yang terjadi setelahnya. Adapun jika lintasan pikiran itu tidak ditolak, maka lintasan pikiran semakin kuat kemudian menjelma menjadi was-was (bisikan hati) sehingga menolaknya akan lebih sulit.

Maka seharusnya bersegera dan menolaknya. Jika tidak, niscaya was-was itu akan semakin kuat lalu menjelma menjadi syahwat (keinginan). Maka ini pun seharusnya segera diobati. Jika tidak, niscaya syahwat akan menjelma menjadi iraadah (kehendak atau keinginan yang sangat menggebu). Maka seharusnya ini pun segera diobati. Jika tidak, niscaya iraadah itu menjelma menjadi 'aziimah (tekad yang kuat). Kapan saja sampai di sini keadaannya, niscaya tidak mungkin lagi menolaknya. Ia akan melanjutkannya dengan perbuatan. Tidak bisa tidak." (At-Tibyaan fii Aqsaamil Qur'aan hlm.263)
Jika seorang hamba memperhatikan dengan baik rincian-rincian di atas (rincian yang dibawakan oleh imam Ibnul Qayyim) niscaya ia dapati bahwa saddud dzaraa'i (menutup celah keburukan) adalah dengan menundukkan pandangan dari wanita dan dari gambar-gambar yang diharamkan (ini jika kita berbicara masalah zina, maka saddud dzaraa'i nya adalah menundukkan pandangan dari wanita dan dari gambar-gambar yang diharamkan), demikian pula dengan menjauhi tempat-tempat fitnah seperti pasar dan majelis-majelis orang awam yang tidak peduli terhadap agama mereka sendiri. Sebaliknya, perbanyaklah duduk bersama orang-orang Shalih, sering berdiam di masjid, dan uzlah (mengasingkan diri) dengan hanya tinggal di rumah ketika munculnya fitnah. Juga tidak bergaul bebas dengan orang-orang yang tidak baik. Semua ini termasuk sebab terbesar dalam penjagaan diri dari dosa-dosa dan dan maksiat.

Oleh karena itu, kaum salaf di zaman dulu memandang bahwa uzlah itu sudah tiba waktunya. Hal itu karena banyaknya keburukan dan tersebarnya fitnah. Akan tetapi, uzlah -tentunya- memiliki hukum-hukum, syarat-syarat, dan aturan-aturan yang mesti dipahami dengan baik. Orang yang uzlah di atas ilmu dan pemahaman agama, dengan tetap menunaikan kewajiban-kewajiban agama, seperti shalat berjamaah di masjid-masjid dan kewajiban lainnya, maka ia ada dalam kebaikan.

Adapun orang yang uzlah di atas kebodohan bisa jadi setan merasukinya dan merancukan agamanya. Karena ada sebagian orang yang memahami uzlah itu dalam arti mengasingkan diri sampai meninggalkan shalat berjamaah, meninggalkan kewajiban untuk berdakwah, dan yang lain. Tentunya ini tidak benar.

Uzlah mengasingkan diri bukan berarti meninggalkan kewajiban, tetap salat berjama'ah, berdakwah, mengajar manusia kebaikan, dan seterusnya. Tapi dia meninggalkan tempat-tempat fitnah atau tempat-tempat yang bisa menjadikan sebab dia terjerumus dalam keburukan.

Sahabat sekalian yang dimuliakan oleh Allah Rabbul 'alamin, Demikianlah sebab keempat diantara sebab-sebab Tazkiyatun Nufus. Semoga apa yang saya sampaikan ini bermanfaat.

Akhukum fillah
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.