F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-148: Pembahasan tentang Faedah Bershalawat kepada Nabi ketika Bertasyahud Bag 03

Audio ke-148: Pembahasan tentang Faedah Bershalawat kepada Nabi ketika Bertasyahud Bag 03 - Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi
☛ Pertemuan ke-181
🌏 https://grupislamsunnah.com/
🗓 RABU, 15 Jumadil Awwal 1445 H / 29 November 2023 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A. حفظه الله تعالى
📚 Kitab Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya) karya Asy Syekh Al-Albani Rahimahullah

💽 Audio ke-148: Pembahasan tentang Faedah Bershalawat kepada Nabi ketika Bertasyahud Bag 03


السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ.

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus kitab yang ditulis oleh Asy Syekh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu Ta'ala. Kitab tersebut adalah kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

Ikhwani wa akhawatifillah, rahimani wa rahimakumullah,

Kita sudah sampai pada faedah-faedah yang disebutkan oleh Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala yang berkaitan dengan shalawat kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.

Faedah Ketiga

Faedah ketiga yang disebutkan oleh Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala:

Para pembaca yang budiman juga dapat melihat bahwa pada semua redaksi shalawat tersebut tidak disebutkan lafadz "sayyidina".

Ini kemaren juga sudah saya singgung. Tidak ada satu pun redaksi shalawat Ibrahimiyah yang ada kata "sayyidina". Semuanya tanpa kata "sayyidina".

[ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ]

Allaahumma shalli 'alaa Muhammad, wa 'alaa aali Muhammad

Tidak ada kata-kata

[ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ]

Allaahumma shalli 'alaa sayyidinaa Muhammad, wa 'alaa aali sayyidina Muhammad

Maka yang disunahkan, yang dianjurkan, yang disyariatkan, adalah tanpa membaca "sayyidina" dalam shalawat Ibrahimiyyah karena itulah yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Dan tidak tepat alasan orang yang mengatakan bahwa kita menambahkan sayyidina di situ itu untuk ihtiram (untuk penghormatan) kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.

Kenapa tidak tepat? Karena dalam masalah penghormatan, maka kita semuanya tidak ragu akan sikap penghormatan para sahabat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam. Siapa yang lebih menghormati Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam melebihi para sahabat? Tidak ada. Mereka sampai berebut darah yang keluar dari badan Beliau karena dibekam. Para sahabat berebut darahnya, para sahabat juga berebut rambut yang Beliau cukur/Beliau gundul ketika Haji Wada. Mereka berebut rambut Beliau. Mereka berebut bekas air wudhu-nya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.

Siapa yang lebih menghormati Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam melebihi para sahabat Beliau? Para sahabat ketika bersikap kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam itu melebihi sikapnya orang-orang terhadap raja-rajanya. Para sahabat sangat menghormati Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.

Tapi lihat, lihat redaksi-redaksi shalawat Ibrahimiyah yang diriwayatkan oleh mereka. Tidak ada satu pun dari redaksi tersebut yang memberikan tambahan "sayyidina". Makanya alasan ihtiram kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam dalam penambahan "sayyidina" ini sangat tidak tepat sekali. Kita katakan, iya kita sangat menghormati Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, tapi bukan berarti kita harus menambah "sayyidina" di dalam bacaan shalat kita, di dalam bacaan shalawat yang telah ditentukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.

Kalau kita alasannya ihtiram, ya sudah, ditambah saja semuanya yang ada nama Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.
Syahadat ditambah saja,

( أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ )

Tambah saja seperti itu, kalau alasannya ihtiram.

Ubah saja lafal azan kita, kalau alasannya ihtiram.

( أَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ )

Ubah saja azannya seperti itu. Dan katakan alasannya ihtiram. Alasannya, memberikan penghormatan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Tidak seperti ini ya.

Kita semuanya sangat menjunjung tinggi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Tapi di sana ketika ada bacaan-bacaan tertentu yang diajarkan oleh Beliau dengan redaksi tertentu, maka kita jaga redaksinya. Kita jaga redaksinya apa adanya sebagaimana Beliau inginkan. Dan ini termasuk di antara penghormatan kita kepada Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam.

Faedah Keempat

Faedah yang berikutnya yang disebutkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullahu Ta'ala, yaitu faedah yang keempat, dikatakan di situ:

Ketahuilah bahwa redaksi shalawat yang pertama, begitu juga redaksi yang keempat, adalah redaksi yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam kepada para sahabat Beliau ketika mereka bertanya tentang cara bershalawat. Redaksi-redaksi tersebut (redaksi pertama dan keempat) dijadikan dalil sebagai cara bershalawat kepada Nabi yang paling utama, karena Beliau tidak akan memilihkan bagi mereka begitu pula bagi dirinya kecuali yang lebih utama dan mulia.

Ini yang disebutkan oleh Syaikh Albani rahimahullahu Ta'ala. Menurut beliau, redaksi shalawat Ibrahimiyah yang paling afdal adalah redaksi yang pertama dan redaksi yang keempat.

Redaksi yang pertama:

[ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ ، وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ ؛ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ بَيْتِهِ ، وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ]

Allaahumma shalli 'alaa muhammad, wa 'alaa ahli baitihi, wa 'alaa azwaajihi wa dzurriyyatihi, kamaa shallaita 'alaa aali ibraahiim, innaka hamiidun majiid. Wa baarik 'alaa muhammad, wa 'alaa aali baitihi, wa 'alaa azwaajihi wa dzurriyyatihi, kamaa baarakta 'alaa aali ibraahiim, innaka hamiidun majiid.
(Artinya: "Ya Allah, berikanlah shalawat kepada Muhammad, kepada keluarga Beliau, kepada istri-istri Beliau, kepada keturunan-keturunan Beliau, sebagaimana Engkau telah memberikan shalawat kepada keluarganya Ibrahim. Sungguh Engkau adalah Dzat yang Maha Terpuji dan Maha Agung. Dan berkahilah Muhammad dan seluruh keluarganya, dan kepada seluruh istri-istri Beliau dan keturunan-keturunan Beliau, sebagaimana Engkau berikan keberkahan kepada keluarganya Ibrahim. Sungguh Engkau adalah Dzat yang Maha Terpuji dan Dzat yang Maha Agung.")
Redaksi yang keempat:

[ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ؛ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الأُمِّيِّ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ؛ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، فِي الْعَالَمِينَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ]

Allaahumma shalli 'alaa muhammad, an-nabiyyil ummiyyi, wa 'alaa aali muhammad, kamaa shallaita 'alaa aali ibraahiim. Wa baarik 'alaa muhammad, an-nabiyyil ummiyyi, wa 'alaa aali muhammad, kamaa baarakta 'alaa aali ibraahiim. Fil 'aalamiina innaka hamiidun majiid.
(Artinya: "Ya Allah, berikanlah shalawat kepada Muhammad Nabi yang ummi, dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan shalawat kepada keluarga Ibrahim. Dan berkahilah Muhammad Nabi yang ummi, dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkahi keluarga Ibrahim. Atas sekalian alam, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.")
Beliau merajihkan, mengatakan ini yang paling afdal. Namun ini permasalahan yang diperselisihkan juga oleh para ulama. Dan alasan beliau karena redaksi itulah yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam kepada para sahabatnya ketika mereka bertanya tentang redaksi shalawat.

Wallahu Ta’ala A’lam.

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.