F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Muqaddimah 17 – Berkhidmat kepada Guru - Belajar Islam BIS

Muqaddimah 17 – Berkhidmat kepada Guru - Belajar Islam BIS
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
Grup WhatsApp BELAJAR ISLAM
Pembina : Ustadz Beni Sarbeni, Lc.
https://www.belajar-islam.net
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
📚 MUQADDIMAH 📖 Berkhidmat kepada Guru
Pemateri : Ustadz Beni Sarbeni, Lc. Hafidzhahullahu Ta'ala

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه وَمَنْ وَالاَهُ. أمَّا بعد

Sahabat Belajar Islam yang semoga dimuliakan oleh Allah Rabbul alamin. Kita lanjutkan adab seorang murid terhadap gurunya diantara adab seorang murid kepada gurunya adalah,

Berkhidmat Kepada Guru Yakni Selalu Membantu Gurunya

Dalam sebuah hadits yang panjang yang diriwayatkan oleh Al Imam Ahmad dalam kitab Musnad-nya dan dishahihkan oleh Syaikh Muqbil al Wad'i dalam kitabnya Jami'ush-Shahih yakni hadits yang bercerita mengenai perjalanan Salman Al Farisi dalam mencari kebenaran,

Salman bercerita "sehingga sampai aku ke negeri Syam, sesampainya di sana aku bertanya kepada penduduk negeri Syam "Siapakah orang yang paling utama di antara pemeluk agama ini (Nasrani)?" lalu penduduk negeri Syam menjawab "Uskup (ulama di kalangan Nasrani yang hidup di gereja). Akhirnya aku pun mendatangi lalu aku berkata kepadanya "Sungguh aku telah mencintai agama ini (Nasrani), ingin sekali aku senantiasa bersamamu, berkhidmat atau membantumu di gereja ini dan belajar agama darimu".

Demikian perkataan Salman Al Farisi "Aku ingin senantiasa bersamamu membantumu di gereja ini dan belajar menimba ilmu kepadamu.

Demikianlah berpindah-pindah di antara ulama kaum Nasrani, berpindah dari satu ulama ke ulama yang lain. Dia berkhidmat kepada ulama tersebut, menimba ilmu kepada ulama tersebut sehingga sampailah Salman Al Farisi kepada Rasul Shallallahu alaihi Wasallam dan masuk ke dalam agama Islam memeluk agama Islam.

Dalam kitab At-Tadzkirah karya Ibnul Jama'ah beliau berkata bahwa di antara adab seorang murid kepada gurunya adalah hendaklah seorang murid itu bertaqarrub mendekatkan diri kepada Allah dengan berkhidmat kepada gurunya.

Jadi khidmat kita kepada seorang guru adalah taqarrub ilallah, sikap kita yang membantu seorang guru adalah merupakan taqorrub ibadah kita kepada Allah Rabbul alamin. Dia tahu bahwa hina dirinya di hadapan gurunya adalah kemuliaan, kerendahan hatinya di hadapan guru, ketundukan di hadapan guru adalah kemuliaan (kebanggaan)

Bahkan sebagaimana yang diceritakan tentang kisah Abdullah Ibnu Abbas Radhiyallahu Ta'ala Anhu bagaimana beliau memegang kendali kendaraan Zaid bin Tsabit dia yang menuntun.... karena itu sangat masyhur perkataan dari Abdullah Ibnu Abbas ini di mana beliau berkata:

ذللت طالبا فعززت مطلوبا
"Aku hina ketika Mencari (ilmu), dan aku mulia ketika dicari (karena ilmu)" (Jami Bayanil Ilmi wa Fadhlihi karya Ibnu Abdil Barr)
Maka khidmatnya seorang murid terhadap gurunya adalah bagian dari ungkapan terima kasih kita kepada guru yang telah memberikan sesuatu paling berharga dalam hidup ini. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,

لاَ يَشْكُر اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُر النَّاسَ
Orang tidak berterima kasih kepada manusia bagaimana dia bisa berterima kasih kepada Allah
Tapi tentunya khidmat kita kepada seorang guru adalah pada perkara yang dibolehkan oleh syariah, tidak melampaui batas, tidak berlebihan, tidak ghuluw, harus sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dalam syariat.

Dalam kitab Ta’liimul Muta’allim karya Al-Jarnuji, penulis bercerita,

والقاضى الإمام فخر الدين الأرسابندى كان رئيس الأئمة بمرو وكان السلطان يحترمه غاية الاحترام وكان يقول: إنما وجدت هذا المنصب بحرمة الأستاذ فإنى كنت أخدم أستاذي القاضى أبا يزيد الدبوسى وكنت أخدمه وأطبخ طعامه ولا آكل منه شيئا.

Al-Qadli al-Imam Fakhruddin Al-Arsabandi(wafat 512 H) adalah pemimpin para imam di Marwa dan penguasa sangat amat memuliakannya. Kemudian dulu dia berkata, "Aku mendapatkan kedudukan seperti ini dengan sebab aku berkhidmat kepada guruku. Akulah yang senantiasa membantu guruku yaitu Al Qadli Al Imam Abu Zaid ad-Dabbusi (Wafat 435 H). Bahkan aku yang berkhidmat kepadanya, menyediakan kebutuhan makan untuknya dan aku pun tidak makan sedikit pun dari makanan tersebut".

Masih dalam kitab Ta’liimul Muta’allim bahwa dihikayatkan khalifah Harun ar-rasyid mengirim putranya kepada Al Asma'i agar menuntut ilmu dan adab.
Suatu hari dia melihat gurunya ini yaitu Al Asma'i sedang berwudhu dan membasuh kakinya, sementara putra khalifah Harun ar-Rasyid tadi mengucurkan air ke kedua kaki gurunya. Kemudian setelah itu khalifah Harun ar-Rasyid berkata "Aku itu mengutus dia kepadamu agar kamu mengajarkan kepadanya ilmu dan mengajarkan kepadanya adab, lalu kenapa engkau tidak memerintahkan memerintahkan anakku agar mengucurkan air dengan salah satu tangannya sementara tangan yang lainnya membasuh kakimu"?.

Artinya dalam pandangan Harun ar-Rasyid sekedar mengucurkan air itu belum khidmat sehingga betul-betul si murid itu yang yang merupakan putranya mengucurkan air dengan tangan kanan kemudian tangan yang lain membasuh kaki gurunya.

Demikianlah adab-adab yang mesti dilakukan oleh seorang murid kepada gurunya sehingga dia mendapatkan keberkahan.

Sahabat sekalian yang dimuliakan oleh Allah Rabbul alamin. semoga apa yang saya sampaikan bermanfaat

Akhukum fillah.
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.