F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Tiga Landasan Utama – e – Tawakkal adalah Ibadah

Tiga Landasan Utama – 17 – Tawakkal adalah Ibadah - TSALATSATUL USHUL
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
Grup WhatsApp BELAJAR ISLAM
Pembina : Ustadz Beni Sarbeni, Lc.
https://bis.belajar-islam.net
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
Materi : 📚 TSALATSATUL USHUL 📖 Tawakkal adalah Ibadah
Pemateri : Ustadz Beni Sarbeni, Lc. Hafidzhahullahu Ta'ala

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه وَمَنْ وَالاَهُ. أمَّا بعد

Sahabat Belajar Islam yang semoga diberkahi oleh Allah Rabbul alamin. Kita lanjutkan kajian kitab Tsalatsatul Ushul. Kajian kali ini berjudul,

Tawakal adalah ibadah

Penulis Rahimahullah berkata,

ودليل الخوف قوله تعالى : { وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ }

Dalil tawakal adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala (yang artinya) "Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu benar-benar orang yang beriman".(QS. Al-Maidah : 23)

وَ قَوْلُهُ : {وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ...}

Demikian pula firman Allah Ta'ala (yang artinya) "Dan barangsiapa saja yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah mencukupkan keperluannya".(QS. Ath-Thalaq: 3)

Ada beberapa faedah yang ingin saya sampaikan dari perkataan penulis di atas:

Tiga Landasan Utama – 17 – Tawakkal adalah Ibadah - TSALATSATUL USHUL

1. Apa itu Tawakal

Imam Ibnu Rajab Rahimahullah mengatakan bahwa,

"Tawakal itu adalah hati yang bersandar secara jujur kepada Allah Azza wa Jalla dalam mendapatkan kemaslahatan dan menolak keburukan baik pada urusan dunia maupun akhirat secara keseluruhan". (Jami’ul Uluum wal Hikam 2/495)

Jadi tawakal itu amalan hati, tawakal disebut demikian jika menggabungkan dua perkara:
  • Tafwidh (Menyerahkan) seluruh urusan kepada Allah
  • Tidak melihat sebab setelah melakukannya
Artinya seorang yang bertawakal dia tetap melakukan berbagai sebab, tapi jika sudah dilakukan maka sebab itu tidak dilihat lagi. Tafwidh/Menyerahkan urusan kepada Allah dan tidak melihat sebab setelah melakukan adalah dua amalan hati. Nah, ketika seorang mukmin telah melakukan sebab yang merupakan bagian dari tawakal maka dia tidak melihatnya. Hal itu karena dia tahu bahwa sebab saja tidak bisa mewujudkan apa yang ia inginkan. Karena terwujudnya apa yang diinginkan itu dengan beberapa perkara,
  • Sebab
  • Tempat dalam diri kita yang layak
  • Tidak adanya perkara yang menghalangi
Sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Sholeh Alu Syaikh dalam Syarh Tsalatsatul Ushul.

Contohnya obat (merupakan sebab). Sebagaimana diperintahkan oleh Baginda Nabi Shallallahu alaihi Wasallam "Berobatlah kalian". Nah sebab ini tidak menimbulkan kesembuhan dengan sendirinya, dia membutuhkan hal lain yakni, kondisi badan yang layak untuk menerima obat tersebut dan tidak ada zat lain yang kontradiksi dengan obat tersebut. Bahkan ada perkara lain yang jauh lebih penting yaitu izin dari Allah Subhanahu wa ta'ala bahwa obat tersebut bisa memberikan pengaruh.

Jadi sekali lagi saya sampaikan tawakal itu disebut tawakal jika menggabungkan dua perkara yang pertama sikap menyerahkan urusan kepada Allah yang kedua tidak melihat sebab setelah melakukannya. Adapun sebelumnya dia berusaha mencari sebab (berikhtiar) dan menimbang mana sebab yang lebih cocok bagi dirinya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Majm'u Al-Fataawaa beliau berkata, 
"Memperhatikan sebab (setelah melakukannya) adalah syirik dalam tauhid. Menafikan sebab sebagai sebab adalah cacat dalam akal dan berpaling dari sebab secara keseluruhan adalah cacat dalam syariat".
"Memperhatikan sebab (setelah melakukannya) adalah syirik dalam tauhid" (penj, Seolah-olah sebab itu yang memberikan pengaruh secara sendirinya. Fokus dalam sebab adalah kesyirikan dalam tauhid).

"Menafikan sebab sebagai sebab adalah cacat dalam akal" (penj. Menafikan sebab juga cacat dalam akal. Jadi ketika seseorang sama sekali tidak melakukan sebab itu cacat dalam akalnya.

Bahkan, "berpaling dari sebab secara keseluruhan adalah cacat dalam syariat". kenapa? karena syariat memerintahkan kita untuk melakukan sebab. Sebagaimana perintah nabi untuk berobat. Demikian pula perintah nabi kepada seseorang untuk mengikat untanya. "Ikat dulu itu unta baru serahkan kepada Allah".

Syaikhul Islam berkata,
"Barang siapa yang ingin menjadi manusia paling kuat maka bertawakallah kepada Allah" (Kitab Amrodul Qulub wa Syifauha)
Tiga Landasan Utama – 17 – Tawakkal adalah Ibadah - TSALATSATUL USHUL

Kemudian Imam Ibnu Qayyim al-Jauzi dalam kitabnya Madarij As-Saalikiin 2/394-395) beliau berkata,
"Tidak akan lurus tawakal seorang hamba sehingga sah tauhidnya,bahkan hakikat tawakal adalah hati yang bertauhid. Selama dalam dirinya masih ada ikatan-ikatan yang mengandung kesyirikan, maka tawakalnya itu rusak. Tawakal itu sesuai dengan kadar tauhid dalam dirinya. Semakin seseorang itu mentauhidkan Allah semakin kuat tawakalnya kepada Allah karena ketika seorang hamba fokus kepada selain Allah, maka sikapnya itu akan mengambil tempat dalam hati, akhirnya nilai tawakal itu berkurang seluas tempat yang telah diambilnya.

Dari sinilah sebagian orang menduga bahwa tawakal itu tidak sah kecuali dengan menolak sebab. Ini benar, akan tetapi menolaknya dengan hati bukan dengan anggota badan. Tawakal itu tidak sempurna kecuali dengan hati yang menolak sebab sementara anggota badan tetap melakukannya".
Tiga Landasan Utama – 17 – Tawakkal adalah Ibadah - TSALATSATUL USHUL

2. Macam-macam Tawakal

Syaikh Muhammad Ibnu Sholeh Al-Utsaimin dalam Syarah Tsalatsatul Ushul beliau berkata,

Ketahuilah bahwa tawakal itu bermacam-macam:
  1. Bertawakal kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, ini merupakan kesempurnaan iman dan tanda benarnya iman. hukumnya wajib dan iman tidak sempurna kecuali dengannya.
  2. Tawakal sirr (sesuatu yang lembut yang rahasia) yakni bersandar kepada mayit untuk mendapatkan sesuatu yang bermanfaat atau menolak mudharat (sesuatu yang buruk). Ini termasuk syirik akbar karena tawakal seperti ini tidak akan muncul kecuali dari orang yang meyakini bahwa mayit memiliki kemampuan untuk mengatur alam. Tidak ada bedanya apakah dia seorang nabi, seorang wali atau bahkan Thaghut (musuh Allah).
  3. Bertawakal kepada yang lain yang masih hidup dalam hal yang mampu dilakukan olehnya, dengan merasakan ketinggian martabatnya dan rendah martabat orang yang bertawakal kepadanya. Misalnya, orang yang bersandar dalam kebutuhan hidup kepada yang lain. Nah, ini termasuk syirik asghar. Dia bersandar (bertawakal) kepada atasannya atau bertawakal kepada kawannya dalam kebutuhan hidupnya dengan merasakan rendah martabatnya di hadapannya. Seperti ini tidak boleh dan ini termasuk syirik Asghar

    Adapun jika ia hanya bersandar dengan merasakan bahwa orang yang menjadi sandaran hanya sebatas sebab sedangkan yang mentakdirkannya adalah Allah maka itu tidak mengapa. Seperti seorang anak bersandar kepada orang tua dan ia meyakini bahwa orang tuanya hanya sebatas sebab adapun yang memberikan rizki adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Yang seperti ini tidak tidak mengapa
Tiga Landasan Utama – 17 – Tawakkal adalah Ibadah - TSALATSATUL USHUL

3. Dalil Tawakal

Penulis Rahimahullah membawakan dua dalil,
  1. QS. Al-Maidah : 23
  2. QS. Ath-Thalaq: 3
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
"Dan hanya kepada Allah hendaknya kalian bertawakal jika kamu benar-benar orang yang beriman"
Ayat di atas menunjukkan bahwa tawakal adalah ibadah dari dua sisi
  1. Perintah Allah "Hendaklah kalian bertawakal". Sesuatu yang Allah perintahkan berarti Allah cintai dan sesuatu yang Allah cintai( ridhoi) itu adalah ibadah.
  2. Kalimat "jika kalian beriman". Jadi syarat keimanan ini menunjukkan bahwa tawakal adalah ibadah
Dalil yang kedua adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
"Barang siapa yang dia bertawakal kepada Allah maka Allah akan mencukupkan keperluannya".
Kalimat "Allah akan memberikan kecukupan atau mencukupkan keperluannya" menunjukkan bahwa tawakal ini dicintai oleh Allah sehingga Allah memberikan janji. Karena tawakal dicintai maka tawakal adalah bagian daripada ibadah. Bahkan, semulia-mulianya ibadah.

Sahabat sekalian yang dimuliakan oleh Allah Rabbul alamin, demikianlah materi yang bisa saya sampaikan, semoga bermanfaat.

Akhukum fillah,
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.