F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-10: Bab 01 Ikhlas dan Menghadirkan Niat ~ Pembahasan Hadits Keenam dari Sahabat Abu Yazid

Audio ke-10: Bab 01 Ikhlas dan Menghadirkan Niat ~ Pembahasan Hadits dari Sahabat Abu Yazid Radhiyallahu 'Anhu
📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-210
🌏 https://grupislamsunnah.com/
🗓 JUM'AT 15 Jumadil Awwal 1444 H / 09 Desember 2022 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin (Taman-Tamannya Orang-Orang yang Saleh dari Sabda-Sabda Nabi Muhammad ﷺ) karya Imam Nawawi Rahimahullah

💽 Audio ke-10: Bab 01 Ikhlas dan Menghadirkan Niat ~ Pembahasan Hadits Keenam dari Sahabat Abu Yazid Radhiyallahu 'Anhu

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ لِلهِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ

Segala puji bagi Allah Jalla Jalaluh (Allah yang Maha Agung dengan keagungan-Nya, -ed). Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan untuk Baginda Nabi kita Muhammad ‘Alaihis-shalatu wassalam. Amma ba’du.

Kaum muslimin khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati oleh Allah Jalla Jalaluh.

Kita akan membahas sebuah kitab yang ditulis oleh Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu Ta’ala dengan judul Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin (Taman-tamannya orang-orang yang saleh dari sabda-sabda Nabi Muhammad ‘Alaihis-shalatu wassalam).

6) Kita masuk ke hadits dari Sahabat Abu Yazid Radhiyallahu 'Anhu:

عَنْ أَبِيْ يَزِيْدَ مَعْنِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ الأَخْنَسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ، وَهُوَ وَأَبُوهُ وَجَدُّهُ صَحَابِيُّونَ ،

Subhanallah.
Kata Imam Nawawi, Abu Yazid yaitu Ma'an bin Yazid bin Akhnas, tiga orang ini semuanya adalah sahabat. Jadi kakeknya masuk Islam, bapaknya masuk Islam, anaknya masuk Islam di masa Nabi ‘Alaihis-shalatu wassalam.

Audio ke-10: Bab 01 Ikhlas dan Menghadirkan Niat ~ Pembahasan Hadits dari Sahabat Abu Yazid Radhiyallahu 'Anhu
قَالَ : كَانَ أَبِيْ - يَزِيْدُ - أَخْرَجَ دَنَانِيْرَ يَتَصَدَّقُ بِهَا ،
"Suatu hari, ayahku itu mengeluarkan beberapa dinar untuk sedekah, untuk dibagikan kepada orang-orang yang memerlukan."
فَوَضَعَهَا عِنْدَ رَجُلٍ فِي الْمَسْجِدِ ،
"Lalu duitnya itu dititipkan ke seseorang di masjid untuk dibagikan."
Jadi ayahnya Ma'an ini, ada duit, dia titipkan ke orang di masjid, "Tolong dibagikan kepada orang-orang yang berhak."

Kemudian,

فَجِئْتُ ، فَأَخَذْتُهَا ، فَأَتَيْتُهُ بِهَا،

Maka Abu Yazid (Ma'an) ini datang. Melihat ada orang bagi duit, maka diambil duit sama dia, dibawa pulang; dikasih tahu ke bapaknya. Bahwasanya, "Ana dapat fulus di masjid, ada orang bagi-bagi duit, ana dapat."

فَقَالَ : وَاللهِ مَا إِيَّاكَ أَرَدْتُ!
"Demi Allah, bukan engkau yang aku maksudkan."
Aku niatku itu, bukan untuk ngasih anakku, (tapi) untuk ngasih orang yang berhak.

فَخَاصَمْتُهُ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ ﷺ ،

Ribut nih anak sama bapak.
Si Bapak mengatakan, "Aku enggak niat ngasih engkau, niatku ngasih orang lain."

Walaupun Ma'an mungkin dia termasuk mustahik (termasuk orang yang berhak mendapatkan zakat atau shadaqah), sang anak enggak mau balikin. Maka akhirnya, Abu Yazid (Ma'an) ini datang kepada Nabi ‘Alaihis-shalatu wassalam menceritakan kejadiannya. Mereka bertikai, maka harus ada penengah.

Kita lihat.. Subhanallah. Kalau kita punya masalah, kemudian kita datang, kita jumpai orang yang berilmu; kita datang kepada mereka, bertanya. Apa jawabannya? Akan dapat jawaban.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (Beliau tidak berbicara dari hawa nafsunya), tapi yang Beliau sampaikan adalah wahyu dari Allah Jalla Jalaluh.

Maka Nabi berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada Yazid (bapaknya Ma'an):

❲ لَكَ مَا نَوَيْتَ يَا يَزِيْدُ! ❳
"Engkau mendapatkan apa yang kau niatkan."

❲ وَلَكَ مَا أَخَذْتَ يَا مَعْنُ! ❳
"Engkau, Ma'an, dapat apa yang engkau ambil."
Artinya, halal buat Ma'an.
Sang Bapak tujuannya adalah untuk orang-orang miskin, bukan anaknya sendiri. Tapi anaknya mengambil dan dia termasuk yang berhak.

Jadi, orang, walaupun salah ngasihnya, bukan salah ngasih, dia sudah niatkan ngasih fakir miskin, tahu-tahu keponakannya dapat. Padahal dia enggak niat untuk ngasih keponakannya. Terus apa yang menentukan itu?

❲ لَكَ مَا نَوَيْتَ يَا يَزِيْدُ! ❳
"Engkau akan mendapatkan apa yang engkau niatkan."
Jadi, intinya kembali kepada niat. Dalam segala hal! Maka kita perlu menguatkan hati kita untuk niat baik aja, udah.. Niat baik. Sisanya serahkan sama Allah.

Jadi, kejadian ini, contoh-contoh kita lihat: ada jihad, ada hijrah, kemudian ada shadaqah.

Berkaitan dengan shadaqah, kita niat mau ngasih sekolahan. Udah, kita niat kasih ke sekolahan, tahu-tahu sama sekolahannya tidak dipakai sesuai dengan kita niatkan. Kita akan dapat pahala yang kita niatkan.

Walaupun seorang muslim, ketika mau memberi shadaqah, hati-hati. Banyak yayasan, umpamanya yayasan yatim piatu, yayasan dana sosial, ternyata duit yang kita kirim ke sana ternyata tidak diberikan kepada fakir miskin, kepada anak yatim. Kita tetap harus berhati-hati. Tapi kalau sudah berhati-hati ternyata tidak sesuai dengan yang kita niatkan, kita akan mendapatkan pahala apa yang kita niatkan.

Umpamanya, ana kirim fulus untuk masjid, tahu-tahu yang terima fulus dimakan. Kita dapat pahala, tidak? Dapat pahala apa yang kita niatkan.

Thayyib.
Jamaah rahimakumullah, itu yang bisa kita kaji. Semoga ilmu yang kita kaji hari ini berguna buat kita dan bisa kita amalkan dalam kehidupan kita. Dan semoga Allah menerima amalan kita. Sampai berjumpa kembali.

بَارَكَ اللهُ فِيْك
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.

═════ ∴ |GiS| ∴ ═════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.