F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-90 Pembahasan Nama dan Sifat Allah Yang Dinafikan dan Tidak Disebutkan Oleh Allah dan Rasulullah

Audio ke-90 Pembahasan Nama dan Sifat Allah Yang Dinafikan dan Tidak Disebutkan Oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 JUM’AT| 22 Jumadal Ula 1444 H | 16 Desember 2022 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-90

📖 Pembahasan Nama dan Sifat Allāh Yang Dinafikan dan Tidak Disebutkan Oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله و اصحابه، ومن والاه

Anggota grup whatsup Dirasah Islamiyyah yang semoga dimuliakan oleh Allāh.

Kita lanjutkan pembahasan kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatu Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah.

Masih kita pada pasal beriman kepada Allāh. Beliau rahimahullah mengatakan,

ونؤمن بانتفاء كل ما نفاه الله عن نفسه أو نفاه عنه رسوله صلى الله عليه وسلم , و أن ذلك النفي يتضمن إثباتا لكمال ضده ونسكت عما سكت الله عنه ورسوله
"Dan kami beriman (Ahlus Sunnah wal Jama'ah) dengan menafi'kan seluruh apa yang dinafi'kan oleh Allāh dari diri-Nya atau dinafi'kan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dari diri Allāh."
Jadi kalau tadi apa yang ditetapkan oleh Allāh dan Rasul-Nya berupa nama dan sifat Allāh kita tetapkan, kalau ini berupa penafi'an, Allāh menafi'kan dan Rasulullah menafi'kan, kita pun menafi'kan. Dan kita yakini bahwasanya penafi'an tadi mengandung penetapan kesempurnaan lawannya.

Kita nafi'kan sifat zhalim dari Allāh, kita tetapkan sempurnanya keadilan Allāh.

Yang dinafi'kan jelas, موقف kita (sikap) kita, yang ditetapkan oleh Allāh dan juga Rasul-Nya, jelas juga apa yang kita lakukan.

Sekarang bagaimana seandainya di sana ada sesuatu yang Allāh tidak berbicara tentang sesuatu tadi, tidak menetapkan dan tidak menafi'kan.

Maka di sini beliau mengatakan:

نسكت عما سكت الله عنه ورسوله
"Kita diam dari apa yang Allāh dan Rasul-Nya diam juga dari sesuatu tadi."
Allāh tidak menafi'kan tidak mengitsbat. Kita juga demikian, para ulama menyebutkan contoh, misalnya kata الجسم, bagaimana sikap kita, apakah Allāh memiliki جسم atau tidak?

Kita katakan, "Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak mengabarkan, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam juga tidak mengabarkan yang demikian, maka kita juga diam".

Kemudian kita tanya, "apa maksud dari الجسم di sini?"

Apakah yang maksud dari الجسم di sini, adalah sesuatu yang memiliki darah, memiliki daging dan seterusnya. Kalau maksudnya itu, kita katakan Allāh tidak memiliki sifat yang seperti itu.

Kalau yang dimaksud جسم di sini adalah seperti جسم manusia (jasad manusia) ada dagingnya, ada darahnya. Kita katakan Allāh tidak memiliki sifat جسم, kalau maknanya demikian.

Tapi kalau yang dimaksud adalah ما يقوم بنفسه (yang berdiri sendiri) maka kita katakan, "iya" Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki sifat yang demikian, tapi kita katakan, kalau memang yang diinginkan adalah ini, makna yang benar maka kita berikan ارشادات (irsyādāt/anjuran/pengertian) untuk menggunakan kata-kata yang sudah digunakan oleh Allāh.

Bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla Dialah Al-Qayyum, (Allāh yang berdiri sendiri) jangan kita menggunakan مصطلح (istilah/ungkapan) baru yang tidak digunakan oleh Allāh dan juga Rasul-Nya.

Jadi perlu di استفسار (perlu kita tanya lagi) apa maksud ucapan dia جسم, kalau dia memaksudkan dengan makna yang salah kita tolak, kalau dia memaksudkan dengan makna yang benar kita terima tapi kita arahkan dia untuk menggunakan istilah-istilah yang sudah disyariatkan oleh Allāh dan juga Rasul-Nya.

Baik.

ونرى أن السير على هذا الطريق فرض لا بدمنه و ذلك لأن ما أثبته الله لنفسه أو نفاه عنها سبحانه فهو خبر أخبر الله به عن نفسه وهو سبحانه أعلم بنفسه وأصدق قيلا وأحسن حديثا والعباد لا يحيطون به علما

Dan kami (Ahlus Sunnah wal Jama'ah) berpandangan, menganggap, berpendapat, bahwasanya berjalan di atas jalan ini adalah sebuah kewajiban yaitu meyakini nama dan sifat Allāh dengan kaidah-kaidah yang kita sebutkan hukumnya adalah fardhu, harus yang demikian.

Bukan tawar menawar. Kalau mau ikut silahkan, tidak mau ikut juga silahkan. Masalah aqidah (keyakinan) hukumnya adalah wajib bagi setiap kita muslim dan muslimah untuk berkeyakinan dengan keyakinan seperti ini. Kenapa wajib?

Syaikh mengatakan yang demikian karena apa yang ditetapkan oleh Allāh untuk dirinya atau dinafi'kan oleh Allāh dari dirinya. Maka itu adalah kabar yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengabarkan tentangnya, mengabarkan kabar itu tentang dirinya, itu yang mengabarkan Allāh.

Allāh berbicara tentang dirinya, mengabarkan kepada kita tentang dirinya. Menetapkan, menafi'kan dari Allāh dan Allāh Dialah أعلم بنفسه (Dialah yang lebih tahu tentang diri-Nya sendiri).

Ada di antara kita yang merasa lebih tahu daripada Allāh?

Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Dialah yang paling tahu tentang diri-Nya. Kenapa ketika Allāh mengabarkan kita tolak kabarnya?

وأصدق قيلاً
"Dan ucapan Allāh adalah yang paling benar."
Allāh tidak pernah berdusta.

وَمَنۡ أَصۡدَقُ مِنَ ٱللَّهِ قِيلٗا
"Dan janji Allāh itu benar. Siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allāh?" [QS An-Nissā': 122]
وَمَنۡ أَصۡدَقُ مِنَ ٱللَّهِ حَدِيثٗا
"Siapakah yang lebih benar ucapan-Nya daripada Allāh?" [QS An-Nissā': 87]
Kenapa Allāh berdusta? Allāh tidak takut dengan siapapun, dusta biasanya bagi orang yang takut. Ucapan Allāh adalah ucapan yang benar.

Oleh karena itu kenapa ketika Allāh mengabarkan kemudian kita ragu-ragu dengan apa yang Allāh kabarkan.

Allāh mengabarkan Dia memiliki wajah, kita tetapkan Allāh memiliki wajah.

وأحسن حديثا
"Dan firman/ucapan Allāh adalah ucapan yang paling baik."
Ucapan Allāh paling fasih, yang paling mengungkapkan kenyataan, berbeda dengan ucapan manusia terkadang dia menginginkan sesuatu, yang dia ucapkan adalah demikian sehingga dipahami salah oleh yang lain. Kalau Allāh tidak, Allāh
أحسن حديثا.

Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

إِنَّ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ
"Sesungguhnya yang paling baik adalah Al-Qurān, ucapan yang paling baik adalah kitabullah."
Yang paling fasih adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kalau Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Dialah yang paling mengetahui tentang diri-Nya yang paling benar ucapan-Nya, yang paling fasih ucapan-Nya, lalu apa yang tersisa dan menjadikan seseorang ragu-ragu untuk menetapkan apa yang Allāh tetapkan, menafi'kan apa yang Allāh nafi'kan?

والعباد لا يحيطون به علما
"Dan para hamba, mereka tidak meliputi ilmu Allāh."
Kita ini tidak tahu apa-apa, ilmu yang Allāh berikan kepada kita ini sedikit.

وما أثبته له رسوله أو نفاه عنه فهو خير أخبربه عنه و هو أعلم الناس بربه و أونصح الخلق و أصدقهم و أفصحهم

Demikian pula yang ditetapkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam untuk diri Allāh dan apa yang beliau nafi'kan dari diri Allāh maka itu adalah kabar yang dikabarkan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan beliau adalah orang yang paling mengetahui tentang Allāh di antara manusia dan yang paling menasehati manusia.

Tidak ada yang disembunyikan oleh beliau di dalam hatinya, semuanya dikabarkan kepada kita, kalau itu memang kebaikan dan kalau itu kejelekan beliau larang kita, hatinya bersih. أصدقهم dan beliau orang yang paling jujur yang paling benar ucapannya al-amiin.

صديق الامين

Beliau adalah orang yang paling jujur, tidak mungkin ketika beliau mengabarkan tentang sifat Allāh kemudian beliau berdusta.

Demikian pula beliau adalah orang yang paling fasih, maksudnya adalah orang yang kalau berbicara paling mengungkapkan sesuai dengan kenyataan. Kalimat yang diucapkan sesuai dengan apa yang diinginkan.

Kalau demikian, kenapa kita masih ragu-ragu dengan apa yang dikabarkan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam?

Beliau telah mengabarkan kepada kita tentang banyak sifat Allāh.

ففي كلام الله تعالى ورسوله ﷺ كمال العلم والصدق و البيان فلا عذرفي رده أو التردد في قبوله
"Maka di dalam firman Allāh dan juga Rasul-Nya shallallahu 'alayhi wa sallam ada kesempurnaan ilmu dan kesempurnaan kebenaran (kejujuran) dan kesempurnaan dalam menjelaskan."
Semua itu ada dalam kalamullah dan juga hadits-hadits Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, maka tidak ada udzur bagi seseorang untuk menolak apa yang ada di dalam kallamullah dan juga Rasul-Nya.

Dan tidak ada udzur bagi mereka untuk ragu-ragu dalam menerima kabar yang datang dari Allāh dan juga Rasul-Nya. Semua sudah sempurna baik dari sisi ilmu, sisi kejujuran, sisi penjelasan.

Kalau ada orang yang mengabarkan kepada kita, dia jujur tapi dia tidak berilmu, mungkin ada alasan untuk kita menolak.

Dia berilmu, tetapi dia tidak jujur ada alasan bagi kita untuk menolak.

Dia berilmu, jujur, tapi tidak bisa menjelaskan, salah-salah ngomongnya, ini ada alasan bagi kita untuk menolak karena itu adalah kekurangan yang berkaitan dengan diterima atau ditolaknya sebuah berita.

Ternyata ini semua muntafiyah, منتفية, ini tidak ada dalam firman Allāh dan juga sabda Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Semuanya sempurna dari sisi keilmuan kebenaran dan juga penjelasan.

Baik, para jama'ah sekalian yang dimuliakan oleh Allāh Azza wa Jalla, dengan demikian kita sudah menyelesaikan beberapa hal yang berkaitan dengan beriman kepada Allāh, dan ini adalah kaidah-kaidah yang sangat penting disampaikan oleh syaikh berkaitan dengan masalah nama dan juga sifat Allāh Azza wa Jalla. Semoga bisa dipahami dan diamalkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Wallahu Ta'ala A'lam

Demikian dan sampai bertemu kembali pada kesempatan yang akan datang.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.