F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-99 Ketika Suami Kurang Sayang pada Istri Bagian Ketiga - Jangan Ego

Audio ke-99 Ketika Suami Kurang Sayang pada Istri Bagian Ketiga - Jangan Ego
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 SENIN| 18 Jumadal Ula 1444H | 12 Desember 2022M
🎙 Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, Lc., M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-099

📖 Ketika Suami Kurang Sayang pada Istri Bagian Ketiga

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه أما بعد

Kaum muslimin dan muslimat peserta grup Dirosah Islamiyah yang semoga senantiasa dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Pada sesi sebelumnya kita telah berbicara dan mengkaji penjelasan Al-Imam Abu Syuja' rahimahullāh berkaitan dengan sikap sebagian istri yang tidak patuh kepada suami dan bagaimana solusi dan kiat untuk menghadapinya, agar permasalahan tersebut tidak meruncing dan kemudian berakhir dengan perceraian.

Pada kesempatan ini saya mengajak Anda untuk berpikir dari sisi yang berbeda dengan tema yang serupa yaitu bila suami dianggap kurang setia, kurang sayang kepada istri, kurang peduli dengan istri.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan,

فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَآ أَن يُصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًۭا ۚ وَٱلصُّلْحُ خَيْرٌۭ {النساء:١٢٧}

Dan adaptatif kemudian win-win solusinya itu kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah solusi yang terbaik. Kalau tidak kita berusaha mempertahankan ego pribadi, istri masih menginginkan agar suami perhatian seperti dulu maka akan celaka.

Suami pun ketika diminta untuk perhatian lebih atau perhatian seperti dulu pengantin baru, suami juga tidak akan mampu, tidak akan siap. Kenapa? Karena harus realitis juga.

Suami pun kepada istri juga harus demikian, tidak boleh ego, suami mengharapkan agar istri seperti dulu ketika pengantin baru, selalu berdandan cantik, selalu berpenampilan yang menawan, padahal secara fisik juga sudah semakin tua, pekerjaan juga semakin banyak.

Dulu istri pengantin baru, dia hanya berpikir tentang melayani suami dan mempercantik diri, sekarang anaknya sudah sepuluh, harus mengajari anak-anaknya pelajaran sekolah, harus masak, harus mencuci, harus membersihkan rumah.

Suami juga harus realistis jangan ego mengharapkan istrinya tetap secantik dulu ketika dia menikahi pertama kali. Makanya Allāh tekankan, وَٱلصُّلْحُ خَيْرٌۭ solusi yang harus dilakukan oleh suami dan istri dalam kondisi ini adalah menempuh win-win solution, realistis, move on.

Istri tidak lagi seperti dulu, jangan sampai suami dan istri ego, terbelenggu dengan masa-masa indah yang pernah dilalui oleh mereka berdua puluhan tahun silam. Betul secara teori suami memang berhak untuk meminta agar istrinya selalu berpenampilan cantik, berdandan, selalu ready ketika dia butuhkan.

Tetapi suami juga harus realistis, dia harus sayang anak-anaknya, dia mengharapkan agar anak-anaknya berprestasi di sekolah, dia mengharapkan agar hidangan di rumahnya lezat, dia mengharapkan rumahnya rapih, mengharapkan pakaiannya selalu bersih dan ready setiap saat ketika dia butuhkan. Ketika dia mengundang tamu istri bisa menghidangkan jamuan untuk tamu,

Tentu tanggung jawab istri juga sama seperti yang terjadi pada suami. Tanggung jawab istri juga semakin besar, kalau dulu hanya melayani suami kalau sekarang harus melayani anak-anaknya.

Belum lagi istri yang tinggal dengan orang tuanya atau dengan mertuanya. Dulu mertua atau orang tua suami masih bisa mandiri, sekarang mulai sepuh mulai tua butuh pelayanan, istri harus melayani mertua (orang tua suaminya sendiri), tentu energi, tenaganya, perhatian, pikiran sudah semakin terpecah.

Karena itu Allāh Subhānahu wa Ta'āla isyaratkan bahwasanya,

وَأُحْضِرَتِ ٱلْأَنفُسُ ٱلشُّحَّ {النساء:١٢٨}

Masing-masing dari suami itu sering kali terbelenggu dengan ego pribadinya, kikir, dia hanya bisa menuntut, dia hanya bisa meminta tapi dia tidak bisa (gagal) memahami fakta yang terjadi pada pasangan.

Baik yang gagal itu suami ataupun istri.

Kalau kita terbelenggu dalam ego pribadi menuntut hak, maka yang terjadi adalah kehancuran, padahal yang harus dilakukan untuk mempertahankan rumah tangga yang harmonis untuk senantiasa bisa mewujudkan Baitiy Jannatiy di rumah tangga kita adalah kesepahaman saling pengertian. Itu yang harus dilakukan oleh suami dan istri.

Dan kalau ternyata satu dari kedua pasangan ini, suami dan istri gagal move on, gagal untuk pengertian masih menuntut, sehingga agar istri tetap berpenampilan seperti yang dulu ketika masih muda, cantik jelita dan sebagainya.

Suami menuntut agar istrinya melayani tetap maksimal, walaupun istri sekarang sudah memiliki banyak tanggung jawab, banyak pekerjaan, dan perhatiannya terpecah. Maka di sini kita juga harus kembali kepada kondisi yang realitis, kedua belah pihak harus realistis juga.

Istri pun harus realistis bahwa dalam rumah tangga ada struktur sosial, ada tatanan organisasi rumah tangga, suami sebagai pemimpin, istri sebagai yang dipimpin.

Maka istri harus realistis bahwa keputusan dalam rumah tangga keinginan yang harus diprioritaskan di rumah tangga ini adalah keinginan suami, bukan keinginan anak, bukan keinginan orang tua, bukan keinginan mertua bukan keinginan tetangga, saudara atau yang lainnya.

Tetapi istri harus sadar bahwa dia harus memprioritaskan kemauan suami, walaupun kadang istri merasa suaminya ini ego banget, suaminya maunya menang sendiri. Iya, itu memang salah satu kondisi yang realistis (real), itu real Allāh sudah tegaskan.

وَأُحْضِرَتِ ٱلْأَنفُسُ ٱلشُّحَّ {النساء:١٢٨}

Kadang suami itu ego mau menang sendiri, betul tetapi Anda juga harus sadar Anda adalah istri, struktur organisasi rumah tangga itu suami adalah pemimpin.

Kadang kala pemimpin ìtu menang sendiri. Anda mau jadi rakyat dalam sebuah negara, atau Anda sebagai rakyat dalam sebuah RT, kelurahan, atau yang lainnya Kabupaten, Provinsi. Sering kali pemimpin itu memutuskan hanya berdasarkan pertimbangan dan pemikirannya dia, menangnya sendiri katanya, maunya sendiri, ego. Itu realistis.

Anda mau punya suami siapapun sering kali suami itu memutuskan berdasarkan veto, dia putuskan setelah terjadi kebuntuan, istri gagal memahamkan suami, suami gagal memahamkan istri, maka yang terjadi apa? Veto, suami akan memveto menggunakan hak dia sebagai seorang suami, itu adalah fakta

Anda mau bersuami siapapun, Anda akan berhadapan dengan fakta ini, karena suami Anda bukan Tuhan dia punya ego sebagai laki-laki, dia punya ego sebagai pemimpin kepala rumah tangga. Itu karakter.

Anda pun kadang juga begitu, Anda terbelenggu dengan ego, kalau ego ketemu ego apa yang terjadi? Akan terjadi benturan yang keras dan terjadilah kehancuran rumah tangga.

Karena itu dalam kondisi seperti ini istri juga harus realistis. Ini suami, dia pemimpin, maka wajar kalau kemudian dia memutuskan berdasarkan pertimbangan dia, berdasarkan maunya dia. Dan istri punya kewajiban untuk tunduk dan patuh.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda,

لَو كُنْتُ آمُرُ أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ
Andai Aku diberi kewenangan untuk memerintahkan seseorang sujud kepada sesama manusia, niscaya yang aku perintahkan adalah Istri agar sujud kepada Suaminya. [HR At-Tirmidzi, shahih]
Nabi juga kadang menggambarkan bagaimana egonya suami,

إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ، فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا، لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ
[HR Bukhari 3237]

Kalau seorang suami itu memanggil istrinya untuk berhubungan badan padahal istri sedang bekerja sedang masak atau dia bersiap-siap untuk menuju ke suatu tempat (sudah berada di atas pelana kuda), maka istri harus segera turun untuk melayani suaminya.

Jangan sampai istri berkata, "Ego sekali sih, istri sudah di atas kendaraan sudah mau pergi masih juga diajak berhubungan badan", Anda akan berkesan ego, tapi inilah realita rumah tangga.

Anda harus berpikir suami Anda sedang dalam kondisi bahaya, kalau tidak Anda turuti maka suami akan emosi, suami bisa terancam terjatuh dalam perbuatan maksiat, perzinaan dan lain sebagainya.

Ini adalah satu fakta sehingga ego harus ada yang dikalahkan di sini dengan kita hidup realistis. Dia ada pemimpin dalam kondisi-kondìsi tertentu sering kali memang pemimpin mengedepankan ego pribadinya.

Dan Anda sebagai yang dipimpin sebagai istri, realistis, "Oh, iya saya sebagai istri saya harus nurut", walaupun kadang pilihannya pahit, walaupun kadang sikap suami itu terasa menyakitkan, ego, berat.

Tetapi percayalah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda memberikan kabar gembira untuk Anda.

إِذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا؛ قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
Apabila seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, puasa Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan taat kepada suaminya, maka akan dikatakan kepadanya, 'Silakan engkau masuk ke dalam Surga dari pintu mana pun yang engkau suka’. [HR Ahmad no.1573]
Kalau istri sudah shalat lima waktu secara rajin rutin, puasa Ramadhan secara penuh, dan patuh kepada suaminya, kelak pada hari kiamat akan dikatakan kepadanya, 'Silakan engkau masuk ke dalam Surga dari pintu manapun yang engkau suka'.

Karena patuh kepada suami itu berat, sering kali laki-laki itu ego, tetapi di situlah nilai perjuangan wanita, di situlah nilai ibadah wanita, di situlah keberhasilan wanita, ketika wanita mampu menundukkan egonya dan realistis bahwa dia adalah istri yang dipimpin oleh suami.

Dan dia harus tunduk dan patuh dalam segala kondisi, walaupun terkadang pahit walaupun terkadang menyusahkan, walaupun terkadang menyesakkan hati.

Tapi ketika Anda mampu mengalahkan semua itu, dan mengedepankan kepatuhan kepada suami selama bukan dalam hal yang maksiat, Allāh tidak akan lupa. Itu tidak pernah akan sia-sia. Allāh akan catat itu sebagai suatu amal ibadah yang sangat besar yang menjadikan Anda, mengantarkan Anda kelak di hari kiamat masuk ke dalam Surga dari pintu mana pun yang Anda suka. Subhanallāh.

Karenanya, realistislah! Bahwa struktur organisasi rumah tangga memang mengharuskan Anda dipimpin, dialah yang memimpin Anda. Karena itu kedepankan, prioritaskan suami Anda dibanding yang lainnya.

Wallāhu Ta'āla A'lam.

Ini yang bisa kami sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita semuanya. Untuk mengantarkan kita sampai pada satu kondisi Baitiy Jannatiy bahwa Rumahku adalah Surgaku itu betul-betul nyata dalam rumah tangga kita.

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.