F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-92 Ketika Istri Tidak Taat kepada Suami Bagian Keenam - Hajr dan Boikot

Audio ke-92 Ketika Istri Tidak Taat kepada Suami Bagian Keenam - Hajr dan Boikot
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 KAMIS| 07 Jumadal Ula 1444H | 01 Desember 2022M
🎙 Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-092

📖 Ketika Istri Tidak Taat kepada Suami Bagian Keenam


بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه أما بعد

Kaum muslimin dan muslimat peserta grup Dirosah Islamiyah yang semoga senantiasa dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Al-Muallif rahimahullāh mengatakan,

فَإنْ أَبَتْ إلاَّ النُّشُوْزَ هَجَرَهَا

Kalau ternyata setelah disampaikan موعظة, dijelaskan duduk perkaranya, dimotivasi, diingatkan akan konsekuensi, tanggung jawab, dan hak serta kewajiban, istri tetap saja tidak berubah. Dia mulai jauh, dia sudah melangkah terlalu jauh sehingga dia tetap tidak tunduk dan tidak patuh, dia tetap menduakan suaminya.

Maka هَجَرَهَا suami harus mulai menunjukkan ketegasannya, kepemimpinannya, dan keberaniannya mengambil resiko, mengambil keputusan tegas, tidak berada di bawah bayang-bayang ataupun intimidasi wanita.
هَجَرَهَا
Dia menghajr, dia memboikot istrinya.
Dengan cara apa?

Dia palingkan punggungnya, dia tidak tidur berdampingan, tetapi dia membelakangi istrinya, sebagai isyarat bahwa suami bisa saja menutup pintu.

Suami bisa saja mengatakan, "Saya tidak butuh lagi kepada Anda", seakan-akan ketika suami tidur membelakangi istri suami berkata kepada istrinya (bahwa) "Awas, bisa jadi Anda akan menjadi masa lalu saya, Anda akan menjadi bagian dari masa lalu saya". Apa? Menjadi mantan istri.

Karena kewenangan untuk memutuskan masa depan pernikahan mereka berdua ada ditangan suami, tetapi banyak orang saat ini berkata, "Ustadz, justru sekarang yang sering meminta cerai, mengancam perceraian adalah istri, bukan suami". Seringkali yang menggunakan ancaman itu adalah istri bukan suami.

Iya, ini adalah satu kemunduran, satu kesalahan langkah atau salah asuh. Di mana sedari awal pernikahan, suami tidak menunjukkan sikap sebagai seorang pemimpin, suami tidak menunjukkan sikap sebagai seorang yang bertanggung jawab, seorang laki-laki. Tetapi di zaman sekarang, banyak laki-laki yang berpenampilan laki-laki tetapi jiwanya, jiwa wanita.

Dia mudah menangis, dia mudah merintih, dia mudah meratap, dia mudah takut dan gentar. Sehingga ketika wanita menyadari bahwa suaminya penakut, suaminya nyalinya ciut, akan dimanfaatkan oleh wanita, sehingga wanita yang mengintimidasi, menekan dan memaksa suaminya. Sehingga selama ini hajr (هَجَرَ), bukan suami yang meng-hajr, tetapi istri. Istri yang memboikot suaminya.

Ini adalah suatu kondisi yang sangat buruk, terjadi karena suami telah melepaskan kepemimpinannya, tidak lagi bertanggung jawab dalam rumah tangga, tidak mencerminkan sikap sebagai seorang laki-laki yang berani bertanggung jawab, bersikap tegas. Dan sebagai seorang pemimpin dia menguasai rumah tangga tersebut, memanage dan mengendalikan arah serta laju dari rumah tangga tersebut.

Selama ini suami menyerahkan kepemimpinan itu kepada istrinya, apapun maunya istri diikuti, selalu menuruti istri. Itulah salah satu biangnya, sehingga istri mengira bahwa dialah pemimpin, dia penentu kebijakan dalam rumah tangga tersebut

Namun bila Anda sedari awal membangun rumah tangga secara Islami. Anda susun tatanan rumah tangga Anda sebagaimana yang Allāh kehendaki,

ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍۢ وَبِمَآ أَنفَقُوا۟ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.  [QS An-Nissa: 34]
Lelaki itu pemimpin bagi kaum wanita, kenapa? Karena kaum laki-laki itu,

بِمَآ أَنفَقُوا۟ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ

Terus membelanjakan hartanya kepada istrinya, dari mas kawin, dari nafkah, dari uang belanja, dari perhiasan yang dia belikan, dari pakaian yang dia belikan, dari rumah yang dia berikan.

Karena itu dalam tatanan Islam, Islam mewajibkan atas kaum laki-laki untuk:
  • memberi mas kawin,
  • menafkahi,
  • bertanggung jawab menyediakan rumah (fasilitas rumah) yang layak untuk istrinya,
  • pakaian yang layak untuk istrinya
  • dan berbagai nafkah-nafkah lainnya.
Belum lagi Islam juga telah mewajibkan atas kaum laki-laki, untuk mengendalikan arah rumah tangga,

قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًۭا
Bentengilah diri kalian dan keluarga kalian dari ancaman siksa Neraka. [QS At-Tahrim: 6]
Sehingga jika suami sudah memproteksi rumah tangga itu dari berbagai aspek yang negatif, maka ketika terjadi kondisi semacam ini suami akan mampu mengendalikan, mampu menyelesaikan masalah. Bukan sebaliknya justru suami yang diintimidasi.

Kenapa? Karena suami ketika menikah dia mengharap agar istrinya menafkahi, agar istrinya membeli rumah, agar istrinya yang membeli make-upnya sendiri, membeli pakaiannya sendiri. Suami seakan-akan nunut hidup (numpang hidup) di keluarga istrinya. Ini salah satu biangnya.

Karenanya dahulu di tradisi orang-orang Arab, kaum laki-laki itu dicela sangat memalukan bila ternyata suami itu yang dinafkahi. Mengambil harta istrinya, mereka sangat malu kalau sampai istrinya lah yang mencukupi, karena itu tidak mencerminkan akan kepemimpinan laki-laki

Ikhawatul iman, yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tahapan kedua, sekali lagi. Ketika istri, setelah dinasihati, diingatkan tidak mempan juga, masih dalam sikap semula yang tidak tunduk dan tidak patuh, kehilangan orientasi hidup, tidak lagi tunduk kepada suami, tetapi mulai punya panutan dan punya pembisik yang lebih dia percayai baik orang tuanya sendiri, atau saudarinya, atau kawannya, atau tetangganya.

Maka tahapan kedua adalah dengan dihajr (هَجَرَ) sebagai isyarat bahwa suami mulai ancang-ancang, mulai persiapan untuk mengatakan kepada istrinya bahwa bisa jadi suatu saat, kalau memang kondisi ini tidak berubah. Istri itu akan menjadi bagian dari masa lalu suami, Subhanallāh.

Cermin sikap tegas! Sikap seorang laki-laki yang bertanggung jawab, berani mengambil resiko, dan lelaki yang betul-betul memiliki kepribadian dan prinsip dalam hidup.

Ini yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini, kurang dan lebihnya saya mohon maaf.

وبالله التوفيق و الهداية 
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.