F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-88 Pembahasan Bahwa Allah Tidak Menzhalimi Hamba-Nya dan Sempurnanya Ilmu dan Kekuasan-Nya

Audio ke-88 Pembahasan Bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala Tidak Menzhalimi Hamba-Nya dan Sempurnanya Ilmu dan Kekuasan-Nya
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 RABU | 20 Jumadal Ula 1444 H | 14 Desember 2022 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-88

📖 Pembahasan Bahwa Allāh Subhānahu wa Ta’āla Tidak Menzhalimi Hamba-Nya dan Sempurnanya Ilmu dan Kekuasan-Nya

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله و أصحابه، ومن والاه

Anggota Grup Whatsapp Dirosah Islamiyah yang semoga dimuliakan Allāh. Kita lanjutkan pembahasan kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatu Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin rahimahullah.

Masih kita pada pasal beriman kepada Allāh. Beliau mengatakan,

ونؤمن بأنه لا يظلم أحدا لكمال عدله

Dan kami (Ahlus Sunnah wal Jama'ah) beriman bahwasanya Allāh tidak menzhalimi seorang pun.

TIDAK. Berarti di sini adalah sifat salbiyah manfiyah. Apa yang dinafi’kan di sini? Yang dinafi’kan di sini adalah kezhaliman. Contoh misalnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan,

وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّـٰمٍۢ لِّلْعَبِيدِ
“Dan tidaklah Rabbmu menzhalimi para hamba.” [QS Fusshilat: 46]
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍۢ
“Sesungguhnya Allāh tidak akan menzhalimi meskipun hanya sebesar dzarah, tidak akan menzhalimi.” [QS An-Nisa: 40]
Dalam Hadits Qudsi Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan,

يَا عِبَادِى إِنِّى حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِى وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوا
"Wahai hamba-hamba-Ku sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku, maka Aku menjadikan kezhaliman tadi di antara kalian diharamkan, maka janganlah kalian saling menzhalimi satu dengan yang lain.” [HR Muslim: 6737]
فَلاَ تَظَالَمُوا
“Maka janganlah kalian saling menzhalimi satu dengan yang lain.”
Allāh menafi’kan dari diri-Nya kezhaliman. Karena kezhaliman mungkin ini adalah perbuatan yang jelek dan sifat yang buruk. Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla منزّه dari sifat seperti ini. Allāh Subhānahu wa Ta’āla disucikan dari sifat seperti ini.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak mungkin menzhalimi para hamba. Mereka beramal shalih, beribadah, kemudian tidak dicatat atau mereka tidak melakukan kemaksiatan ternyata ditulis di dalam bukunya dia telah berbuat maksiat. Maka ini kezhaliman dan Allāh tidak mungkin melakukan yang demikian. Apa faidah dan manfaat yang kembali kepada Allāh kalau Dia berbuat zhalim? TIDAK ADA.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak butuh dengan makhluk, makhluklah yang butuh dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Tidak ada di sana sebab yang menjadikan Allāh Subhānahu wa Ta’āla menzhalimi para hamba-Nya.

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍۢ ۖ

Thayyib.
لكمال عدله

Kenapa Allāh Subhānahu wa Ta’āla menafi’kan dari diri-Nya kezhaliman? Yang demikian karena kesempurnaan keadilan Allāh.

Di sini berarti menetapkan kesempurnaan lawan dari sifat yang dinafi'kan. Sifat yang dinafi’kan kezhaliman, lawannya apa? keadilan. Kita tetapkan kesempurnaan keadilan Allāh. Jadi jangan berhenti saja, kita mengatakan Allāh tidak zhalim. Tidak cukup kita mengatakan “Allāh tidak zhalim”, tapi di sempurnakan dan kita tetapkan, bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla keadilan-Nya adalah Maha Sempurna. Kesempurnaan di dalam keadilan Allāh.

Jadi Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak menzhalimi para hamba bukan karena lemah. BUKAN. Allāh Subhānahu wa Ta’āla Maha Berkuasa, Maha Kuat, Al-Jabbar, Al-Mutakabbir, Al-Qowiyyu, tapi Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengharamkan atas dirinya kezhaliman. Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla Maha Sempurna Keadilannya.

Kemudian setelahnya,

و بأنه ليس بغافل عن أعمال عباده لكمال رقابته وإحاطته

Dan kita (Ahlus Sunnah wal Jama'ah) meyakini bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak lalai dari amalan hamba-hamba-Nya

Contohnya misalnya, Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan,

وَمَا ٱللَّهُ بِغَـٰفِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
“Dan tidaklah Allāh lalai dari apa yang dilakukan oleh mereka.” [QS Al Baqarah: 144]
Allāh semuanya tahu dari awal sampai akhir. Tidak ada sesuatu yang luput dari pengawasan Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Berarti di sini Allāh menafikan dari dirinya sifat  غفلة (sifat lalai) karena مَا di sini adalah مَا nafiah:

وَمَا ٱللَّهُ بِغَـٰفِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
“Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidaklah lalai.”
Berarti yang dinafi’kan di sini adalah sifat غفلة. Di mana kaidahnya? kaidahnya selain kita nafi’kan sifat lalai tadi, kita harus tetapkan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla Maha Mengetahui.

Selanjutnya Syaikh mengatakan,

لكمال رقابته وإحاطته
“Karena kesempurnaan pengawasan Allāh dan pengliputan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”
Berarti kita menetapkan kesempurnaan kebalikan dari sifat غفلة tadi.

Kemudian selanjutnya beliau mengatakan,

ونؤمن بأنه لا يعجزه شىء في السموات ولا في الأرض لكمال علمه وقدرته : إِنَّمَآ أَمْرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيْـًٔا أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ

Beliau melanjutkan, “Dan kami (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) beriman bahwasanya tidak ada sesuatu apapun yang membuat lemah Allāh, baik di langit maupun di bumi. Karena kesempurnaan ilmu dan juga qudrah (kuasa) Allāh”.

Beliau mendatangkan firman Allāh Azza wa Jalla,

إِنَّمَآ أَمْرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيْـًٔا أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ
"Sesungguhnya urusan Allāh, perkara Allāh apabila Dia menghendaki sesuatu adalah mengatakan, Kun jadilah maka jadilah.” [QS Yaasin: 82]
Ucapan beliau,

لا يعجزه شىء في السموات ولا في الأرض

Bisa berdalil dengan firman Allāh Azza wa Jalla:

وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعْجِزَهُۥ مِن شَىْءٍۢ فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَلَا فِى ٱلْأَرْضِ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ عَلِيمًۭا قَدِيرًا
"Dan tidak akan ada yang membuat lemah Allāh, sesuatupun di langit maupun di bumi, sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Dialah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mampu lagi Maha Berkuasa untuk melakukan segala sesuatu." [QS Fathir : 44]
Tidak ada sesuatu yang melemahkan Allāh, semua bisa Allāh lakukan. Karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla sempurna ilmu-Nya dan sempurna kemampuan-Nya.

Adapun manusia banyak mereka tidak mampu. Ketidakmampuan mereka terkadang karena tidak tahu ilmunya, karena tidak tahu ilmunya akhirnya ia tidak bisa melakukan. Terkadang tahu ilmunya tapi dia tidak memiliki kemampuan, itu keadaan makhluk.

Adapun Allāh Subhānahu wa Ta’āla maka ilmu Allāh adalah ilmu yang paling sempurna dan kekuatan kekuasaan Allāh adalah kekuasaan yang paling sempurna. Makanya Syaikh mengatakan di sini:

لكمال علمه وقدرته
“Karena kesempurnaan ilmu dan juga qudrah Allāh”,

Berdasarkan ayat tadi: إِنَّهُۥ كَانَ عَلِيمًا قَدِيرًا

Kemudian setelahnya beliau mendatangkan ayat ini,

إِنَّمَآ أَمْرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيْـًٔا أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ
“Sesungguhnya urusan Allāh perintah Allāh, apabila Allāh menghendaki sesuatu tinggal Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan كُن jadilah فَيَكُونُ maka jadilah dia.”
Hanya dengan satu kalimat jadi. Dengan satu kalimat jadi apa yang Allāh inginkan. Ini menunjukkan tentang, كمال قدرة لله (kesempurnaan, kekuatan dan juga kekuasaan Allāh Subhānahu wa Ta’āla).

Segala sesuatu mudah bagi Allāh. Allāh menulis takdir makhluk sebelum mereka diciptakan mudah bagi Allāh.

إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ
"Yang demikian adalah sangat mudah bagi Allāh." [QS Al-Hadid: 22]
Demikian pula kelak di hari kiamat, Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Dia akan membangkitkan makhluk, mengumpulkan daging yang sudah menjadi tanah, berserakan kemudian dihidupkan dan jumlahnya sangat banyak, maka ini perkara yang mudah bagi Allāh.

فَإِنَّمَا هِىَ زَجْرَةٌ وَٰحِدَةٌ (١٣) فَإِذَا هُم بِٱلسَّاهِرَةِ (١٤)
”Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.“ [QS An-Nazi'at :13-14]
Itu hanya satu gertakan saja، tiba-tiba mereka sudah berada di atas permukaan bumi. Maka perkara yang sangat mudah bagi Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kemudian setelahnya beliau mengatakan,

وبأنه لا يلحقه تعب ولا إعيء لكمال قوته

Dan kita (Ahlus Sunnah) meyakini bahwa Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak akan tertimpa lelah dan tidak tertimpa letih.

لكمال قوته

Karena kesempurnaan kekuatan Allāh.

Jadi Allāh Maha Mampu untuk melakukan segala sesuatu dan kalau Allāh melakukan segala sesuatu sebesar apapun، maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak akan tertimpa rasa lelah dan juga letih.

Berbeda dengan makhluk, mereka mungkin bisa melakukan segala sesuatu tapi ada batasnya, mereka perlu istirahat, dia ditimpa rasa letih.

Adapun Allāh Subhānahu wa Ta’āla, menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak ditimpa rasa letih dan juga rasa lelah.

Beliau mendatangkan firman Allāh,

وَلَقَدْ خَلَقْنَا ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِى سِتَّةِ أَيَّامٍۢ وَمَا مَسَّنَا مِن لُّغُوبٍۢ
"Dan sungguh Kami telah menciptakan langit dan juga bumi dan apa yang ada di antara keduanya.“ [QS Qaf: 38]
Langit ini adalah makhluk Allāh yang besar, yang luar biasa. Demikian pula bumi dan apa yang ada di antara keduanya, makhluk-makhluk Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang tidak mengetahui jumlahnya kecuali Allāh, diciptakan hanya dalam waktu enam hari.
وَمَا مَسَّنَا مِن لُّغُوبٍۢ

Kami tidak ditimpa لغوب yang dimaksud adalah:

أي من تعب ولا إعياء
“Kami tidak ditimpa oleh rasa letih dan juga rasa lelah.“
Padahal Allāh Subhānahu wa Ta’āla Dia-lah yang menciptakan langit yang demikian besarnya, bumi dan apa yang ada di antara keduanya hanya dalam waktu enam hari. Enam hari di sini bukan berarti Allāh tidak mampu untuk menciptakan kurang daripada itu.

Ada yang mengatakan ini hanya untuk mengisyaratkan kepada manusia perlunya تدرج, perlunya pelan-pelan, bertahap.

أى من تعب ولا إعياء
Yaitu Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak ditimpa rasa letih dan juga rasa lelah.

Berarti di sini Allāh Subhanahu wa Ta'ala menafi’kan pada dirinya لُّغُوبٍۢ yaitu rasa lelah. Konsekwensinya:
Kita harus menafi’kan sifat lelah itu dari Allāh.
Kita tetapkan kesempurnaan kekuatan bagi Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Kita tetapkan kesempurnaan qudrah dan juga kekuatan Allāh Azza wa Jalla.

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini. Dan in sya Allāh kita bertemu kembali pada pertemuan yang selanjutnya, pada waktu dan keadaan yang lebih baik.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.