F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Muqaddimah 13 – Guru adalah Orang Tua - Belajar Islam BIS

Muqaddimah 13 – Guru adalah Orang Tua - Belajar Islam BIS
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
Grup WhatsApp BELAJAR ISLAM
Pembina : Ustadz Beni Sarbeni, Lc.
https://www.belajar-islam.net
▬▬▬▬▬๑๑▬▬▬▬▬
📚 MUQADDIMAH 📖 Guru adalah Orang Tua
Pemateri : Ustadz Beni Sarbeni, Lc. Hafidzhahullahu Ta'ala

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه وَمَنْ وَالاَهُ. أمَّا بعد

Sahabat Belajar Islam yang semoga dimuliakan oleh Allah Rabbul alamin. Kali ini saya ingin memberikan faedah terkait adab seorang murid terhadap gurunya.

1. Guru adalah Orang Tua bagi Murid

Sahabat Belajar Islam, guru adalah orang tua bagi murid-muridnya sehingga seyogyanya mereka memperlakukan guru mereka sebagaimana mereka memperlakukan orang tua mereka sendiri. Bahkan bisa jadi lebih karena apa yang diberikan oleh guru (khususnya guru agama) adalah jauh lebih mulia.

Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dalam sebuah hadits yang Hasan yang diriwayatkan oleh Al Imam Abu Daud, beliau bersabda:
"Sungguh aku bagi kalian seperti orang tua, akulah yang mengajarkan kalian. Jika salah seorang diantara kalian hendak buang hajat maka janganlah ia menghadap kiblat tidak pula membelakanginya dan janganlah dia beristinja atau bersuci dengan tangan kanan".
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dalam hadits ini bersabda aku bagi kalian itu seperti orang tua aku yang mengajarkan kalian, aku yang menjadi guru bagi kalian. Jadi guru itu seumpama orang tua.

Syaikh Muqbil dalam kitabnya Al jami' ash Shahih Membawakan hadits di atas dan mencantumkan sebelumnya judul adalah "Guru itu seperti Orang Tua".

Jadi hadits di atas di antara dalil yang menunjukkan bahwa guru seperti orang tua

Bahkan Al imam Ibnu Qayyim Rahimahullah beliau berkata;
"Dan mentaati mereka atau guru lebih wajib daripada mentaati ibu dan bapak"
Hal itu berdasarkan dalil Alquran. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam surah an-nisa ayat 59,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu”. (An-Nisa [4]: 59)
Ulil Amri adalah penguasa dan ulama. Jadi ketaatan terhadap ulama setelah taat kepada Allah setelah taat kepada Rasulullah kemudian taat kepada para ulama lalu bagaimana jika ulama itu guru kita sendiri?.

Imam An Nawawi dalam kitabnya Tahdzib al Asma' wa al Lughat, beliau berkata
"Dan hal ini yaitu menyebutkan guru beserta silsilah mereka termasuk tuntutan yang penting dan perkara yang sangat berharga yang mesti diketahui oleh seorang Fakih dan yang belajar fikih dan dianggap buruk bodoh akan hal itu". Jadi tahu silsilah guru itu di antara perkara yang mulia. Guru kita itu muridnya siapa? belajar di mana? dan seterusnya. Karena sungguh guru-gurunya dalam ilmu agama adalah orang tua baginya dalam agama".
Al-Asfahani meriwayatkan bahwa Iskandar pernah ditanya kenapa kamu lebih mengagumkan gurumu daripada orang tuamu?. jawaban Iskandar "karena bapakku adalah sebab kehidupanku yang fana (dunia), sementara guruku adalah sebab kehidupanku yang kekal (akhirat)". (Muhaadharatul Udaba` (I/45)).

Karena guru yang mengajarkan kita agama, mengajarkan bagaimana kita mengenal Allah, bagaimana kita mengenal Rasul, bagaimana kita mengenal agama Islam.

Kemudian Yahya bin Muadz Ar-Razi sebagaimana dalam Tuhfatul Tholibin. Yahya bin Muadz Ar-Razi berkata yang artinya;
"Para ulama lebih sayang terhadap umat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam daripada bapak dan ibu mereka sendiri karena para ulama menjaga mereka dari api dan kegoncangan di akhirat sementara bapak dan ibu mereka menjaga mereka dari dunia dan segala penyakit dunia".
Karena itu kita dapati para ulama sangat amat menghormati dan mengagungkan guru-guru mereka melebihi penghormatan mereka kepada orang tua mereka sendiri.

Misalnya sebagaimana di dalam Manaqib Imam Abu Hanifah bahwa Muwaffiq al-khawarizmi bercerita membawakan perkataan Al Imam Abu Hanifah, beliau berkata ;
"Tidak pernah aku menyelonjorkan memanjangkan kedua kakiku ke arah rumah guruku hammad (hammad Ibnu Sulaiman) nggak pernah berani menselonjorkan kakinya ke arah rumah hammad Ibnu Sulaiman gurunya imam abu Hanifah karena memuliakan beliau padahal jarak antara rumahku dengan rumahnya dibatasi dengan 7 gang. (Manaaqib Imam Abi Hanifah (I/257-258)).
Karena itu diungkapkan dalam sebuah syair sebagaimana dalam Kitab Ta'lîm al-Muta'allim;
"Aku melihat bahwa di antara hak paling besar adalah hak seorang guru ialah hak paling wajib dijaga atas setiap muslim. Seorang guru berhak untuk diberikan hadiah sebagai kemuliaan untuk satu hurufnya 1.000 dirham"
Tentunya ini untuk menunjukkan begitu besarnya hak seorang guru

Demikian sahabat sekalian semoga bermanfaat.

Akhukum fillah
Abu Sumayyah Beni Sarbeni

والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.