🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 KAMIS| 29 Rabi’ul Akhir 1444 H | 24 November 2022 M
🎙 Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
🔈 Audio ke-74
📖 Pembahasan Dalil Kedua dan Ketiga Tentang Allāh Subhānahu wa Ta’āla Mencintai Dan Dicintai
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله و اصحابه، ومن والاه
Anggota grup whatsapp Dirasah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allāh.
Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh fadhilatu Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah ta'ala.
Masih kita pada pasal beriman kepada Allāh.
Ayat yang selanjutnya yang menunjukkan tentang bahwasanya Allāh mencintai dan Allāh dicinta adalah firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla,
2. QS. Al Maidah : 54
فَسَوْفَ يَأْتِى ٱللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُۥٓ
"Maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan mendatangkan sebuah kaum yang Allāh mencintai mereka dan mereka pun mencintai Allāh.” (Surat Al Maidah ayat 54.)
Allāh berbicara tentang orang yang murtad dari agama islam,
مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِۦ فَسَوْفَ يَأْتِى ٱللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُۥٓ
"Wahai orang-orang yang beriman barangsiapa yang murtad di antara kalian dari agama islam. Maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan mendatangkan sebuah kaum yang Allāh cinta kepada mereka dan mereka pun cinta kepada Allāh".
Kemurtadan seseorang tidak memudharati kecuali dirinya sendiri, kefasikan seseorang, kemaksiatan seseorang tidaklah memudharati kecuali dirinya sendiri. Sama sekali tidak memudharati Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Allāh mampu untuk mendatangkan sebuah kaum yang mereka taat kepada Allāh, bertakwa kepada Allāh, beriman kepada Allāh, yang Allāh cinta kepada mereka dan mereka pun cinta kepada mereka.
Jangan seseorang merasa bisa memudharati Allāh Subhānahu wa Ta’āla, tidak akan mereka memudharati Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Seandainya seluruh yang ada dipermukaan bumi ini kufur kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla maka yang demikian tidak akan memudharati Allāh. Yang termudharati adalah diri mereka sendiri.
Dari sini kita juga bisa mengambil pelajaran, kalau kita berbuat taat kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, diberikan taufik untuk beramal shalih, beriman, maka ini adalah keutamaan dan juga karunia dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Allāh yang telah memberikan taufik, Allāh yang telah memilih kita di antara sekian banyak manusia untuk bisa istiqomah di atas agama-Nya, maka hendaklah seseorang bersyukur kepada Allāh. Dijadikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla di antara orang-orang yang mendapatkan petunjuk, mendapatkan hidayah, kalau Allāh menghendaki dijadikan kita sama dengan banyaknya manusia yang mereka menyimpang dari jalan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
فَسَوْفَ يَأْتِى ٱللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُۥٓ
"Allāh cinta kepada mereka dan mereka pun cinta kepada Allāh."
Berarti di sini Allāh,
يُحِبُّهُمْ وَ يُحَبُّو
"Allāh mencintai dan Allāh dicintai.”
Bantahan terhadap sebagian orang yang mengatakan Allāh dicinta tetapi Allāh tidak mencinta, ataupun mengatakan, Allāh tidak mencinta dan Allāh tidak dicinta, dua-duanya adalah bathil. Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki sifat mahabbah dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla dicintai.
Sebagian syubhat mereka yang menolak sifat mahabbah bagi Allāh Subhānahu wa Ta’āla di antaranya mereka mengatakan bahwasanya kalau kita mensifati Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan sifat mahabbah berarti Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki sifat sama dengan makhluk, karena makhluk juga memiliki sifat mahabbah. Kecenderungan hati kepada sesuatu kemudian akhirnya mereka menolak sifat mahabbah tadi.
Dianggap kalau kita menetapkan sifat mahabbah bagi Allāh berarti kita telah menyerupakan Allāh dengan makhluk. Kita katakan disini bahwasanya adalah pemikiran dan pendapat yang salah ketika Allāh Subhānahu wa Ta’āla mensifati dirinya dengan sifat mahabbah, ingat bahwasanya Allāh mengatakan dalam ayat yang lain:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
"Tidak ada yang serupa dengan Allāh.” [QS Asy-Syuura: 11]
Berarti sifat mahabbah yang Allāh tetapkan untuk diri-Nya tidak sama dengan sifat mahabbah dimiliki oleh manusia. Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki sifat mahabbah sesuai dengan keagungan-Nya. Tidak sama dengan sifat mahabbah yang dimiliki oleh makhluk.
Lalu untuk apa atau kenapa seseorang menolak sifat mahabbah bagi Allāh, tidak ada disitu tasybih. Tasybih kalau kita mengatakan sifat mahabbah bagi Allāh sama dengan sifat mahabbah makhluk, ini baru tasybih. Tapi kalau seseorang mengatakan, Allāh memiliki sifat mahabbah sesuai dengan keagungan-Nya tidak sama dengan makhluk, ini bukan tasybih namanya.
Ini adalah mensifati Allāh sebagaimana datangnya, sifat Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah sifat yang tinggi dan sempurna, tidak sama dengan sifat makhluk.
Ayat yang selanjutnya yang menunjukkan tentang bahwasanya Allāh mencinta dan Allāh dicinta adalah firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Allāh mengatakan,
3. QS Ali-Imran: 146
وَاللَّهُ يُحِبًّوٱلصَّٰبِرِينَ
“Dan Allāh mencintai orang-orang yang bersabar.” [QS Ali-Imran: 146]
Allāh mencintai orang-orang yang bersabar. Menunjukkan bahwasanya diantara orang-orang yang Allāh cintai adalah orang-orang yang bersabar.
Siapakah orang-orang yang bersabar? Orang yang bersabar adalah orang yang bersabar di atas tiga perkara, barulah dia dinamakan orang yang bersabar.
- Orang yang bersabar di atas ketaatan kepada Allāh. Diperintahkan untuk shalat, dia bersabar. Diperintahkan untuk puasa, dia bersabar. Diperintahkan untuk melakukan kewajiban-kewajiban dia bersabar.
- Orang yang bersabar di dalam meninggalkan kemaksiatan. Hawa nafsu yang berada dalam dirinya yang menginginkan dia untuk melakukan kemaksiatan. Pandangan, pendengaran, memegang, melangkah, kemaluan, ucapan tapi dia tahan itu semuanya terus dia bersabar dan menahan diri dari berbuat maksiat.
- Orang yang bersabar dalam memghadapi takdir Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Mendapatkan musibah dia bersabar, mendapatkan ujian di dalam hartanya, di dalam kehormatannya dia bersabar.
Kalau terkumpul dalam diri seseorang tiga jenis kesabaran ini maka dia adalah orang yang صابر orang yang bersabar.
Ada sebagian orang sabar ketika dia melakukan ketaatan, mungkin kita dapatkan dia ke masjid, melakukan shalat berjamaah dan seterusnya. Tapi ketika dia bertemu dengan kemaksiatan dia tidak bersabar, ketika sendirian melihat sesuatu yang diharamkan oleh Allāh, mendengar sesuatu yang diharamkan oleh Allāh dan dia adalah sabar di dalam masalah ketaatan. Ketika dalam kemaksiatan maka dia tidak bersabar.
Ada sebagian orang sabar dalam melakukan ketaatan, meninggalkan kemaksiatan, ketika mendapat musibah dia tidak bersabar. Jadi orang yang sabar sebenarnya adalah orang yang terkumpul dalam dirinya tiga jenis kesabaran.
Demikianlah yang kita bisa kita sampaikan dalam kesempatan yang berbahagia ini dan in sya Allāh kita bertemu kembali pada pertemuan yang selanjutnya pada waktu dan keadaan yang lebih baik
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•
Post a Comment