F0GAxlSUN0OEmaFkMbnca2nyh81gHBssC6AV9hGe
Bookmark

Audio ke-69 Sifat Iradah Allah Bagian Kelima : Iradah Kauniyyah dan Syari'yyah Mengikuti Hikmah Allah

Audio ke-69 Sifat Iradah Allah Subhanahu wa Ta’ala Bagian Kelima : Iradah Kauniyyah dan Syari'yyah Mengikuti Hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala
🌐 WAG Dirosah Islamiyah Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
🗓 KAMIS| 15 September 2022 M
🎙 Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. حفظه الله تعالى
📗 Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
🔈 Audio ke-69

📖 Sifat Iradah Allāh Subhānahu wa Ta’āla Bagian Kelima: Iradah Kauniyyah dan Syari'yyah Mengikuti Hikmah Allāh Subhānahu wa Ta’āla


بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره, ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له, وأشهد ألا إله إلا الله وحده لا شريك له, وأشهد أن محمدا عبده ورسوله, اللهم صلى وسلم وبارك على نبينا محمد و على آله وصحبه و من تبعهم بإحسان الى يوم الدين أما بعد

Alhamdulillah kembali kita dimudahkan oleh Allāh pada kesempatan kali ini untuk melanjutkan kajian tentang masalah aqidah.

Masih kita membahas kitab yang dikarang oleh syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah yang berjudul Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Beliau rahimahullah mengatakan,

فكل ما قضاه كونا أو تعبد به خلقه شرعا فإنه لحكمة

Maka seluruh apa yang Allāh takdirkan di alam semesta ini atau apa yang digunakan oleh para makhluk untuk beribadah kepada Allāh, maka sesungguhnya semua itu ada hikmahnya. Baik syariat maupun apa yang Allāh takdirkan, pasti di sana ada hikmahnya.

وعلى وفق الحكمة سواء علمنا منها مانعلم أو تقاصرت عقو لنا عن ذلك:

Dan sesuai dengan hikmah, itu adalah untuk hikmah tujuan tertentu dan dia sesuai dengan hikmah bukan sebuah kedzaliman.

Syariat Allāh tidak ada di dalamnya kedzaliman. Dan apa yang Allāh lakukan di alam semesta ini, apa yang Allāh takdirkan tidak ada di dalamnya kedzaliman. Yang ada hanyalah keutamaan dari Allāh dan juga ada keadilan dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Ada dua kemungkinan saja;
  1. Keutamaan dari Allāh, karunia dari Allāh
  2. Keadilan,
Adapun yang ketiga kedzaliman, maka ini tidak mungkin terjadi di dalam syariat Allāh dan tidak mungkin terjadi di alam semesta ini. Dalam ayat Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan,

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ

"Sesungguhnya Allāh tidak akan mendzalimi meskipun hanya sebesar dzaroh.” [QS An Nisa: 40]
Yang dimaksud dengan dzaroh adalah semut yang kecil. Demikian pula Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan,

وَمَا ٱللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًا لِّلْعَـٰلَمِينَ

"Dan tidaklah Allāh menginginkan untuk mendzalimi manusia (untuk mendzalimi alam semesta).” [QS Ali-Imran: 108]
Dan di dalam hadits qudsi Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan,

يَا عِبَادِى إِنِّى حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِى وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوا

"Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kedzaliman atas diriKu, dan Aku telah menjadikan kedzaliman tadi sesuatu yang diharamkan di antara kalian, Maka janganlah kalian saling mendzalimi satu dengan yang lain.” [HR Muslim: 6373]
Berarti di sini kita mengetahui Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah hakim yang Maha Bijaksana, baik di dalam yang Allāh takdirkan maupun yang Allāh syariatkan.

سواء علمنا منها ما نعلم أوتقاصرت عقو لنا عن ذلك:

Sama saja apakah hikmah tadi kita ketahui atau akal kita ini terlalu pendek untuk bisa memahami hikmah tadi.

Jadi terkadang hikmah yang ada dalam syariat atau yang ada dalam apa yang Allāh takdirkan itu معلوم (sesuatu yang kita ketahui dengan mudah), tapi pada kesempatan yang lain kita tidak mengetahuinya. Maka ini semua adalah karena akal kita yang lemah.

Jangankan memahami masalah hikmah. Ada perkara yang dia ada di dalam jasad kita dan sangat dekat dengan kita, tapi kita tidak mengetahuinya karena akal kita yang terlalu lemah. Nyawa atau ruh misalnya.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan,

وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلرُّوحِ ۖ قُلِ ٱلرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّى وَمَآ أُوتِيتُم مِّنَ ٱلْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا [QS Al Isra': 85]

Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh (tentang nyawa) yang ada di dalam diri manusia, yang kalau nyawa ini berpisah dari kita, maka kita akan meninggal dunia.

Sesuatu yang sangat dekat dengan kita, kita tidak mengetahui hakekatnya. Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Dialah saja yang mengetahui tentang hakekat dari ruh ini

قُلِ ٱلرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّى وَمَآ أُوتِيتُم مِّنَ ٱلْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا

Dan tidaklah kalian diberikan dari ilmu ini kecuali sangat sedikit saja.

Ini menunjukkan bagaimana lemahnya manusia, bagaimana ضعف - nya mereka, lemahnya akal mereka. Kalau kita sudah mengetahui bahwasanya apa yang Allāh takdirkan, apa yang Allāh syariatkan ini di dalamnya ada hikmah, maka seseorang bersemangat untuk menjalankan ketaatan dan dia semangat untuk meninggalkan kemaksiatan.

Di samping itu, orang yang memahami bahwasanya di setiap perkara pasti ada hikmahnya, ketika dia mendapatkan musibah misalnya, maka dia yakin bahwasanya musibah yang menimpa dia pasti ada hikmahnya. Kehilangan anak atau kehilangan harta, atau tabrakan misalnya, laqadarullah, atau musibah-musibah yang lain yang menimpa baik kehormatan seseorang, harta seseorang, maupun fisik seseorang.

Ketika seseorang kembali pada dalil dan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla maka Allāh Maha bijaksana maka akan timbul di dalam hatinya apa? Ketenangan. Yakin bahwa di balik musibah ada hikmahnya

Ada sebuah kisah yang mungkin bermanfaat.

Seseorang yang dia sudah habis masa kontraknya, yaitu kontrak rumahnya. Padahal dia memiliki keluarga yang banyak. Akhirnya ia berusaha untuk mencari rumah kontrakan yang lain, berusaha dan kesulitan untuk mendapatkan rumah kontrakan yang sesuai dengan apa yang dia miliki, sesuai dengan kemampuan dia, sesuai dengan sifat yang dia inginkan.

Sampai Alhamdulillah Allāh Subhānahu wa Ta’āla memudahkan dia menemukan rumah yang dia inginkan, akhirnya terjadilah kesepakatan antara dia dan pemilik rumah tadi dan sudah hampir dia dan juga keluarganya mau menempati rumah tersebut. Tapi ternyata yang memiliki rumah tadi membatalkan perjanjian.

Antum bisa bayangkan bagaimana perasaan seorang bapak tadi, seorang kepala rumah tangga yang dia bertanggung jawab dan dia sudah senang dan juga keluarganya, akan pindah ke rumah yang baru, setelah bersusah payah untuk mendapatkan rumah tadi, ternyata dibatalkan. Terpaksalah dia mencari rumah yang lain, yang mungkin tidak sesuai dengan keinginan dia.

Beberapa hari setelah itu dia mendengar atau sampai kepadanya kabar bahwasanya rumah yang hampir saja mereka sewa tadi roboh. Barulah di situ dia memuji Allāh Subhānahu wa Ta’āla setelah sebelumnya mungkin ada di dalam hatinya sebuah perasaan, di dalamnya seakan akan tidak ridho dengan takdir Allāh Subhānahu wa Ta’āla, atau menunjukkan perasaan tidak sabar.

Setelah itu dia baru bisa memahami, ternyata di dalam musibah tadi ada hikmahnya. Kenapa dia dibatalkan perjanjiannya, ternyata Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyelamatkan dia dan juga keluarganya dari musibah yang lebih besar.

Demikian seorang yang beriman harusnya dia berpikir ketika dia mendapatkan musibah (musibah apa saja) dia yakin bahwasanya dibalik musibah itu pasti di sana ada hikmah.

Akhirnya kita sampai pada akhir dari pertemuan kali ini. Kita berdo'a kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan hidayah kepada kita semuanya dan menjaga hati kita, menetapkan kita di atas agama Islam sampai kita bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Itulah yang bisa kita sampaikan.

واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•
Post a Comment

Post a Comment

Aturan berkomentar:
- Afwan, komentar yang mengandung link hidup dan spam akan kami remove.
- Silahkan ikuti blog ini untuk update info terbaru kami, dengan cara klik Follow+
- Silakan berikan komentar. Centang kotak "Notify me" untuk mendapatkan notifikasi via email jika ada yang membalas komentar.