F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Tazkiyatun Nufus – 10 – Sebab Tazkiyatun Nufus 4 - Tingkatan Manusia Ketika Melakukan Dosa bag.3

Tazkiyatun Nufus – 10 – Sebab-sebab Tazkiyatun Nufus Bagian 4 - Tingkatan Manusia Ketika Melakukan Dosa (bag.3)
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
📘 Tazkiyatun Nufus : ❝ SEBAB-SEBAB TAZKIYATUN NUFUS #4 - TINGKATAN MANUSIA KETIKA MELAKUKAN DOSA (BAG.3) ❞
Dosen : Ustadz Beni Sarbeni, Lc, M.Pd Hafidzhahullah Ta'ala
🎧 Simak Audio 🎧

Sebab-Sebab Tazkiyatun Nufus #4 - Tingkatan Ketiga Manusia Ketika Melakukan Dosa

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه وَمَنْ وَالاَهُ. أمَّا بعد

Sahabat Belajar Islam yang semoga senantiasa ada diatas Islam dan Sunnah. Kita lanjutkan kajian kitab Tazkiyatun Nafs, masih membahas tentang tingkatan orang-orang yang melakukan dosa (setelah dia melakukan dosa)

Tingkatan keempat :

Yakni, sebagian manusia setelah berbuat dosa, ia menyadari bahwa itu adalah dosanya sendiri, kemudian dia beristighfar dan berusaha mencari hikmah Allah terhadap ditakdirkannya dosa tersebut atas dirinya. Dia bertanya, untuk apa Allah takdirkan dosa tersebut atas dirinya?. Dia pun mencermati keadaan dirinya, sampai ia menyadari bahwa dosa yang ia perbuat disebabkan oleh dosa lain yang sebelumnya pernah ia lakukan.

Demikianlah yang dilakukan oleh sebagian kaum salaf, yang di tatkala terjatuh pada perbuatan dosa, mereka pun mengatakan bahwa ini disebabkan oleh dosa-dosa yang pernah mereka perbuat sebelumnya.

Ibnu Sirin Rahimahullahu pernah berkata

إني لأعرفُ الذنبَ الذي حُمِّلَ عليَّ به الدَّينُ
"Aku benar-benar mengetahui sebuah dosa yang karenanya aku harus menanggung hutang"

Beliau pun ditanya, "Dosa apakah itu?" Beliau menjawab, "40 tahun yang lalu, aku pernah mengatakan kepada seseorang, 'Hai orang yang bangkrut'" (Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam kitabnya Hilyatul Auliyaa II/271)

Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullahu juga pernah berkata,

حُرِمْتُ قِيَام اللَّيْلِ بِذَنْبٍ أَحْدَثْتُهُ مُنْذُ خَمْسَةَ أَشْهُرٍ
"Aku dicegah mengerjakan qiyaamul lail disebabkan satu dosa yang pernah aku perbuat lima bulan yang lalu" (Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam kitabnya Hilyatul Auliyaa VII/17)

Sufyan Ibnu 'Uyainah Rahimahullahu berkata,

كُنْتُ أُوْتِيْتُ فَهمَ القُرْآنِ، فَلَمَّا قَبِلْتُ الصُّرَّةَ سُلِبْتُهُ
"Aku dikaruniai ilmu memahami Al-quran lalu, ketika aku menerima pemberian penguasa, ilmu itu dicabut dariku"(Tadzkiratus saami' wal Mutakallim I/12)
Demikianlah kedudukan para ahli fiqih yang mengamalkan ilmunya. Mereka mengetahui bahwa Allah maha bijaksana. - Diantara nama Allah Al hakim (maha bijaksana) Allah tidak akan meletakkan sesuatu kecuali dengan sangat adil - Tidaklah Allah Azza wa Jalla mentakdirkan terjadinya suatu dosa melainkan disebabkan oleh dosa lain sebelumnya. Maka, mereka pun bersungguh-sungguh meneliti berbagai sebab yang karenanya Allah mentakdirkan dosa lainnya seraya beristighfar (memohon ampun) dari seluruh dosa yang diperbuat. Sikap inilah yang diharapkan sehingga para pelakunya diberi taufik pertolongan oleh Allah untuk melakukan banyak kebaikan dan meninggalkan banyak perbuatan dosa.

Jadi bukan hanya dia bertobat dari perbuatan-perbuatan dosa tapi dia pun berintrospeksi diri, muhasabah dia yakin bahwa perbuatan dosa ini merupakan hukuman dari Allah yang muncul akibat perbuatan dosa yang pernah dilakukan sebelumnya.

Selama mereka di atas derajat ini yaitu muraaqabah (merasa diawasi) oleh Allah Azza wa Jalla, mengenali berbagai macam dosa, mengenal sebab-sebab ditakdirkannya dosa, serta meneliti sebab-sebab yang karenanya Allah mentakdirkan dosa-dosa atas mereka, seperti itulah keadaan mereka.

Dengan penjelasan di atas, jelaslah perbedaan kedudukan manusia setelah mereka melakukan dosa. Bandingkan orang yang mengatakan bahwa Allah telah mentakdirkan ia melakukannya dan ia pun dalam keadaan terpaksa, dengan orang yang menyadari bahwasanya ia sendiri yang berbuat dosa, Allah ta'ala maha bijaksana, di mana Allah tidak mentakdirkan ia melakukan dosa kecuali karena dosa lain sebelumnya, lalu ia pun memuji Allah dan membenci jiwanya (yang telah berbuat dosa), ia pun beristighfar kepada-Nya seraya berdoa kepada-Nya pula? sungguh sangat jauh berbeda antara dua kedudukan di atas.

Jadi kelompok yang paling buruk tadi, orang yang setelah melakukan dosa Lalu menisbatkannya kepada Allah. Ya sudah takdir…, adapun yang paling baik adalah orang yang setelah melakukan perbuatan dosa ia menyadari bahwa dosa itu muncul disebabkan oleh dosa yang lain, lalu dia berintrospeksi diri. Adapun Allah, Allah maha adil tidak akan meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya, sehingga dia memuji Allah, beristighfar kepada Allah, bertaubat. Jadi berbeda diantara dua keadaan ini

Sahabat sekalian demikianlah pembahasan tentang tingkatan-tingkatan sikap seseorang setelah mereka melakukan perbuatan dosa. Semoga materi yang saya sampaikan ini dipahami dengan baik dan tentunya bermanfaat.

Akhukum fillah
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.