F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-85 Pembahasan Bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala Akan Dilihat Di Hari Kiamat Bagian Ketiga

Audio ke-85 Pembahasan Bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala Akan Dilihat Di Hari Kiamat Bagian Ketiga
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 JUM’AT| 15 Jumadal Ula 1444 H| 09 Desember 2022 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-85

📖 Pembahasan Bahwa Allāh Subhānahu wa Ta’āla Akan Dilihat Di Hari Kiamat Bagian Ketiga


بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله و اصحابه، ومن والاه

Alhamdulillah segala puji bagi Allāh, pada kesempatan kali ini kembali kita dimudahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla untuk melanjutkan pembahasan kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatu Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah.

Dan kitab ini sebagaimana judulnya berisi tentang Aqidah (keyakinan-keyakinan) yang dimiliki oleh Ahlus Sunnah wal Jama'ah, yang berdasarkan Al-Qurān dan Sunnah dengan pemahaman para sahabat رضي الله عنهم.

Kita akan lanjutkan, masih berkaitan dengan  beriman kepada Allāh.

Di antara dalil-dalil yang menunjukkan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan dilihat, adalah firman Allāh Azza wa Jalla:

لِّلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ ٱلْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ
"Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia maka dia akan mendapatkan surga.” [QS Yunus: 26]
أَحْسَنُو yaitu berbuat baik, memperbaiki amal shalihnya, memperbaiki keikhlasannya, memperbaiki tata cara dalam beribadah, ikhlas dan tata cara beribadah benar sesuai dengan sunnah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Al-Husna (ٱلْحُسْنَىٰ) di sini maksudnya adalah surga. Jadi orang-orang yang berbuat baik إحسان dia akan mendapatkan surga.

Apakah hanya itu? Allāh mengatakan وَزِيَادَةٌۭ dan mereka akan mendapatkan tambahan.

Apa yang dimaksud dengan tambahan di sini? Di dalam sebuah hadits Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjelaskan beliau mengatakan,

إذا دَخَلَ أهْلُ الجَنَّةِ الجَنَّةَ

"Apabila penduduk surga masuk ke dalam surga.”

Maka Allāh akan mengatakan kepada mereka,

أتريد شيئا أزِيدُكُمْ عليه

"Apakah kalian ingin sesuatu yang Aku akan tambahkan kalian?"
Maksudnya adalah nikmat yang lain, yang merupakan tambahan bagi kalian. Mereka mengatakan:

ألم تبيض وجوهنا و تدخلنا الجنة وتنجنا من النار
"Ya Allāh, bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami, memasukan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka?"
Mereka sudah merasakan nikmat yang luar biasa, telah diselamatkan dari neraka dan dimasukan ke dalam surga, ini nikmat yang luar biasa. Di sana ada orang-orang yang masuk ke dalam neraka, kekal selama-lamanya atau sementara masuk ke dalam neraka, dan sementara di dalam neraka bukan perkara yang ringan.

Maka mereka mengatakan, "Ya Allāh, bukankah Engkau sudah memutihkan wajah-wajah kami, memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka".

Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyingkap, akhirnya mereka pun melihat wajah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kemudian disebutkan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَى وجه
"Maka mereka yaitu penduduk surga tidak diberikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla sesuatu yang lebih mereka cintai daripada melihat wajah Allāh Subhānahu wa Ta’āla"
Kemudian Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam membaca ayat ini,

لِّلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ ٱلْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ

"Bagi orang-orang yang berbuat baik mereka mendapatkan ٱلْحُسْنَىٰ yaitu surga dan mereka akan mendapatkan وَزِيَادَةٌۭ tambahan.”
Ini menunjukkan yang dimaksud dengan tambahan di sini adalah melihat wajah Allāh, berarti di sini termasuk menafsirkan Al-Qurān dengan hadits Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Dan ini termasuk cara menafsirkan yang baik, di antaranya adalah menafsirkan Al-Qurān dengan Al-Qurān, menafsirkan ayat dengan hadits, menafsirkan ayat dengan ucapan para sahabat, ucapan para tabi'in.

Dan di sini Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam langsung menafsirkan ayat ini. Yang dimaksud dengan زِيَادَةٌۭ di sini adalah melihat wajah Allāh.

Di dalam ayat lain Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:

لَهُم مَّا يَشَآءُونَ فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ
"Bagi mereka apa yang mereka kehendaki dan kami memiliki tambahan.” [QS Qaf: 35]
Mereka yaitu penduduk surga mendapatkan apa yang mereka inginkan dan kami memiliki tambahan. Menunjukkan kepada kita seperti makna ayat yang sebelumnya.

Di dalam ayat yang lain, Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:

كَلَّآ إِنَّهُمْ عَن رَّبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّمَحْجُوبُونَ
"Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka akan tertutupi atau terhalangi dari Rabb mereka.” [QS Muthaffifin: 15]
Di sini Allāh Subhānahu wa Ta’āla menceritakan tentang orang-orang kufar (kafir), bahwasanya kelak mereka di hari kiamat akan dihalangi dari Allāh.

Imam Asy-Syafi'i rahimahullah ketika beliau menafsirkan ayat ini, beliau mengatakan bahwasanya apabila Allāh mengabarkan sebagian manusia yang mereka dihalangi dari Allāh (tidak bisa melihat Allāh), menunjukkan disana ada orang-orang yang diberikan keutamaan oleh Allāh, sehingga mereka bisa melihat wajah Allāh.

Siapa mereka? Tentunya mereka adalah orang-orang yang beriman.

Ini menunjukkan bahwasanya Imam Asy-Syafi'i rahimahullah sebagaimana imam-imam lain di dalam masalah nama dan sifat Allāh mereka satu (sama). Beliau rahimahullah juga meyakini bahwa Allāh akan dilihat oleh orang-orang yang beriman di hari kiamat.

Adapun di dalam hadits-hadits tentang ru'yatullah adalah hadits-hadits yang mutawatir, dan hadits-hadits yang mutawatir adalah hadits yang jelas faedahnya adalah al-yakin dia mendatangkan keyakinan tanpa ada keraguan di dalamnya.

Di antaranya adalah sabda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam ketika suatu saat beliau dan sebagian sahabat di bawah bulan purnama kemudian Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا القمر لَيْلَةَ البَدْرِ، لاَ تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ
Sungguh kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini.
Yang dimaksud ucapan beliau “sebagaimana”, maksudnya adalah dalam kaifiyahnya, bagaimana melihat Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Bukan maksudnya di sini beliau menyerupakan Allāh dengan bulan

Jadi tasybih di sini bukan penyerupaan Allāh dengan bulan, tetapi tentang bagaimananya. Bagaimana saat itu mereka melihat Allāh, yaitu seperti ketika mereka melihat bulan sekarang.

Diterangkan oleh Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam setelahnya لاَ تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ, kalian tidak akan saling berdesak-desakan di dalam melihat Allāh.

Sebagaimana kita di dunia, ketika datang bulan purnama kita ingin melihat indahnya bulan purnama tidak perlu kita menyuruh orang lain untuk menyingkir, dia melihat, kita juga melihat, tanpa berdesak-desakan ketika melihat bulan purnama.

Demikian pula di hari kiamat, di dalam surga banyak orang-orang beriman, umat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam banyak, demikian pula umat Nabi Musa alayhissallam dan umat-umat nabi yang lainnya. Mereka adalah orang-orang yang beriman, yang dijanjikan kepada mereka dengan surga.

Yang dilihat hanyalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla, tapi bukan berarti mereka berdesak-desakan di dalam melihat Allāh Azza wa Jalla.

لاَ تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ
"Mereka tidak akan saling berdesak-desakan ketika melihat Allāh Azza wa Jalla.”
Maka ini adalah di antara dalil yang menunjukkan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan dilihat oleh orang-orang yang beriman di hari kiamat dan di sana ada golongan manusia (sebagian kelompok) yang mereka mengingkari adanya ru'yatullah pada hari kiamat.

Seperti orang-orang mu'tazilah dan yang mengikuti madzhab mereka, dan tentunya ini bertentangan dengan dalil. Dan yang kita yakini berdasarkan dalil yang shahih dari Al-Qurān dan juga Sunnah, bahwasanya kita akan melihat Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Baik, sebelum kita mengakhiri pertemuan kita pada kesempatan kali ini kita ringkas apa yang sudah kita sampaikan.

(1) Bahwasanya di antara aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki dua mata yang hakiki, bukan merupakan majas.

(2) Kemudian disebutkan dalam sebagian dalil mata dengan tunggal maksudnya adalah jenis, bukan pembatasan bahwasanya mata Allāh hanya satu.

Disebutkan dalam dalil yang lain banyak dan maksudnya di sini adalah untuk ta'dzim menunjukkan tentang pengagungan, bukan berarti mata Allāh banyak (lebih dari dua) dan di sana ada dalil yang menunjukkan bahwasanya mata Allāh adalah dua.

Dan ini tidak bisa dibawa kemana-mana, oleh karena itu Ahlus Sunnah berpendapat atau meyakini bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki dua mata. Dan sudah kita sebutkan ijma Ahlus Sunnah atas yang demikian.

(3) Kemudian juga di antara keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama'ah, bahwasanya Allāh akan dilihat di hari kiamat oleh orang-orang yang beriman. Dan seperti yang sudah kita sampaikan bahwasanya orang yang beriman akan melihat Allāh dua kali yaitu, (1) di padang Mahsyar dan (2) di dalam Surga.
  • Adapun di padang mahsyar, maka itu adalah رؤية الامتحان (melihat Allāh yang fungsinya untuk ikhtibar atau ujian).
  • Adapun ketika mereka masuk ke dalam surga, maka disitu mereka akan mendapat رؤية تلذذ (ru'yah yang isinya adalah kenikmatan) yaitu nikmat melihat wajah Allāh Azza wa Jalla.
In sya Allāh itu yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan taufik dan istiqamah kepada kita semuanya, dan sampai bertemu kembali pada kesempatan yang akan datang.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.