F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-163: Doa sebelum Salam dan Ragam Bacaannya ~ Doa Keempat

Audio ke-163: Doa sebelum Salam dan Ragam Bacaannya ~ Doa Keempat - Sifat Shalat Nabi
📖 Whatsapp Grup Islam Sunnah | GiS
☛ Pertemuan ke-196
🌏 https://grupislamsunnah.com/
🗓 RABU, 07 Jumadil Akhir 1445 H / 20 Desember 2023 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani Rahimahullah

💽 Audio ke-163: Doa sebelum Salam dan Ragam Bacaannya ~ Doa Keempat

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ.

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus kitab yang ditulis oleh Asy Syekh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu Ta'ala. Kitab tersebut adalah kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

Jamaah sekalian rahimani wa rahimakumullah,

Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala mengatakan,

[ الدُّعَاءُ قَبْلَ السَّلَامِ وَأَنْوَاعُهُ ]

"Doa sebelum Salam dan Ragam Bacaannya"

4) Doa yang keempat

[ اللَّهُمَّ بِعِلْمِكَ الْغَيْبَ ، وَقُدْرَتِكَ عَلَى الْخَلْقِ ، أَحْيِنِي مَا عَلِمْتَ الْحَيَاةَ خَيْرًا لِي ، وَتَوَفَّنِي إِذَا كاَنَتِ الْوَفَاةَ خَيْرًا لِي ، اللَّهُمَّ وَأَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ ، وَأَسْأَلُكَ كَلِمَةَ الْحَقِّ (وَفِي رِوَايَةٍ : الْحُكْمَ ) وَ الْعَدْلَ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَى ، وَأَسْأَلُكَ الْقَصْدَ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى ، وَأَسْأَلُكَ نَعِيمًا لَا يَبِيْدُ ، وَأَسْأَلُكَ قُرَّةَ عَيْنٍ لَا تَنْفَدُ ولَا تَنْقَطِعُ ، وَأَسْأَلُكَ الرِّضَى بَعْدَ الْقَضَاءِ ، وَأسْألُكَ بَرْدَ الْعَيْشِ بَعْدَ الْمَوْتِ ، وَأسْألُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ ، وَأسْألُكَ الشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ فِيْ غَيْرِضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ ، وَلاَ فِتْنَةً مُضِلَّةٍ ، اللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِينَةِ الْإِيمَانِ ، وَاجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِينَ ]

Audio ke-163: Doa sebelum Salam dan Ragam Bacaannya ~ Doa Keempat - Sifat Shalat Nabi
Ya ini doa yang sangat panjang dan kemungkinan doa-doa yang seperti ini dibaca oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam di shalat malam Beliau. Dan isinya sangat dalam ya maknanya.


[ اللَّهُمَّ بِعِلْمِكَ الْغَيْبَ ]
"Ya Allah, dengan pengetahuan-Mu terhadap sesuatu yang ghaib,"
⇨ Dengan pengetahuan-Mu, dengan ilmu-Mu tentang semua yang ghaib.
Ya ini bertawasul dengan sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ini contoh bertawasul dengan sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Ya Allah, aku bertawasul dalam doa ini dengan sifat ilmu-Mu, sifat-Mu yang Maha Mengetahui semua yang ghaib."

[ وَقُدْرَتِكَ عَلَى الْخَلْقِ ]

Allah punya kekuasaan.
Ini juga tawasul dengan menyebutkan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Dengan kekuasaan-Mu atas semua makhluk-Mu,"

[ أَحْيِنِي مَا عَلِمْتَ الْحَيَاةَ خَيْرًا لِي ]
"Hidupkan aku apabila Engkau tahu bahwa kehidupan itu lebih baik untukku."
Menghidupkan seorang makhluk membutuhkan kekuasaan. Makanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan untuk bertawasul dengan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam doa ini.

مَا عَلِمْتَ الْحَيَاةَ خَيْرًا لِي ⇨
"Selama Engkau tahu bahwa kehidupan itu lebih baik bagiku."
Di sini dikatakan "selama Engkau tahu." Makanya di awal doa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bertawasul dengan pengetahuan Allah terhadap semua yang ghaib. Ini contoh yang sangat bagus untuk bertawasul. Ketika doa kita membutuhkan pengetahuan Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka kita bertawasul dengan sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Maha Mengetahui. Ketika di doa kita membutuhkan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka kita bertawasul kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan sifat Allah yang yang cocok dengan apa yang kita minta. Karena membutuhkan kekuasaan, kita bertawasul dengan sifat Allah yang maha berkuasa atas segala sesuatu.

[ وَتَوَفَّنِي إِذَا كاَنَتِ الْوَفَاةَ خَيْرًا لِي ]
"Wafatkan aku selama Engkau tahu bahwa kematianku itu lebih baik bagiku."
Ini meminta kematian yang dibolehkan. Meminta kematian yang dibolehkan di antaranya seperti ini, "Wafatkan aku ya Allah, matikan aku". Meminta kematian tetapi mengembalikannya kepada pengetahuan Allah Subhanahu wa Ta'ala, "apabila memang kematian itu lebih baik bagiku". Tidak boleh kita hanya meminta kematian saja. Di dalam sebuah hadist disebutkan, "Jangan sampai engkau meminta kematian. Apabila sudah terpaksa, maka katakanlah doa ini."

[ أَحْيِنِي مَا عَلِمْتَ الْحَيَاةَ خَيْرًا لِي ، وَتَوَفَّنِي إِذَا كاَنَتِ الْوَفَاةَ خَيْرًا لِي ]
"Hidupkan aku selama Engkau tahu bahwa kehidupan itu lebih baik bagiku; matikan aku apabila Engkau tahu bahwa kematian itu lebih baik bagiku."
[ اللَّهُمَّ وَأَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ ]
"Ya Allah, aku meminta kepada-Mu agar Engkau memberikan kepadaku ketakutan di saat sendirian dan di saat dalam keramaian (dilihat oleh banyak orang)."
Ini juga sangat penting ya khasyah kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ketakutan yang didasari oleh pengetahuan kita tentang Allah Subhanahu wa Ta'ala, apalagi saat kita sedang sendirian. Sering kali ya ketika kita bersama orang lain, kita malu untuk melakukan kemaksiatan. Tapi ketika sendiri kita banyak tergoda oleh nafsu kita, oleh syaitan-syaitan yang ada di sekitar kita yang mengganggu kita. Makanya berdoalah agar Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan rasa takut kepada kita baik di saat sendirian maupun ketika bersama orang; agar kita selalu kuat dalam menjauhkan diri dari kemaksiatan-kemaksiatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

[ وَأَسْأَلُكَ كَلِمَةَ الْحَقِّ (وَفِي رِوَايَةٍ : الْحُكْمَ ) وَ الْعَدْلَ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَى ]
"Dan aku meminta kepada-Mu ya Allah, kata-kata yang haq (keputusan yang haq) dan keputusan yang adil, baik di saat aku marah maupun di saat aku tidak marah (di saat aku senang)."

[ وَأَسْأَلُكَ الْقَصْدَ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى ]
"Aku memohon kepada-Mu ya Allah ❲ َالقَصْد ❳ sikap yang pertengahan (tidak berlebih-lebihan dalam menginfakkan harta), baik ketika aku dalam keadaan fakir maupun ketika aku dalam keadaan kaya."
Jadi "pertengahan" ketika fakir itu (maksudnya, -ed) tidak terlalu pelit. Ketika fakir tidak terlalu pelit. Meskipun uangnya pas-pasan, masih ada sebagian uang yang diinfakkan, selama masih mampu. Sedangkan ketika kaya, tidak boros dalam menginfakkan hartanya. Dan inilah yang dituntunkan oleh syariat Islam.

( وَالَّذِيْنَ إِذَا أَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُلُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا )

Di antara sifat kaum mukminin "ibadurrahman" yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah orang-orang yang ketika mereka berinfak, mereka tidak berlebihan, tidak boros, tidak terlalu los, dan juga tidak terlalu pelit; tapi mereka berada di tengah-tengahnya. Inilah yang diminta oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dalam doa ini.

وَأَسْأَلُكَ الْقَصْدَ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى
"Aku meminta kepada-Mu ya Allah, sikap pertengahan baik ketika aku fakir maupun ketika aku kaya."

[ وَأَسْأَلُكَ نَعِيمًا لَا يَبِيْدُ ]
"Aku meminta/memohon kepada-Mu ya Allah kenikmatan yang tidak habis (kenikmatan yang selama-lamanya, yaitu kenikmatan di surga Allah Subhanahu Wa Ta'ala)."

[ وَأَسْأَلُكَ قُرَّةَ عَيْنٍ لَا تَنْفَدُ ]
"Aku mohon kepada-Mu ya Allah ketenangan hati yang tidak habis dan tidak terputus."
[ ولَا تَنْقَطِعُ ]
[ وَأَسْأَلُكَ الرِّضَى بَعْدَ الْقَضَاءِ ]
"Aku mohon kepadamu ya Allah kerelaan setelah keputusan-Mu (setelah Engkau memutuskan sesuatu)."
⇨ Maksudnya rela kepada takdir Allah subhanahu Wa Ta'ala yang telah diputuskan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.

[ وَأسْألُكَ بَرْدَ الْعَيْشِ بَعْدَ الْمَوْتِ ]
"Aku memohon kepada-Mu ya Allah kehidupan yang baik setelah kematian."
⇨ Kehidupan yang dingin ( بَرْدَ ) itu maksudnya, dingin diidentikkan dengan sesuatu yang enak, yang tenang, yang tenteram. Intinya meminta/memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala kehidupan yang baik, kehidupan yang mulia, kehidupan yang tenang setelah kematian.

[ وَأسْألُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ ]
"Dan aku memohon kepada-Mu ya Allah kelezatan memandang wajah-Mu."
Dan ini kenikmatan yang paling disukai oleh ahli surga nanti. Kenikmatan yang paling tinggi yang akan dirasakan oleh ahli surga adalah melihat wajah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Melihat wajah Allah Subhanahu wa Ta'ala; tidak ada kenikmatan yang lebih dicintai oleh ahli surga melebihi melihat wajah Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Dan wajar seperti itu ya, ketika kita mencintai seseorang, maka kita akan sangat nikmat ketika melihat wajah orang tersebut. Kita mencintai istri kita, kemudian kita pisah dalam waktu yang sangat lama, tidak pernah melihat istri kita, padahal sebelumnya kita melihatnya. Kita sangat mencintainya. Ketika kita ketemu, ya ketika itulah kita sangat senang ketika melihat wajah istri kita.

Kaum mukminin dalam hati mereka ada kecintaan yang luar biasa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bahkan mereka tidak boleh mencintai sesuatu melebihi kecintaan mereka kepada Allah subhanahu Wa Ta'ala.

{ وَالَّذِيْنَ آمَنُوْا أَشَدُّ حُبًّا لِلّٰهِ }

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
"Orang-orang yang beriman itu lebih cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala daripada yang lainnya."
Kecintaan mereka kepada Allah itu yang paling dahsyat, itu yang paling tinggi. Makanya ketika mereka melihat Allah Subhanahu wa Ta'ala, mereka merasakan kelezatan yang paling luar biasa.

Thayyib.

[ وَأسْألُكَ الشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ ]
"Aku memohon kepada-Mu ya Allah kerinduan untuk bertemu denganmu."
[ فِيْ غَيْرِضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ ، وَلاَ فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ ]
"Dalam keadaan tidak ada mudharat yang membahayakan aku dan dalam keadaan tidak ada fitnah, tidak ada ujian yang menyesatkan aku."
[ اللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِ ينَةِ الْإِيمَانِ ]
"Ya Allah, hiasilah kami dengan hiasan iman."
Iman bisa menghiasi diri kita. Dan inilah perhiasan yang hakiki. Inilah perhiasan yang benar-benar indah dan kekal keindahannya, tidak akan luntur keindahan keimanan itu. Dan akan terus dipandang indah oleh manusia. Makanya kita ketika melihat seorang ulama, kita merasakan ketenangan karena memang Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan keindahan pada diri mereka, ya karena keimanan mereka. Ada rasa yang tidak bisa kita jelaskan ketika kita melihat orang yang bertakwa, orang yang beriman.

Dan ini sering saya rasakan ketika bermajelis dengan seorang ulama. Ketika duduk di majelisnya para ulama, kita melihat ya wajah tersebut sangat menenangkan hati kita. Ada kecintaan yang besar dalam hati kita ketika kita bermajelis menuntut ilmu kepada mereka. Itulah hiasan keimanan. Dan hiasan keimanan ini tidak memandang buruk. Orang yang jelek pun terlihat menyenangkan dengan keimanan ini, karena memang ini perhiasan yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada seseorang yang beriman. Sehingga dia akan mengalahkan penampilan lahir karena pengaruh perhiasan yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala ini lebih lebih kuat.

[ وَاجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِينَ ]
"Jadikanlah kami orang-orang yang mendapatkan hidayah dan memberikan hidayah kepada orang lain."
Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.