F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-84 Pembahasan Bahwa Allah Subhanahu wa Taala Akan Dilihat Di Hari Kiamat Bagian Kedua

Audio ke-84 Pembahasan Bahwa Allāh Subhanahu wa Taala Akan Dilihat Di Hari Kiamat Bagian Kedua
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 KAMIS| 14 Jumadal Ula 1444 H| 08 Desember 2022 M
🎙 Oleh: Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-84

📖 Pembahasan Bahwa Allāh Subhānahu wa Ta’āla Akan Dilihat Di Hari Kiamat Bagian Kedua


بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله و صحبه، ومن والاه

Alhamdulillah segala puji bagi Allāh, pada kesempatan kali ini kembali kita dimudahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla untuk kembali melanjutkan pembahasan kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh Fadhilatu Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah.

Dan kitab ini sebagaimana judulnya berisi tentang Aqidah (keyakinan-keyakinan) yang dimiliki oleh Ahlus Sunnah wal Jama'ah, yang berdasarkan Al-Qurān dan Sunnah dengan pemahaman para sahabat رضي الله عنهم.

Kita akan lanjutkan, masih berkaitan dengan beriman kepada Allāh.

Beliau rahimahullah mengatakan:

ونؤمن بأن المؤمنين يرون ربهم يوم القيامة {وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍۢ نَّاضِرَةٌ ۞ إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٞ }

Dan kita beriman (Ahlus Sunnah wal Jama'ah) mereka beriman bahwasanya, orang-orang yang beriman akan melihat Rabb mereka pada يوم القيامة hari Kiamat.

Dalilnya adalah firman Allāh Azza wa Jalla:
"Pada hari itu wajah-wajah (orang mukmin) berseri-seri kepada Rabb-Nya mereka melihat”. [Al-Qiyamah: 22-23]
Ucapan syaikh di sini bahwasanya orang-orang beriman akan melihat Rabb mereka يوم القيامة di hari kiamat. Menunjukkan bahwasanya di dunia Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak dilihat, baik oleh orang-orang beriman apa lagi selain mereka.

Mereka akan melihat Allāh di hari kiamat, sehingga beliau mengatakan يوم القيامة pada hari kiamat. Dan orang-orang beriman akan melihat Allāh dua kali yaitu ketika di padang mahsyar dan ketika mereka masuk ke dalam Surga Allāh Azza wa Jalla.

Adapun di padang mahsyar maka mereka melihat Allāh Azza wa Jalla على سبيل الامتحان و الاختبار dan saat itu konteksnya adalah ujian, sehingga saat itu yang melihat adalah orang-orang yang beriman dan juga orang-orang munafik.

Mereka akan melihat Allāh الأرصاد القيامة di padang mahsyar, sebelum berpisah antara orang-orang yang beriman dengan orang-orang munafik. Tapi di sini bukan melihat yang isinya adalah kenikmatan dan juga kelezatan.

Adapun ketika orang-orang beriman masuk ke dalam Surga maka ini رؤية تلذذ adalah memandang Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang di situ ada kelezatan dan kenikmatan.

Adapun di dunia maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah menentukan, memutuskan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak akan dilihat di dunia.

Dalil tentang masalah ini banyak, di antaranya adalah firman Allāh Azza wa Jalla ketika Allāh Subhānahu wa Ta’āla menceritakan kisah tentang Nabi Musa alayhissallam. Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:

وَلَمَّا جَآءَ مُوسَىٰ لِمِيقَـٰتِنَا وَكَلَّمَهُۥ رَبُّهُۥ قَالَ رَبِّ أَرِنِىٓ أَنظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَن تَرَىٰنِى
[QS Al-A’raf: 143]
"Dan ketika Nabi Musa alayhissallam mendatangi perjanjian dengan Allāh kemudian Allāh Subhanahu wa Ta'ala berbicara dengan beliau (berbicara sesuai dengan keagungan Allāh).

Nabi Musa alayhissallam tentunya sangat bergembira dan bahagia mendengar kallamullah karena tidak semua orang mendapatkan شرف (kehormatan) dan keutamaan, Allāh Subhanahu wa Ta'ala berbicara dengannya.

Nabi Musa alayhissallam meminta kepada Allāh untuk melihat Allāh Subhānahu wa Ta’āla

رَبِّ أَرِنِىٓ أَنظُرْ إِلَيْكَ
"Wahai Rabbku, perlihatkanlah diri-Mu, aku ingin melihat-Mu.”
Allāh mengatakan:

قَالَ لَن تَرَىٰنِى
"Engkau tidak akan bisa melihat-Ku.”
Dan maksud firman Allāh, "Engkau tidak akan bisa melihat-Ku”, maksudnya adalah di dunia, adapun di hari kiamat maka di sana ada dalil lain yang menunjukkan bahwasanya Allāh akan dilihat oleh orang-orang yang beriman, di padang mahsyar maupun di dalam Surga. Ini adalah dalil yang pertama.

Dalil yang kedua adalah, Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam ketika beliau dimi’rajkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan tentunya beliau berada di tempat yang sangat dekat dengan Allāh Azza wa Jalla.

Maka ada sebagian sahabat yang penasaran dan bertanya kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan mereka semua ingin melihat wajah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Mereka rindu dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla, ada di antara mereka yang bertanya kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

هَلْ رَأَيْتَ رَبُّكَ؟
"Apakah engkau melihat Rabbmu?"
Maka Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

نُورًا أَنَّى أَرَاهُ
"Cahaya, bagaimana aku bisa melihatnya.”
Hijab Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah cahaya, bagaimana saya bisa melihatnya. Kita di dunia apabila ada cahaya yang terang benderang maka kita tidak bisa melihat (silau).

Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam menceritakan, "Sebuah cahaya, hijab Allāh adalah cahaya, أَنَّى أَرَاهُ bagaimana aku bisa melihatnya". Menunjukkan bahwa Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak melihat Allāh.

Kalau Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam dan Nabi Musa alayhissallam mereka tidak melihat Allāh Subhānahu wa Ta’āla, lalu bagaimana dengan selain beliau berdua.

Adapun riwayat dari Abdullah Ibnu Abbas dan beliau berpendapat bahwasanya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam melihat Allāh, maka ada yang mengatakan bahwa ini adalah ijtihad beliau, dan masing-masing bisa salah bisa juga benar.

Dan ucapan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam sudah jelas bahwa Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak melihat Allāh. Atau yang kedua yang dimaksud oleh beliau adalah ru'yah qalbiyyah (ru'yah dengan hati) bukan dengan kedua mata.

Di sana ada sebagian orang yang berlebihan dan mengatakan bahwa Allāh Subhānahu wa Ta’āla dilihat di dunia. Allāh dilihat di dunia dan dilihat di akhirat, maka ini juga sangat berlebihan.

Jadi di sana ada tiga pendapat.
  1. Allāh tidak dilihat baik di dunia maupun di akhirat (pendapat mu’tazilah).
  2. Allāh dilihat di dunia maupun di akhirat, sebagian orang yang dengan kejahilan mereka, mereka mengatakan demikian. Mereka mengatakan bahwa Allāh dilihat di dunia maupun di akhirat.

    Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam saja tidak melihat Allāh di dunia, Nabi Musa alayhissallam pun demikian, lalu bagaimana mereka mengaku dan mengatakan bahwa mereka melihat Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dunia?
  3. Dan pendapat yang benar adalah pendapat Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Apa pendapat mereka?
Mereka mengatakan bahwa Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak dilihat di dunia dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan dilihat oleh orang-orang yang beriman di hari kiamat. Ini adalah pendapat yang benar. Berdasarkan firman Allāh Azza wa Jalla

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍۢ نَّاضِرَةٌ ۞ إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٞ
"Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri, memandang Tuhannya.” [QS Al-Qiyamah: 22-23]
Akan terbagi dua manusia saat itu ada yang berwajah gembira (bahagia), kebahagiaan di dalam hatinya karena terlihat dari wajah-wajah mereka.

Mereka berbahagia karena buah yang mereka rasakan dari capek dan prihatinnya mereka di dunia. Dan bagaimana mereka bersungguh-sungguh, berijtihad, beribadah, dan taat kepada Allāh Azza wa Jalla. Maka saat itu ada wajah-wajah yang mereka dalam keadaan berseri-seri, berbahagia.

إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٞ
"Mereka dalam keadaan memandang kepada Rabb mereka.”
Dalam keadaan gembira (bahagia) mereka melihat wajah Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Ini adalah dalil yang digunakan oleh Ahlus Sunnah bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla dilihat oleh orang-orang beriman pada hari kiamat.

Para ulama menjelaskan نَاظِرَةٞ kalimat نظر di dalam bahasa Arab ada beberapa penggunaan.

(1) Nadhar نظر tanpa huruf setelahnya maka makna di dalam bahasa Arab adalah tunggu. Misalnya seseorang mengatakan أنظرني maksudnya adalah tunggulah saya. Sebagaimana ucapan orang-orang munafik pada hari kiamat

ٱنظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِن نُّورِكُمْ
"Tunggulah kami, kami ingin mendapatkan cahaya kalian.” [QS Al-Hadid: 13]
Maka makna نظر di sini, karena tanpa الى tanpa في tapi langsung ke maf'ul bih (objek), jadi maknanya tunggulah kami.

Kalau setelah نظر menggunakan في (misalnya) نظرتُ في atau أنظر في أمرك (Aku akan melihat di dalam urusan mu), maka yang di maksud dengan أنظر في di sini adalah melihat (mencermari atau mengamati).

Kalau (misalnya) setelahnya adalah أنظر إلى (Aku melihat kepada), maka yang dimaksud adalah melihat dengan kedua mata. Ini penggunaan dalam bahasa Arab. Jadi ada نظر tanpa huruf setelahnya tetapi langsung ke maf'ul bih (objek). Ada نظر في dan نظر الى.

Dan di sini apa?

Allāh mengatakan إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٞ - Kepada Rabb mereka yaitu wajah-wajah tadi, dia melihat. Jadi yang dimaksud adalah melihat dengan kedua matanya bukan dengan hatinya.

Para ulama menjelaskan, di sini disebutkan wajah, dan wajah adalah tempat kedua mata, menguatkan bahwa Allāh akan dilihat oleh kedua mata. Ini satu dalil di antara dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan dilihat.

In sya Allāh itu yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan taufik dan istiqamah kepada kita semuanya. Dan sampai bertemu kembali pada kesempatan yang akan datang.

وبالله التوفيق و الهداية
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.